15.

648 73 8
                                    

author kembali, selamat membaca.

"Semoga langgeng, Win, gue doain." Winter cuma mampu senyum kecut, ini— temen-temennya kalo udah masalah gratisan, langsung aja digas pol.

Winter menghelakan nafas, kemudian dirinya memfokuskan pada ponselnya, membiarkan teman-temannya menghabiskan uangnya. toh, di rekening masih cukup banyak nominal uangnya.

"Gue baru inget deh, gue udah tau nama si cewek itu." Ucap Kazuha.

"oh ya? Siapa namanya?" Tanya Ningning seraya menguyah baksonya, matanya menatap ponselnya.

"Kim Chaewon. Namanya cantik, kek orangnya."

Yujin reflek menatap Winter, yang juga sedang menatapnya. Mereka berdua seolah-olah sedang berbicara melalui telepati nya.

"Lo.. sering ketemu sama dia?" Tanya Yujin dengan ragu.

"Iyaa, gue bahkan udah tukeran nomor sama dia."

"Terus pacar virtual lo gimana?" Kini giliran Ryujin yang bertanya.

"Udah gue putusin, hehe." Cengirnya.

"Enteng bet, ngomongnya," Ucap Ningning.

"Ya gimana, ya? orang dia udah punya suami, jadi ya—" ucapan Kazuha terpotong karena Ryujin menepuk pundaknya dengan keras. "Apasi, jin?!"

"Anjing, gue keselek," Ucapnya, sesekali terbatuk.

"Makanya pelan-pelan, toh bisa pesen lagi, Winter ini yang bayar." Dengan santainya Yujin menyeruput es tehnya, lalu menaik-turunkan alisnya membuat Winter kesal dengan aksi tengil Yujin.

••••

"Hai sayangkuuu," Winter tersenyum lebar, tepat setelah memberhentikan motornya dihadapan Karina.

"Hai," sapanya balik, lalu melirik teman-temannya yang sedang pura-pura sibuk.

"Pulang bareng gue yuk? Lo lagi gak ada rapat kan?" Tanya Winter.

"Tapi..," Karina melirik kearah belakang, tepatnya si kearah teman-temannya, Winter yang paham pun tersenyum manis.

"Eh kalian, gue izin anter karin pulang boleh kan?"

Minju tersenyum lebar, dengan semangat ia menjawab, "bawa aja, Win! kalo boleh gak usah dikembaliin."

Giselle berdahem kecil, "ngedate, ya? jangan lupa oleh-oleh."

Winter terkekeh kecil, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada Karina. Lalu, Winter memasangkan helm kepada Karina. Posisinya sangat dekat, sehingga Karina harus menahan nafasnya. Dan, lagi-lagi jantungnya berdebar kencang.

Karina langsung buang muka saat tiba-tiba Winter meliriknya dengan tersenyum manis. Ia meremas tangannya guna menahan salah tingkahnya.

"uhukk uhukk, aduh telinga gue gatel," Ucap Yeji dengan batuk yang dibuat-buat.

"Tenggorakan, goblok!" Ralat Minju dengan tak santainya.

"Infoin kontrakan dong, kayaknya gue udah gak mampu tinggal di bumi." Ucap Giselle.

"Wahhh, kayaknya es krimnya kurang manis dibandingkan mereka, ya? Minimal kalo mau mesra-mesraan jangan disekolah." Ucap Julia.

Winter lagi-lagi terkekeh, sedangkan Karina malu. sungguh malu. Setelah itu, keduanya langsung pamit pada keempat teman-teman Karina.

Diperjalanan hanya ada keheningan, baik Karina maupun Winter enggan buka suara. toh, memang keduanya gak mau nyari topik.

Karina menyenderkan kepalanya di bahu Winter, dengan tangan yang memeluk mesra pada pinggang Winter. Bahkan, gadis musim dingin itu tak melunturkan senyumnya sedari tadi.

"Kenapa senyum-senyum gitu?" Tanya Karina dengan alis mengkerut.

Winter terkejut. Untung saja ia masih bisa mengendalikan motornya, kalo tidak, sudah dipastikan akan menabrak.

"Hah— engga, gak papa." Ucapnya, masih dengan mempertahankan senyumnya.

"Stres," gumam Karin. Tapi gak mau menyangkal, ia pun senang karena Winter tersenyum. Apalagi Karenanya.

•••

"Kita sampai,"

"Mau mampir, Win?" Tanya Karina seraya menyerahkan helmnya.

"Kapan-kapan aj-"

"Eh kak, udah pulang? itu siapa? temen kamu?" Ucap seorang wanita yang sepertinya sudah memasuki kepala empat.

"Ayo nak, kita masuk dulu,"

"Gak usah tante, saya mau langsung pulang aja. takut dicariin." Ucap Winter tak enak hati.

"Enggak dicariin, tante jamin. ayo masuk, kita ngobrol didalem."

"Mahh," panggil Karin, ia jadi merasa gak enak ke Winter. "Ajak temen kamu ya kedalam, mama siapin makanan buat kalian." Ucap mama Karina.

Setelah memastikan sang mamah masuk, Karin tersenyum kikuk dan mempersilahkan Winter masuk. Winter pun sesekali menghelakan nafas seraya mendorong motornya untuk diparkirkan dihalaman rumah.

Winter memang berniat untuk bertemu dengan orang tua Karin, tapi tidak secepat ini. Apalagi dengan seragamnya yang acakadul seperti ini, belum lagi pasti bajunya bau asam terkena keringat ataupun bau matahari. Winter takut kedua orang tua Karin merasa ifeel dengannya, dan berakhir ia di blacklist dari daftar calon mantu.

"Duduk dulu, Win, gue ke kamar dulu ya." Winter hanya mengangguk patuh, tanpa banyak bicara.

"Eh, Karina kemana?" Tanya mama Karin seraya membawa nampan.

"Ke kamar, tante," jawab Winter seraya tersenyum kikuk. "Duh, tante, jadi ngerepotin deh."

Setelah meletakkan dua gelas dan beberapa cemilan, mama dari Karina mengambil tempat duduk diseberang Winter seraya memangku nampannya. "Udah dari kapan berteman sama anak tante?"

"Sebenernya baru-baru ini si, tan."

"Ini pertama kalinya Karin bawa temen, selain yang itu-itu aja. Makanya saya agak kaget." Ucapnya.

Winter terdiam, ia bimbang, haruskah Winter bilang jika dirinya bukanlah sebatas teman?

"eumm, tante," panggil Winter ragu-ragu.

"Kenapa, nak?"

"Sebenarnya, ssaya bukan sebatas teman Karin. S-saya.. saya kekasih dari anak tante," Jelasnya dengan sedikit takut. "Maaf, tan, saya memacari anak tante tanpa izin." sambungnya.

Ibu Karina pun menelisik Winter dari atas kepala sampai ujung kaki. Tak lama, Ibu karin tersenyum kecil seraya menganggukkan kepalanya.

"Gak perlu meminta maaf, nak. Tante bisa nerima kamu, tapi belum tentu dengan papahnya." Ucapnya.

"Oh ya, tante belum tau nama kamu loh,"

"Nama saya Winter Kim," Jawab Winter sedikit cepat. "maksud tante, papahnya Karin emangnya kenapa, tan?"

"Nanti kamu juga ta—"

"Papah pulanggg!"

.
.
.

tbc..




Enemy LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang