.
.
.
Di dalam keheningan mentari yang belum terbit, bayangan-bayangan lembut menyelinap di antara rerimbunan pepohonan. Embun menari di ujung daun yang belum terjamah, mencerminkan keceriaan pertemuan mereka dengan sang fajar. Udara pagi merangkai lagu kedamaian, dihiasi dengan aroma tanah basah dan harum bunga yang mulai merekah.
Di sebuah ruangan yang disebut kamar dengan jendela kecil mulai membuka diri perlahan, mengundang sinar pagi masuk ke dalam ruang yang masih dalam kelembutan tidur. Sorot matahari muda yang bersemangat menapak jejak di lantai, menyapu kegelapan yang tersisa dengan hangatnya.
Gemericik air mengalir seiring dengan kelembutan embun yang terjatuh dari rerumputan hijau. Burung-burung kecil bersiul gembira sambil menari di udara pagi yang segar. Keadaan pagi menghadirkan kesegaran yang mengundang untuk menghirup napas kehidupan yang baru.
Keheningan pagi terpatahkan dengan lembutnya suara langkah kaki seorang gadis miko yang menghampiri pintu yang tertutup sejak dari lima hari yang lalu.
Utahime menghembuskan nafas pelan, di tangannya ada keranjang berisi buah-buahan, tangannya terangkat untuk menekan bel pintu yang ada di depannya. Butuh lebih dari dua menit setelah bel tersebut dibunyikan untuk sang pemilik rumah keluar.
Laki-laki bersurai putih itu menampakkan setengah dirinya dengan tampilan acak-acakan. Ia menggunakan hoodie dan celana training, beserta dengan tatapannya yang sayu menandakan bahwa dirinya masih sakit. Ia berdehem untuk membersihkan tenggorokannya yang kering.
"Ngapain ke sini?" Tanya Satoru dengan suaranya yang terdengar rendah dan lemah.
"Aku hanya datang untuk menjenguk, kata Shoko hanya aku satu-satunya yang belum datang menjengukmu semenjak kau sakit."
"Ah, begitu...." Satoru terlihat agak canggung. Mungkin karna kejadian yang hampir seminggu lalu ia menjadi canggung begini, bahkan untuk menatap gadis itu saja dia ragu.
"Hari ini aku tidak menerima tamu, aku terlalu pus--" Belum sempat mengakhiri kalimatnya, Satoru mulai oleng.
Utahime langsung sigap menangkap Satoru sebelum ia terhantuk ke dinding, "Turunkan dulu egomu, hari ini saja." Satoru tidak menjawab apapun lagi. Sepertinya kalimat Utahime tadi bahkan tidak didengarnya lagi.
Utahime sudah sembuh pada hari ketiga setelah kejadian itu, dan kemarin ketika ia masuk sekolah, ia mendengar dari Shoko bahwa Satoru sudah sakit hampir empat hari yang lalu. Umumnya orang terkena demam hanya berdurasi sekitar tiga hari untuk sembuh. Namun, untuk Satoru sudah lebih dari tiga hari, Utahime hanya sedikit berempati terhadap Satoru yang tinggal sendiri. Sebagai seorang miko yang baik, maka Utahime akan menjenguk Satoru alias orang yang dibencinya, untuk hari ini saja.
Utahime membaringkan Satoru di sofa yang terdapat di pojok ruang tamu tanpa harus bersusah-susah menaiki tangga untuk ke kamarnya. Satoru terlihat seperti kedinginan, akhirnya Utahime mengambil selimut dari kamar pemuda itu lalu memakaikannya kepada laki-laki bersurai putih itu.
Setelah itu barulah Utahime melangkah ke dapur. Gadis muda itu berdiri di depan kompor dengan menggunakan celemek berwarna hitam yang terlihat ringan terpasang di tubuhnya. Ia pun mulai memasak makanan yang bisa dikonsumsi oleh orang sakit. Karna ini bukan dapurnya, Utahime sedikit kesulitan mencari bahan-bahan yang dibutuhkan.
Ia sedikit kaget dengan dapur seorang Satoru, terlihat bersih dan rapi, padahal dia hanya sendiri saja yang tinggal di situ. Tapi untuk ukuran seorang bujangan, ini sudah sangat bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Couses Probleml||GojoHime
RomanceSemua yang terjadi pasti ada awalnya. Tentang Satoru yang menganggu Utahime tanpa menyadari hakikatnya jika ia terus menganggu gadis itu. •𝐑𝐚𝐭𝐞: 𝐓• 𝐀𝐥𝐥 𝐜𝐡𝐚𝐫𝐚𝐜𝐭𝐞𝐫 𝐢𝐬 𝐛𝐞𝐥𝐨𝐧𝐠 𝐭𝐨 𝐆𝐞𝐠𝐞 𝐀𝐤𝐮𝐭𝐚𝐦𝐢 𝐂𝐨𝐯𝐞𝐫: 𝑷𝒊𝒏𝒕𝒓�...