Pualam menoreh kakiku
Dengan dingin dan licin
Yang begitu semuLihatlah itu diriku
Bercermin pilu
Adakah mahluk di bawahku?Hidupkah pualam itu?
Bukankah ia terbuat dari seonggok batu?
Nampaknya ia membisu
Dipaksa oleh hiruk pikuk
Pengunjung museum hari sabtuCeritakanlah kisahmu
Apakah ini yang kau mau
Menjadi ubin beku?Tidak.
Kau iri akan patung
Megah pajang dijamu
Di hadapan tamu
Sementara mereka menginjak muSadarkah mereka
Selama ini kau tempat berpijak?
Kuatkah dirimu?
Menahan mahluk fana
Menindas yang fanaAtau selama ini
Asamu sudah mati?
Makanya kau membisu?Hening.
Pualam adalah puisi yang menceritakan tentang lantai marmer yang sering kita jumpai di museum.
Sadarkah kita bahwa seringkali yang menjadi pijakan manusia adalah yang sering diinjak2 olehnya?
Aku tidak pernah bertemu orang yg berkata "lantai marmer di museum A bagus" pasti mereka akan berkata "patung di museum A bagus" sekalipun patung itu terbuat dari kotoran.
Ternyata benda yang bisu memiliki sejarah yang pilu
Mereka dipaksa diam oleh takdir
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata Dirajut Rasa | Puisi
PoesiaKumpulan Perasaan yang Tidak Dapat Diucapkan Begitu Saja - puisi