Bu,
Telah kuseduh doa pada pemilik hidup
Dengan sesendok harap yang beradu
Rasanya manis, terlampau manis di lidahku
Sepertinya sendok harap membumbung terlalu syahduBu,
Telah kuseduh doa yang mustahil adanya
Kini coba kuseduh di depanmu secara nyata
Ku pinta dengan kalimat berakhir tanya
Karna ragu apakah manisnya dapat menjadi nyataBu,
Boleh kupinta jangan menua?
Aku takut harus berkemas lebih awal dari seharusnya
Aku takut kau tak sempat menyeduh manisnya
Jangan menua ya BuBu,
Jika memang mustahil adanya
Meski senja silih berganti, dan usiamu mengejarnya
Tunggu aku ya Bu
Mari tetap seduh manisnya bersama-sama
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
PoetryE.phem.er.al /əˈfem(ə)rəl/ lasting for a very short time Mungkin puisi mungkin bukan