"Zen, lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya seorang cewek dengan rambut lurus sepunggung. Matanya berbinar menatap penuh harap pada cowok di hadapannya.
Sementara itu, Zen menatap penuh haru sosok yang baru saja mengucapkan kalimat tersebut. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Zen bahkan menggenggam kedua tangan cewek itu dengan erat. Dilihat dari raut wajahnya, sepertinya Zen ini sangat menikmati momen tersebut.
Si cewek tentunya senang. Dari sini, satu langkah lagi keinginannya untuk menjadi kekasih dari cowok paling tampan di sekolah akan berhasil. Tak sia-sia usahanya menahan malu akibat mengajak cowok pacaran. Tak lama lagi dia bisa mengatakan secara lantang, jika seorang Pratagakara Zen sudah menjadi miliknya.
Zen tertawa renyah atau lebih tepatnya sih nyengir. "Sorry Git, kita pacarannya lain kali aja ya."
Bak tertusuk ratusan anak panah, hati Gita patah terluluh-lantahkan. Rasanya seperti terjatuh setelah berhasil menembus langit ke tujuh. Tak usah ditanya rasanya seperti apa. Sudah jelas sangat sakit.
Lagipula para cewek di SMA Jaya Nusantara ini tak ada kapoknya. Sudah tahu sifat Zen ini seperti apa, masih saja tetap nekat. Mungkin jika dihitung, Gita ini adalah cewek ke seratus dua puluh tiga yang Zen tolak cintanya.
Alasan Zen menolak mereka tak lain dan tak bukan karena tak ada satupun dari mereka yang berhasil menarik hatinya. Bukannya apa-apa, tapi Zen juga sudah menduga jika tujuan mereka hampir sama. Pastinya hanya menginginkan ketenaran dengan cara numpang nama.
Memang Zen ini gagah dan tampan, bahkan bisa dibilang sebelas dua belas dengan aktor Korea. Zen juga kapten tim basket di sekolah. Walaupun cowok itu dipuja-puja oleh para siswi, bagaimana pun Zen juga tetaplah manusia biasa yang ingin dicintai dengan tulus.
Gita pergi dengan sejuta luka di hatinya. Namun, cewek itu tetap teguh pada keinginannya. Suatu hari dia pasti akan datang kembali. Gita tak mau menyerah begitu saja. Dia sudah jatuh cinta pada cowok itu dari sejak lama. Lagipula mengapa sih Zen menolaknya? Memang apa yang kurang dari seorang Gita?
Akibat TKP di dekat pintu gerbang sekolah, tentunya para murid yang baru datang merasa kasihan pada Gita. Tetapi sebagian dari mereka ada juga yang merasa senang. Itu artinya pangeran sekolah tetap dalam posisi jomblo.
Sementara itu dari puluhan pasang mata yang menyaksikan, pandangan Zen justru tertuju pada seorang cewek yang menatapnya sekejap. Wajah cewek itu terlihat kesal dengan matanya yang menajam, seolah sedang menunjukkan rasa cemburu.
Tak mau menyia-nyiakan calon pacar yang mungkin memiliki perasaan tulus, Zen memilih untuk mengejar cewek itu.
"Hey," panggil Zen sembari berusaha mengejar langkah cewek itu yang cepat.
Si cewek yang sadar jika panggilan itu ditujukan untuknya justru semakin mempercepat langkah. Tak segan-segan, dia bahkan membuat Zen hingga berlari.
"Hey tunggu dong," ucap Zen lagi.
Cewek itu langsung menepis tangan Zen yang berhasil meraih tangan kanannya. Dia menoleh seraya berdecih juga dengan tatapan yang setajam elang.
"Judes amat sih, Neng. Kalo cemburu jangan segitunya dong," Zen kembali bersuara. Kakinya menjajak mengiringi cewek itu yang kembali melanjutkan langkahnya.
Yang Zen lakukan kini mirip sekali seperti sedang mengejar pacar setelah tertangkap basah main di belakang. Butuh tenaga ekstra dan kesabaran.
Aksi keduanya tentu mendapat tontonan dari warga sekolah. Apalagi kini waktu tengah berpijak di mana puncak murid berdatangan.
Setelah keduanya melewati koridor kelas, Zen kembali menarik tangan cewek itu untuk berhenti. Dan ya, cewek itu berhenti bahkan menoleh dengan tatapannya yang tak kalah tajam dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Zekaram
Teen FictionKata siapa sahabat menjadi orang pertama yang mengasihani kita? Kata siapa sahabat selalu ada di kala suka dan duka? Kata siapa sahabat selalu menjadi motivator utama? Semua itu salah bagi Karamel. Cewek itu justru harus menelan mentah-mentah derita...