Yeji heran dengan Karina, berulangkali gadis itu menghelakan nafas, seperti memiliki banyak beban masalah aja."Kenapa, lo?" Karena tak tahan, Yeji pun angkat suara.
Bukannya menjawab, Karina malah menghelakan nafas lagi. "WOI!" Teriak Yeji saat ucapannya sama sekali gak digubris.
Disisi lain, Giselle dan Minju malah ketawa ngeliat itu. "Ji, udah. Lo kayak bocah stres dah." Tegur Lia.
Memang Julia ter the best kalo kayak gini, gak kaya dua orang di pojok sana.
"Tau tuh, Karina lagi kurang obat, makanya kek gitu." imbuh Giselle.
"Kenapa si, Rin?" Sambungnya bertanya.
Dengan wajah cemberutnya Karina menatap satu persatu teman-temannya. "Semalem gue ketemu Yuri."
"Terus? Lo kasih dia kesempatan lagi, gitu?" Tanya Minju, dirinya sudah khatam kalo masalah kayak gini.
"Iihh enggak, tapi— tapi gue bilang ke dia, kalo gue udah punya pacar. Padahal 'kan, belum." Jelas Karina dengan lesu.
"Goblok, tolol." Tebak inisial, yap benar! itu Giselle yang memberi umpatan kepada Karina.
"Dih, kasar."
"Bodoamat!"
"Terus gimana?" Tanya Yeji, berusaha mengabaikan tingkah laku manusia-manusia itu.
"Mau gimana lagi? Udah ketebak gue bohongnya." Jawab Karina dengan lesu.
Minju menghelakan nafas, "dasar manusia gamon."
"Lo sama kaya Giselle, alias gak ngasih solusi sama sekali." Karina merotasikan matanya.
Julia berdahem sebelum berucap, "Yaudah cari pacar aja."
"Nah, gue setuju!" Yeji menjentikkan jarinya. "Tapi sama siapa?" Lanjutnya.
"Siapa aja. Lagipula 'kan gak ada yang mau nolak nih bocah. Nih bocah aja yang suka buta kalo udah denger nama Yuri." Balas Julia, Yeji pun mengangguk paham.
"AHA, GUE PUNYA IDE!"
"Enggak! Gue gak mau saran dari Giselle, pasti sesat. Mending gue nerima saran dari Lia apa Yeji." Karina langsung menolak mentah-mentah, padahal Giselle belum aja ngomong.
"Yaelah, dengerin aja dulu, Rin. Siapa tau kali ini anaknya waras." Ucap Minju memang ada benarnya, tapi tetap aja Karina gamau.
"Perasaan tadi lo bilang, kita berdua gak bisa ngasih solusi, giliran dikasih malah nolak. Kita berdua mah apa ya gak, Nju?" Minju lengkap dengan mimik muka julidnya pun mengangguk setuju.
"Stres. Tapi— yaudah apa?" Tanya Karina dengan sedikit malas.
"Lo kan lagi deket sama Winter, Nah, lo pacarain aja tu bocah."
"BOCAH GENDENG!" Umpat Karina. "Gue gak deket sama Winter. Dan apa lo bilang? Pacaran sama Winter? Gak mau, gak mau, gak mau."
"Yaelah, walaupun Winter begajulan gitu, dia baik kok. the best pokoknya." Ucap Giselle, agar Karina menerima sarannya. Sedangkan Minju terkikik, ialah yang memberikan ide tersebut.
"Liii, gimana?" Rengek Karina pada Lia.
Lia hanya tersenyum canggung sebelum bilang, "g-gue setuju sama Giselle, Rin."
"KALIAN SEMUA GAK MEMBANTU. hikss, cukup tau aja si, kalian emang gak pernah peduli sama gue." Ucap Karina penuh dramatis.
Yeji melihat itupun ingin sekali membuang gadis Yoo ke rawa-rawa. Dramatis sekali.
"Lo beneran jangan kayak bocah stres dah, Rin. Yang penting kita udah ngasih saran, tinggal gimana lo nya aja." Ucap Giselle.
"Kata gue, mending pikir baik-baik sih, Rin." Ucap Minju dengan senyuman yang menyebalkan.
.
.
.
tbc....
dah, author mw ngilang lgi, byee😁😁👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy Lover
FanfictionBercerita tentang Winter si anak berandalan dan susah diatur yang di pertemukan dengan Karina anak yang sangat disiplin dengan peraturan sekolah, jangan lupakan dirinya adalah seorang ketua osis.