29. Flashback Masalalu Vern [End] ; Mati Di Tangan Anak Sendiri.

11 14 0
                                    

VOTE DAN KOMENNYA JANGAN LUPA :)

⸙;; ❝ HAPPY READINGᵕ̈ ೫˚∗:


Sebelum pergi ketempat Vern berada, ia kembali ke rumah Nirmakala guna mengambil baju beserta celana untuk bocah itu pakai setelah berubah menjadi manusia lagi.

"Anak itu belum bisa mengendalikan emosinya dan berakhir menjadi seperti dalam penerawangan ku," batin Lyne.

Sementara di halaman gudang itu Vern yang sudah kehilangan ingatan manusianya, berhasil membunuh orang-orang yang ada disana kecuali ibunya. Bahkan bangunan gudang itu turut ia hancurkan.

"VERNAA, HENTIKAAN! SUDAH NAAKK!" Pekik ibu bocah tersebut.

Mendengar teriakan ibunya, Vern kecil yang sudah berubah menjadi monster itu berjalan mendekati ibunya.

Sementara itu Lyne sedang dalam perjalanan menyusul ibu dan anak itu, setelah 15 menit perjalanan akhirnya dia sampai di tempat itu, lalu setelah sampai ia segera berlari menghampiri Vern yang hendak mendekati ibunya.

"VERNAA, SUDAH HENTIKAN! KALAU TERUS BEGINI KAU BISA MEMBUNUH IBUMU SENDIRI!" Lyne berusaha menenangkan bocah itu.

Namun usahanya sia-sia, bocah monster itu malah mengaum kencang dan memukul Lyne menggunakan telapak tangan monsternya.

Lyne berusaha menangkisnya dengan cara menyilangkan kedua tangannya di depan wajahya, tapi hal itu sia-sia, ia pun terpelanting menjauh dari Nirmakala.

Hal itu tak membuatnya gentar, ia melesat kencang kembali ke tempat Nirmakala.

Saat Vern hendak melayangkan tangan monsternya ke arah Nirmakala kembali, Lyne mengeluarkan bola energinya dan sedikit mengenai telapak tangan bocah monster itu.

Lyne sempat berkelahi dengan Vern tanpa menyakiti anak itu, bermaksud agar dia tidak perlu menempelkan tanda di telapak tangannya itu ke dada Vern.

Karena perkelahian itulah ia juga beberapa kali mendapatkan luka gores dan memar ditubuhnya akibat dari cakar Vern serta beberapa kali terpelanting ke tanah dengan cukup keras.

Ia sebisa mungkin tidak mengeluarkan kekuatannya, dan jika bisa ia tak ingin menggunakan tanda itu ke tubuh Vern. Karena jika tanda di telapaknya sudah tertanam di dada bocah itu, ia akan meresakan kesakitan yang luar biasa.

"NAAKK CUKUP! SADARLAH NAAKK, MAMA SUDAH TIDAK APA-APA. AYO KITA PULANG DAN MEMAKAN PUDING MELON KESUKAAN MU BERSAMA LYNE JUGA."

Mendengar itu membuat Vern mengaum kencang kembali. Ia berlari ke arah ibunya, pikirannya sudah di kendalikan oleh monster itu.

Lyne yang melihat Vern semakin marah dan berlari ke arah Nirmakala pun berusaha bangkit, tapi terlambat.

"AAAARRGGHH!" Vern berhasil menancapkan kukunya yang runcing ke arah jantung Nirmakala.

Darah Nirmakal terciprat kemana-mana. Bahkan Lyne yang berdiri sempoyongan di dekat Vern pun turut terciprat darahnya.

Mayat perempuan itu terjatuh membentur tanah.

"N-Nirma? TIDAAK NIRMAAAAA!!" Pekiknya.

Ia menatap sejenak monster itu.

"Ka-Kalau begini aku terpaksa ha-harus menempelkan ta-tanda ini ke dada anak itu," batin Lyne sembari melihat dan menggenggam tangan kanannya. Lalu sedetik kemudian ia berjalan sempoyongan dan ia berlari kencang ke arah Vern.

Ia melompat ke arah dada kiri Vern, bergelayutan seperti monyet disana. Setelah agak kesusahan karena bocah itu terus bergerak hendak menjauhkannya dari tubuh besarnya akhirnya Lyne berhasil menempelkan tanda itu ke dada kiri Vern.

Lyne pun melompat turun, bocah itu mulai kesakitan karena tanda itu. Tubuhnya perlahan-lahan mengecil.

Sembari meringis kesakitan memegangi perutnya, Lyne yang tubuhnya sudah di penuhi luka dan darah dari Nirmakala berjalan sempoyongan ke arah Vern.

"L-Lyne."

Bocah itu membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah tubuh pamannya begitu banyak luka dan di penuhi darah ibunya.

"Lyne, a-ada apa dengan mu? M-Mengapa tu-tubuh mu?"

Pria itu terseyum dan menggelengkan kepalanya.

"Lyne, dimana mama? Dimana orang-orang itu? Apa kau seperti ini karena sempat berkelahi dengan mereka dan menyelamatkan mama?"

Lagi-lagi pria itu tersenyum dan memeluk Vern erat.

"Syukurlah kau tak apa-apa Verna."

"Lyne, dimana mama? Dia selamatkan?" Tanya Vern sembari melepaskan pelukan Lyne.

Lyne tidak menjawab, ia masih tersenyum dan malah memberikan pakaian baru kepada Vern.

"Pakailah ini terlebih dahulu, malam semakin dingin," ujarnya.

Vern memandangi tubuh telanjangnya.

"Apa yang terjadi? Kenapa aku telanjang begini, Lyne."

Bocah itu mengambil pakaian lengkap dengan celana panjangnya, lalu memakainya.

"Lalu Lyne, bisa kah kau membawa ku ketempat mama?"

Lyne menatap bocah itu dengan tatapan iba, ia tak tega bila anak itu harus menghadapi kenyataan bahwa dialah yang telah membunuh ibunya sendiri.

[The Return Of Memory] - VESYA (HIAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang