𝐅𝐲𝐨𝐝𝐨𝐫 𝐃𝐨𝐬𝐭𝐨𝐲𝐞𝐯𝐬𝐤𝐲 🔞

2.4K 69 13
                                    

Req by: ell_Kaiken lArshaka napcy11

Warning: Angst with happy ending, vanilla sex, JJK scene (Mechamaru n Miwa) inspired, long intro


Note:

- Entah mengapa punya ide ngebuat alur begini, btw karena gw sendiri fyogatha nation gw buat readernya as agatha tapi ttp gw sebut (Name) ya
//stiker beungeut sia

- Slight mention oc gw (ga sebut nama kok), biar part dmn fyodor hidup lagi itu jadi lebih nyambung

- Gw minta maaf bgt kalo alurnya makin kesini makin cringe tapi semoga kaga












—————————————————————


Terpayungi panorama awan sehitam jelaga
Merangkai bait demi bait fatamorgana
Perihal seseorang di atas sana
Tanpa perlu berkata apalagi bersua
Sungguhpun selalu kusebut namamu dalam doa


Akhir November, tipikal bulan-bulan mendekati musim dingin yang beku ala Eropa. Suhu mendekati nol derajat tak luput terjadi pada ibu kota Britania Raya.

Tak seperti malam-malam berbadai salju sebelumnya, kilatan petir menyambar disertai awan kelabu bergulung-gulung di angkasa. Rintik salju semakin menderas. Memang tak terlihat dari dalam bangunan, namun menyertai jatuhnya bulir-bulir air mata wanita bersurai (h/c), seorang diri di ruangan mewah dengan pencahayaan remang-remang. Dirinya terduduk lemas pada sofa merah, menghadap laptop abu-abu yang setengah terbuka di atas meja.

"Aku pernah menyukai seseorang. Kupikir, tidak peduli dunia akan berubah seperti apapun, tidak masalah jika aku masih di sana untuk tetap melindunginya. Sayangnya, takdir Tuhan tidak seindah itu. Maafkan aku, (Name)."

Tangis sang puan telah pecah sedari menit-menit lalu, bersamaan dengan jemari lentiknya menangkup sebuah perangkat kecil seukuran telapak tangan. Manik (e/c) yang teduh menatap layar gawai persegi berisi gambar kepala tikus berwarna ungu. Beribu kata berbalut lara berkali-kali terucap dari bibir berpoles lipstik merah yang kini memudar.

"Waktunya tiba, (Name)."


Suara lembut dari gawai dalam genggaman tangannya sontak menghentikan tangis wanita itu sesaat. Suara lelaki yang sangat familier —bahkan menempati sudut khusus dalam relung jiwa. Air mata kian membanjir deras membasahi pipi.

"Jangan!" Isaknya bersamaan dengan jari-jemari menguatkan cengkeraman pada gawai tersebut.

"Selamat tinggal, selama ini—"

"Jangan katakan selamat tinggal!" Tolak (Name) pilu. Tubuhnya tersentak dari posisi sebelumnya yang bersandar pada backrest sofa.

"(Name)," ucap suara halus dari layar tadi, diikuti gerak pada mulut kepala tikus yang tergambar di sana.

"Dostoyevsky!" Balas sang puan, putus asa mendera dirinya bagai seribu jarum menusuk dada. Tetes demi tetes air mata membasahi gambar kepala tikus, ciri khas sosok yang berarti bagi hidupnya.

"(Name)," ulang suara dari tikus tersebut, dengan nada meninggi namun senantiasa lembut dan sopan.

Sangat persis dengan hari-hari lalu, ketika mereka masih dapat berjumpa serta menghabiskan waktu. (Name) terdiam, entah mengapa dirinya dapat merasakan hawa keberadaan lelaki Rusia itu di sisinya, tepat pada tempat kosong di sofa sebelahnya. Pakaian bernuansa putih, jubah cokelat tua dengan hiasan bulu di sekitar leher, rambut hitam sebahu, bahkan ushanka putihnya. (Name) mengingat dengan jelas.


BSD x Reader [discontinued?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang