chapter 9

450 49 2
                                    

"upan hiks Hali minta maaf hiks"

Tangisan Coppelion tak ku indahkan. Aku terus menyeretnya ke ruang bawah tanah mansion. Kumpulan mayat monster dan manusia yang pernah menyusup kesini berceceran dimana-mana. Kebanyakan dalam keadaan tak utuh.

Ku lempar si boneka hingga membentur dinding pucat dengan keras. Boneka meringis dan mencoba bangun dengan tertatih-tatih. Ku cengkram dagunya dan mendekatkannya pada wajahku.

"Hiks! "

Tanganku masih setia mencengkram dagunya dengan keras sementara tangan yang lain mengambil gumpalan daging monster didekatku. Tanpa aba-aba, kumasukan kedalam mulut boneka dan memaksanya menelan daging tersebut. Ku ulangi berkali-kali sampai merasa puas melihat matanya bergetar merasakan daging monster yang tertelan.

Boneka jatuh terduduk. Ia terbatuk dengan sisa daging dan darah monster disudut bibirnya. Aku menyeringai puas. Ku elus perlahan sudut bibirnya. Boneka menatap kearahku. Matanya bergetar dan takut.

"Kau tau apa kesalahanmu hem?" Nada suaraku tenang. Aku masih setia mengelus-elus bibir berwarna senada matanya itu. Sangat cantik.

"Ma-maaf hiks, Hali janji gak akan nakal lagi hiks. Maaf Upan hiks maafin Hali"

"Katakan padaku, siapa dirimu"

Boneka menatapku. Bibirnya gemetar ingin mengucapkan sebuah kalimat. Aku menunggu dengan sabar.

"Hali milik Upan. Hali punyanya Upan, boneka cantik Upan"

Aku mengembangkan senyum lebar. Ku cium pucuk kepala boneka yang terus mengulangi kalimatnya. Ya, kau milikku Halilintar.

.

.

.

.

.

"Lepas bajumu" titahku setelah kami sampai di sangkar si boneka.

Boneka menurut. Ia melepaskan baju bernoda darahnya tanpa komplain padaku. Nafasnya masih tersegal karena kebanyakan menangis. Hidungnya mampet dan memerah. Matanya sembab dengan sisa air mata dipelupuk matanya.

Setelah melepas pakaian, kutatap punggung boneka yang bernoda kebiruan. Sepertinya aku terlalu kasar. Tak masalah. Ku sentuh perlahan punggung kecil itu mendapat sentakan dari boneka. Sepertinya ia kaget tapi tidak protes dan lebih memilih mengigit bibirnya sendiri menahan ringisan.

"Kau boleh mengeluh sakit. Cengkram pundakku jika terlalu sakit" aku mengucapkannya dengan nada selembut yang kubisa.

Dalam posisi berpelukkan, boneka membenamkan wajahnya ke dadaku dan melenguh sakit saat ku elus-elus punggungnya yang membiru. Aku mengendus leher boneka membaui aroma tubuh favoritku itu.

Setelah lama dalam posisi tersebut, kuangkat boneka dalam gendonganku dan membawanya ke bilik mandi. Bathub kuisi dengan air hangat dan aku meletakkan boneka cantikku didalamnya. Aku mulai memandikannya. Sehabis mandi, kupakaikan minyak telon yang Ice tinggalkan pada badan boneka, tangan juga kakinya lalu memakaikan piyama berbulu warna biru. Sentuhan terakhir, kupakaikan boneka bedak aroma bayi dan voila! Bonekaku siap tidur siang.

Boneka tidur dengan posisi menyamping karena punggungnya terluka. Aku tidak mengobatinya, biarkan saja babu si boneka yang melakukan itu. Setelah memastikan boneka tertidur, aku menghubungi Gempa lewat telepon.

"Halo babu, punggung boneka terluka jadi cepat pulang ya"

"Apa!? Apa yang kau lakukan padanya brengsek"

Suara disebrang sana sangat menggelegar. Aku harus menjauhkan gagang telepon saking melengkingnya suara Gempa.

"Gak tau. Kok tanya saya"

Kudengar Gempa menggeram rendah dan ada suara sesuatu yang patah. Ku masa bodoh.

"Apa itu ulahmu" nada bicaranya terdengar mengintimidasi dan dalam. Wah sepertinya ia akan membunuhku nanti.

Aku hanya terkekeh pelan dan mematikan sambungan telepon. Toh Gempa akan pulang paling cepat besok subuh, aku masih punya waktu untuk melarikan diri. Hehe...



























Aku salah mengira. Gempa kembali dari Spayol sebelum makan malam. Si sinting itu mengendarai jet pribadi dan lepas landas sendirian. Entah seberapa cepat si sinting itu menyetir dilangit hingga dalam waktu kurang dari enam jam sudah sampai mansion. Sekarang ia ada dihadapanku. Para adikku yang lain menyingkir dengan Solar yang menggendong si boneka.

" Taufan de Arcello"

Ok. Kurasa riwayatku akan tamat hari ini.

CoppelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang