4. Sepasang Sepatu yang Berbeda

2 0 0
                                    

Yara bilang bahwa produk ini benar-benar ampuh di kulit yara. Beberapa dari pengunjung juga bilang produk ini ampuh. Cuma memang karena mungkin hanya dokter kecil jadi ia tak cukup terkenal. Dokter itu sempat tutup, jadi yara berhenti memakai nya. Yara sempat takut kalau produk ini bikin kecanduan, dan kulit nya bisa rusak jika berhenti menggunakannya.

Tapi ternyata yara salah besar, setelah berhenti menggunakan produk kulit yara masih baik-baik saja. Berarti sudah pasti produk ini sama sekali tak menyebabkan kecanduan. Yara mencari tau kenapa toko ini tutup, seperti yang di duga dokter kecil itu kekurangan pengunjung sampai bangkrut. Yara juga sempat menguji apakah ada kandungan berbahaya atau tidak, hasilnya negatif dan dapat digunakan oleh seluruh kaum. Tentu saja Yara langsung berfikir bahwa ini akan menghasilkan gunung emas bagi nya.

Butuh beberapa bulan sampai yara menemukan, dan beberapa Minggu demi merayu si dokter kecil ini. Yara memberikan sejumlah uang untuk memproduksi kembali dan mengajukan nya secara diam diam ke perusahaan. Tapi yara tidak menceritakan hal ini kepada siapapun. Karena Yara tak ingin membagikan saham kecil ini kepada siapapun termasuk kakaknya. Yara hanya bercerita bahwa produk itu berhasil menghilangkan banyak bruntusan dan jerawat jadi jarang keluar.

Zidan menyetujuinya dan meminta beberapa produk untuk di cek kembali di laboratorium. Kalau hasilnya positif aman tak ada yang buruk, baru produk itu dapat ia pasarkan. Benar saja produk itu membeludak besar dalam kurun waktu seminggu penjualan sudah mencapai 10% melebihi target. Banyak selebriti yang mengapresiasi produk Alexander. Dan tentu saja, saham kecil yara menghasilkan uang yang sangat banyak. Hingga menjadi saham terbesar yara untuk pertama kalinya.

Seperti biasa makan malam keluarga itu sedang berlangsung. Keluarga kecil yara berkumpul Mami, Papi, dan kak Zidan yang terus menambahkan lauk di piring kecil yara. Gadis itu sampai merasa perutnya hampir meledak dan menolak pemberian kakaknya.

"Kak... Yara udah gak kuat" ucap yara, sambil membuka kulkas.

"Hm... Gak kuat? Tapi masih ngambil coklat" jawab Zidan, sambil menjewer kuping adiknya.

Yara hanya tertawa kecil sambil membagi coklatnya. Zidan yang merasa kurang meminta lagi, tapi yara tak memberikan nya. Jika Zidan meminta lagi, jatah yara akan kurang karena ini coklat terakhirnya untuk malam ini.

"Berhentilah bertengkar, zidan... Kamu cuma punya satu adik malah di ajak berantem terus" ucap mami sambil tertawa.

"Iya... Kita ini keluarga loh, harusnya saling menyayangi" ucap papi, sambil mengecup bibir istrinya di depan yara yang polos itu.

"Ih... Aku juga bisa" zidan langsung mencium jidat, pipi, dan seluruh wajah yara.

Sepertinya kakak yara ini terlalu menganggap adik nya seperti anak kecil. Yara yang kesal sekaligus merasa jijik langsung mengamuk. Ia langsung memukuli zidan sampai akhirnya Zidan meminta maaf. Yara mengambil beberapa tisu dan mengelap wajah nya sampai memerah.

"Ih... Kak zidan, kakak tuh udah makan makanan yang berlemak dan coklat. Gak tau apa mulut kakak sekotor dan berminyak apa. Kalau yara jerawatan gimana?" Ucap yara, sambil berusaha menggigit tangan kakaknya itu.

Zidan menghindar dengan bersembunyi dibalik kedua orang tuanya. Mereka menertawai tingkah lucu yara, yang terlalu kekanak-kanakan. Mami juga memukul Zidan beberapa kali melampiaskan amarah yara. Yara jadi ikut tertawa dan merasa sangat senang, bahwa keluarga nya masih bisa sedekat ini sampai sekarang. Ia sangat bersyukur memiliki keluarga sehangat, dan sesempurna ini.

Disisi lain gadis bernama dian itu juga tumbuh besar. Waktu 10 tahun yang lalu ia kembali ditangkap oleh ayahnya. Sejauh apapun gadis kecil itu berusaha berlari, tak ada yang bisa menolongnya. Kini dian telah besar, seperti biasa ia lagi-lagi jadi pelampiasan amukan ayahnya. Dibilang tidak becus, wanita lemah, hanya mengerti menangis saja.

"Jawab! Kalau orang tua panggil tuh jawab, malah jadi orang bisu seperti ibumu" bentak ayah dian.

Gadis itu gemetaran ketakutan, lagi lagi tubuh dian dipenuhi luka. Padahal lukanya yang kemarin saja belum sembuh. Dian pada akhirnya tidak pernah pergi bersekolah. Hidup nya hanya dipenuhi dengan hiruk pikuknya pasar. Merawat adiknya setiap hari, serta membantu ibu dipasar. Tante nya dian atau sering di panggil linda tidak bisa berjalan, dan hanya bisa bergerak dengan kursi rodanya. Kadangkala ketika dian dan ibunya pergi untuk membuka toko jahit, tante linda yang akan menjaga adiknya yang bernama Zikri.

Hari demi hari toko dian selalu sepi, hanya beberapa orang yang datang untuk membenarkan baju. Entah itu mengecilkan, membesarkan, atau mungkin hanya memesang beberapa bet untuk seragam sekolah mereka. Sukur sukur masih ada beberapa orang yang datang untuk memenuhi makan mereka bahkan hanya untuk 1 hari. Tapi toko dian terlalu jarang di datangi sampai kadang mereka tidak dapat membeli beras.

Hari ini linda menelpon dan meminta dian serta ibu untuk kembali cepat. Zikri adik dian yang hanya berbeda setahun mengamuk dan memecahkan beberapa barang. Zikri memiliki keterbelakangan mental atau down syndrome. Rumah itu sudah sangat berantakan, tante linda yang baru kembali dari warung tak menyadari akan hal itu.

"Astaga, zikri... tangan kamu sampai berdarah gini" ucap tante panik.

Ibu langsung berlari masuk, dan mengambilkan obat luka. Dian terlihat tidak perduli, dirinya sudah terlalu lelah di pasar. Gadis itu langsung melemparkan tubuhnya ke atas kasur. Tante linda tak bisa berkata-kata, entah sejak kapan dian tak lagi memperdulikan adiknya. Sejak dulu dian selalu ramah, dan sangat memperdulikan adiknya. Tante linda tau, sehancur-hancur nya keluarga ini. Hanya dian yang menjadi api penyemangat sekaligus kehidupan.

"Tidak... tidak apa-apa, luka zikri kecil kecil" ucap zikri, kapada ibunya.

Ibu hanya menjewer zikri, dan menjawabnya dengan bahasa isyarat.

"Lain kali, tolong hati-hati. Ibu sangat khawatir."

Zikri mengangguk, dan bilang bahwa dia lapar. Ibu membuka kulkas, hanya terdapat satu telur didalamnya. Ibu melihat kedapur dan menemukan beberapa gram tepung serta sedikit beras. Bahan makanan yang ada di dapur sudah pasti tidak akan cukup untuk lima orang. Seharian tak ada pengunjung yang datang untuk meminta jasa.

"Ibu... ibu, zikri nemu uang!" Teriak zikri menghampiri ibunya.

 ibu, zikri nemu uang!" Teriak zikri menghampiri ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Zikri Dilmurat~

Ibu kebingungan dan bertanya, "dapat darimana uang ini?".

Zikri menunjuk ke arah lemari, dan terdapat uang di antara baju itu. Tante linda bilang mungkin saja ibu lupa menaruh uang nya disana. Tapi ibu tak pernah ingat menaruh uang disana. Tidak mungkin juga suaminya yang menaruh uang seratus ribu ini. Sedangkan ia tau bahwa suaminya sangat penggila judi.

"Udah sih, yang penting makan, apa lagi yang perlu ibu fikirin?" Ucap dian, yang sudah berada di tangga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Sepatu Kaca yang TertukarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang