13.

906 91 8
                                    


  Karina menghembuskan nafasnya berkali-kali, didepan sana terlihat Winter bersama teman-temannya yang sedang sebat, bermain game di ponselnya dengan bungkus makanan berserakan. Tapi tujuan Karina kali ini bukan untuk menghukum mereka, melainkan ingin bertemu dengan si musim dingin.

Baiklah.. Karina sudah memutuskan untuk meminta bantuan dari Winter. Tapi— apakah Winter mau menerimanya? Okeii... kita coba dulu.

"Ekhm! enaknya bikin sampah ya disini, jangan lupa di beresin." Karina menyilangkan tangannya di depan dada.

"Eh, ada Karin. Mangga Rin, duduk, Mau ketemu Winter, ya?" Sambutan tersebut keluar dari mulut Kazuha. Seraya tersenyum Zuha menunjuk tempat didepan Winter.

Winter mengangkat satu alisnya ketika Karina benar-benar duduk dihadapannya. "Kenapa?" Winter menegakan badannya.

"Eumm," Karina melirik teman-teman Winter. Winter yang cukup peka itu pun segera mengajak Karina pergi dari sana.

"Kenapa?" Tanya Winter sesaat mereka menuruni tangga.

"Gue mau minta tolong," Winter menghentikan langkahnya, tentu Karina yang dibelakangnya ikut terhenti. "Kalo gak mau juga gak papa."

"Serius minta bantuan sama gue?" Winter menaikkan satu alisnya.

"Beneran, Win."

"Ada syaratnya," Winter tersenyum miring. Karina hanya menaikkan satu alisnya menunggu kalimat Winter berikutnya. "Jadi pacar gue."

"Gak ada penolakan!" Karina kembali mengatupkan bibirnya saat Winter tak memberikan kesempatan tuk berbicara.

"Jadi, lo mau bantuin apa?" Karina terdiam, tak mungkin kan jika dirinya meminta Winter untuk menjadi pacar bohongan? sedangkan Winter sendiri memaksa dirinya untuk menjadi pacarnya.

"Anu.. ee, Y-yuri ganggu gue te-terus, Win," Karina menjeda kalimatnya, rasanya sulit sekali untuk berbicara. "k-kata Giselle, l-lo bisa bantuin gue." Karina cepat-cepat menutup rapat matanya, takut sekali tidak sesuai dengan ekspektasi nya.

"Oke, gue bantu sampai dia gak ganggu lo lagi, sayang." Ucap Winter seraya tersenyum miring.

Apa ini? Kenapa Karina merasa darahnya berdesir? wajahnya pun terasa panas. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, rasanya sangat-sangat aneh bagi Karina.

"m-makasih, Win,"

"Udah tugas gue sebagai pacar lo, sayang."

•••

"Halo cantik." Sapa Yuri seraya tersenyum.

Seketika Karina jadi badmood ngeliat Yuri disini, udah gak nafsu makan. Lia hanya melirik sekilas bersama Minju, lalu keduanya kembali fokus pada ponselnya.

Karina pun merasa risih karena ditatap terus menerus sama Yuri. "Stop ngeliatin gue, gue risih!"

"Kenapa si, cantik? padahal dulu kamu salting loh kalo aku liatin kayak gini." Ucapnya seraya tersenyum manis.

"Itu dulu. Sekarang gue udah punya pacar."

uhukk uhukk

bukk

Karina mengalihkan pandangannya pada Minju yang tiba-tiba tersedak bumbu pedas dari basrengnya dan Julia yang menjatuhkan botol mineralnya. Lia melongo mendengar itu, tapi terlihat jelas jika tatapan gadis yang sedikit sipit itu terkejut.

"What the hell, Karin, lo punya pacar? kok gak bilang-bilang!!" Pekik Minju setelah sadar, ia merasa terkhianati.

"hah?" Beo Lia, ia masih belum bisa mencerna semuanya.

Yuri menaikkan satu alisnya sebelum berucap, "kamu bohong? Temen-temen kamu aja keliatan kaget."

"Sayangku, cintaku, kenapa hm? padahal aku beneran tulus sama kamu. Mau, ya? balikan sama aku."

Karina terdiam, sebenarnya ia sedikit terpengaruh sekaligus sedikit baper. Sedangkan disisi lain, Minju dan Lia misah-misuh sendiri lantaran makan siang mereka terganggu akibat Yuri. Ingin sekali keduanya membuang Yuri dari sini.

prankk

Suara pecahan mangkok bakso terdengan hingga semua siswa disana menatap sang pelaku, itu Winter. Dengan wajah yang sedikit memerah, entah karna menahan malu, marah, ataupun salah tingkah, gadis itu menghampiri Yuri dengan wajah datarnya.

"Jauhin pacar gue." Ucap Winter, dengan tatapan matanya yang tajam.

"Waittt, Karin pacar lo? Gak percaya si." Yuri terkekeh kecil, ia menatap Winter dengan remeh.

Winter berdecih, "Gak percaya? Nihhh, gue buktiin."

"Silahka—"

Seluruh siswa yang berada di kantin— tepatnya yang sedang menonton drama dadakan itu reflek teriak histeris. Bahkan Karina sendiri pun terkejut, ia tak menyangka jika Winter seberani ini. Dulu jika Yuri menciumnya dipipi, ia tak merasakan perasaan ini, perasaan yang mampu memberikan sensasi menggelitik diperutnya.

Karina menunduk, tiba-tiba ia merasakan jika wajahnya memanas. Sesekali pula tangannya meremat roknya.

"See?" Winter tersenyum miring, ketika Yuri diam tak berkutik. "Jadi, jangan ganggu pacar gue lagi. Yukkk, sayang."

Winter menggandeng tangan Karina dengan lembut, dan pergi meninggalkan kantin. Mereka berdua seolah-olah lupa dengan teman-temannya yang masih tercengang melihat kejadian beberapa menit lalu.

.

.

.

tbc...

Enemy LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang