chapter 4

555 59 8
                                    

Pagi ini terdengar suara gemerisik dari semak-semak membuat penasaran boneka bermanik merah. Ia lantas turun dari ranjang mendekati jendela. Sesaat kemudian, sebuah kepala menyembul dari balik semak membuat si boneka terkejut hampir terjungkal.

"K-kamu siapa?" Tanya si boneka.

Anak itu tertawa. "Namaku Iwan. Aku tersesat dihutan saat mencari kayu bakar" ujarnya.

"Kalo kamu siapa? Kok bisa tinggal dihutan ini?" 

Boneka tertegun. Pipinya bersemu. Ia mengajak Iwan memasuki kamarnya lalu menutup tirai. Ia juga mengunci pintu kamar. Mereka saling bercerita tentang diri mereka. Iwan banyak mengatakan mengenai dunia diluar mansion ini membuat mata boneka berbinar.

Tak lama peluru menembus kepala Iwan dan seketika ia jatuh tak bergerak. Si boneka terkejut temannya tergeletak mati dengan darah bercucuran. Ia berteriak histeris memeluk jasad temannya itu. Padahal Iwan teman pertama dalam hidupnya.

Pintu kamar terbuka walau ia yakin sudah menguncinya dengan benar. Boneka melihat aku, Gempa dan Blaze memasuki kamar. Sementara Ice melompat masuk lewat jendela dengan menggenggam AK-47.

Mata boneka bergetar. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Iwan.

"J-jangan mendekat"

Suara boneka bergetar membuatku menyeringai. Aku suka melihatnya menangis tak berdaya.

"Tuan muda tolong letakan mayat itu, pakaian anda jadi kotor" Ujar Gempa berjalan mendekati boneka tersebut.

Kepala boneka menggeleng, ia berangsut mundur menjauhi Gempa. Sial, hampir saja aku tak bisa menahan kesenanganku melihat iris merah itu bergetar takut. Boneka terus mundur hingga tak sadar menabrak kaki Ice yang ada dibelakangnya. Ice hanya menatap sayu, melempar senjatanya dan menggendong si boneka ala bridal style. Boneka berontak dalam gendongan Ice namun berhenti begitu Ice menyelinap ke ceruk lehernya. 

Nafas si boneka tercekat begitu bibir dingin Ice menyentuh ceruk lehernya. Boneka itu menatap takut Ice, walau Ice hanya menempelkan bibirnya saja tapi aku tau, Ice ingin mengoyak leher si boneka.

Beberapa saat kemudian Ice menjauhkan kepalanya sementara si boneka masih terdiam.

" Bagus, akhirnya kau diam juga" ujar Ice.

Ice melangkah keluar dari ruangan, namun sebelum itu ia membisikan sesuatu begitu berjalan melewatiku. "Aku tidak tau apa rencana mu hingga membiarkan seorang manusia memasuki tempat ini"

Aku menyeringai lagi. Nada bicaranya terdengar sangat dingin dan mengancamku. Namun tak ku hiraukan. Ku lirik Blaze yang menyeret jasad tak berguna manusia yang kubiarkan masuk ketempat ini. Kulirik kearah Gempa, "Gem, kurasa sarapan harini adalah sup" kataku sambil menyeringai. Gempa melirikku, sepertinya ia tahu isi pikiranku.


Aku dan Blaze duduk dimeja makan menunggu Gempa menyelesaikan masakannya. Tak lama datanglah Ice dengan si boneka dalam gendongannya. Pakaian penuh darahnya sudah berganti dan sepertinya dia sudah mandi. Aku mencium bau minyak telon dan bedak bayi darinya. Ice pasti memandikannya. Kemarin aku melihat Ice datang membawa perlengkapan bayi soalnya. Kalau Gempa biasa menggunakan parfum aroma strawberry untuk si boneka.

"Coppelion, kemarilah" kataku memanggilnya. Ia segera turun dari gendongan Ice dan menghampiriku. Ini pertamakali ia menurut. Tidak buruk.

Aku menyuruhnya duduk dipangkuanku yang dituruti olehnya. Wow, apa yang dilakukan Ice sehingga boneka ini sangat penurut. Kuusap kepalanya yang bau minyak telon dan kuendus-endus kepalanya. Boneka ini hanya diam tak bergerak.

Saat Gempa datang, ku eratkan pelukanku pada si boneka agar ia tak bisa bergerak. Mata merah itu terbuka lebar melihat apa yang disajikan diatas meja makan. Ia mulai memberontak tapi tak kulepaskan. Air matanya mengalir membuat kesenanganku bertambah.

"Menu hari ini adalah sup kepala Iwan~" ujarku dengan nada main-main.

Boneka ini masih memberontak namun tak kulepaskan. Mana mungkin momen menyenangkan ini kulewatkan begitu saja. Sebagai penguasa dunia bawah, ekspresi Halilintar adalah yang terbaik. Aku bersyukur dia terlahir didunia ini. 

"Kenapa takut hem? Kan dia temanmu" kataku lagi.

Gempa mengambilkan mata dan otak pada sup tersebut lalu menaruhnya didepanku dan Halilintar. Ku sendokan potongan otak itu lalu mengarahkannya pada mulut boneka ini. Tentu saja ia menutup mulut rapat tak mau menerimanya.

Ku hela nafasku sesaat. Yang lain sudah sibuk makan. Apa kugunakan cara Ice saja ya?

Ku rendahkan tubuhku lalu kudekati telinganya. Aku bernafas tepat ditelinganya hingga nafasku masuk ke lubang telinganya. Ia langsung mematung. Ternyata cara ini bekerja. Ku dekatkan bibirku ketelinganya dan mengigitnya kecil, lalu kuarahkan langsung nafasku kedaun telinganya. Ia tercekat dan bibirnya sedikit terbuka. Binggo, kuarahkan satu suapan ke mulutnya membuatnya terkejut. Saat ingin memuntahkannya, kubekap mulutnya hingga suara tertelan terdengar olehku. 

Tubuhnya langsung bergetar. Bisa kurasakan bulu kuduknya meremang. Ku arahkan lagi bibirku padanya. Membisikkan kata-kataku padanya,

"Inilah yang akan kau makan setiap hari. Mulai sekarang kami tidak akan menyembunyikan sifat bengis kami lagi. Jadi bersiaplah Coppelion. Tubuhmu, jiwamu, semuanya milik kami"

CoppelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang