𝐃𝐚𝐳𝐚𝐢 𝐎𝐬𝐚𝐦𝐮 🔞

2.9K 81 14
                                    

Req by: jeanyy_niee rynzuka ransleyHaru

Warning:
- No intro, no location or timeline info (lgsg anggep aja kejadiannya mlm2)
- French!reader
- Sub!Dazai and dom!reader but dom!Dazai and sub!reader at the end
- Mention of abuse (sorry Dazai, tapi emg ada yg req lu jadi sub)
- Harsh words
- Non-GxB (sorryy aku gabisa nulis GxB ternyata, soalnya ngilu wkwkwkw)
- Use of metal collar (Dazai yg pake, bkn readernya)






—————————————————————


Lagi dan lagi, cahaya temaram dalam ruangan minim penerangan. Pandangan mata lelaki bersurai ikal cokelat hanya terbatas pada tempat tidur mewah bersprei putih dan berkelambu tipis. Sedikit pening mendera pelipisnya, beberapa bekas lebam merah kebiruan turut menghiasi wajah dan bahunya yang tidak tertutup kain baju. Tidak lupa kalung besi melingkari leher, terkait pada untaian rantai panjang yang mana ujungnya tergenggam oleh seseorang di tepian kasur.

Napas demi napas berat sang lelaki beradu dengan bunyi pendingin ruangan yang terdengar teratur. Tetapi dia bukanlah Dazai Osamu jika tak berhasil menampakkan ekspresi tenang dalam situasi demikian —tepatnya, berhadapan langsung dengan ketua organisasi berbahaya yang sedang diselidikinya akhir-akhir ini.


Atensi iris cokelat tua Dazai tertuju padanya. Wanita berambut (h/c) dan sepasang manik (e/c) menatap Dazai dengan tatapan merendahkan. Dia terduduk pada tepi kasur, jemari tangan kanannya yang berkuteks merah maroon memegangi ujung rantai kalung yang terpasang pada leher Dazai.

Kedua sudut bibir lelaki itu sedikit tertarik ke atas. Entah apa isi kepalanya sekarang, namun ia justru tampak senang berada di posisi seperti ini.




"Lalu selanjutnya apa, Nona yang Terhormat?" Tanya Dazai dengan senyum misterius khasnya.

(Name) tidak lekas menjawab, dia langsung melayangkan tamparan pada pipi sang lawan bicara hingga menimbulkan bekas merah.
"Sejak tadi aku bertanya, apa tujuanmu menyusup ke pesawat? Dan nggak ada satu pun dari jawabanmu yang jelas."

Dazai tertawa pelan, "Nona, Anda tahu mengapa suatu paradigma dalam ilmu pengetahuan bisa berubah?"

"Memangnya kenapa kalau aku bisa menjawabnya?"

"Hanya melalui percakapan singkat denganmu, aku sudah paham sedikit banyak tentang di—"



(Name) meletakkan salah satu kakinya pada kepala Dazai, menginjaknya pelan, semakin mengurangi jarak antara lelaki itu dengan lantai dingin di bawahnya.

"Dazai-san, aku sama sekali nggak menyuruhmu datang ke sini untuk ceramah."

(Name) mendekatkan tangan kirinya yang memegang cerutu panjang, dihisapnya rokok tersebut untuk kemudian mengepulkan asap dari mulutnya.





Senyum lelaki itu semakin lebar. Wanita ini masih belum sadar, seharusnya aku sudah boleh mencoba kabur, tapi aku yakin saat ini kami masih jauh dari Prancis. Aku tidak mungkin bisa lari sebelum pesawat mendarat. Sebelum itu, mungkin tak ada salahnya...

(Name) sedikit kesal mendapati Dazai melamun. Ditariknya kalung rantai sehingga leher Dazai turut tertarik mendekat kepadanya.
"Jika kamu berpikir untuk kabur, itu mustahil. Kita berada di pesawat. Aku—"

"Wah! Kalau begitu maukah Nona menemaniku bunuh diri bersama dengan terjun dari pesawat?" Dazai mengeluskan ujung jari-jarinya pada punggung kaki (Name) yang masih terbalut stocking hitam sebatas paha.


BSD x Reader [discontinued?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang