14

1.3K 104 1
                                    


"Aduh, Duh-duh, Rin. sakiiiit!" Ringis Winter karena telinganya dijewer tanpa ampun sama Karina.

"Lagian lo main nyosor aja tanpa persetujuan gue Wintooooo!" Ucap Karina sedikit memekik membuat Winter meringis pelan.

"Apaan, orang itu spontan! ssh, sakit Rin."

"Alasan!" Karina melepaskan jewerannya ketika melihat telinga Winter memerah, pake banget.

Sebenarnya dan sejujur-jujurnya, Karina itu gak marah dengan perlakuan Winter tadi. Hanya saja, ia malu- apalagi diliatin sama murid-murid disini, apa nanti kata anak-anak disini? Rusak sudah reputasi Karina nanti.

"Rin, tanggung jawab telinga gue merah— berasa mau putus, bejir lah!"

Karina berdahem kecil, juga menetralisir detak jantungnya. "Rasain! Gue bilangin mak bapak lu ya kalo anaknya main nyosor."

"Lahh? Emang lu tau mak bapak gue?"

"Y-yaa, gak juga si." Karina mengelus tengkuknya yang tak gatal.

Cukup lama mereka terdiam dibawah teriknya sinar matahari ditaman. Winter pun mengajaknya tuk meneduh dibawah pohon.

"Jadi, lo mau gue gimana kalo Yuri mulai berulah, sayang?" Winter merebahkan tubuhnya di rerumputan, ia tak memperdulikan jika seragam putihnya itu kotor.

"Haa—" Sebentar, Karina menjeda ucapannya lantaran jantungnya kembali berulah hanya kata 'sayang'. Dan kenapa itu hanya berlaku pada Winter? Padahal sebelumnya— bahkan, Yuri sendiri memanggilnya seperti itu, kenapa ia tak merasakan sensasi ini? Entahlah, Karina pun bingung gimana jelasinnya.

"Anu—, terserah lo aja deh." Winter hanya tersenyum paksa mendengar ucapan Karina itu. Winter rela nunggu Karina berbicara hampir satu menit tadi.

"Jawab, Rin." Karena sejujurnya, Winter tidak bisa memberikan saran— bukan karena apa, takutnya ia salah bicara dan membuat Karina tak nyaman.

"Ya terserah. Kita pacaran, kan? lakukan kaya orang pacaran aja." Karina sedikit memalingkan wajahnya setelah mengucapkan itu. Apalagi setelah melihat Winter tersenyum dan sedikit memperlihatkan bolongan kecil di pipinya. Hei, itu membuatnya sedikit tersipu.

"Okei, sayangku. Pake cara gue ya? Gue jamin tuh bocah gak akan ganggu milik gue lagi."Ucap Winter seraya tersenyum miring.

Karina rada-rada merinding mendengar hal itu, bulu kuduknya juga sedikit meremang.

"Jangan yang aneh-aneh, Win."

"Gak akan, paling satu aneh aja." Winter terkekeh kecil.

"Win," Panggil Karina pelan, tapi tatapan gadis itu sangatlah menusuk.

Winter menelan ludahnya susah payah, "bercanda, sayang."

•••

"Lo hutang cerita ke kita!" Giselle menatap tajam Karina seraya menyeret gadis itu ke kelas— yang dimana teman-temannya yang lain sudah menunggu.

Karina hanya pasrah. Setelah menghabiskan waktu ditaman bersama Winter, ia berniat untuk membeli minum, eh, malah ketemu Giselle.

Sesampainya dikelas, Karina langsung dipersilahkan duduk oleh Minju, kemudian Julia dengan baik hati menaruh botoh mineral yang masih tersegel.

"Sekarang ceritain, kok bisa lo pacaran sama Winter?" Tanya Yeji yang sudah duduk anteng didepan Karina.

"Kalian gak balik ke kelas? bukannya udah masuk jam pelajaran?" Bingung Karina.

"Jam kos, guru lagi rapat. Dah, buru cerita, gak usah ngalihin pembicaraan." Jawab Minju— ia sedikit tak sabar mendengarnya.

Karina menghelakan nafas, "sesuai saran Giselle, gue minta bantuan dia. Terus dia malah ngasih syarat, yaitu jadi pacarnya, mana gak pake penolakan,"

"Jadi, sekarang lo sama dia pacaran?" Tanya Minju, ia menahan mimik wajahnya agar tidak kelihatan senang. Karina mengangguk patah-patah menanggapi ucapan Minju.

"Tapi kayaknya, abis Yuri gak ganggu gue, mungkin gue bakal putusin dia." Sambungnya, membuat yang lain terkejut— terlebih Minju, gadis itu udah bahagia banget.

"Lahh, kenapa?" Tanya Yeji.

"Yaa.. karna gue pacaran sama dia biar Yuri gak ganggu gue mulu. Lagipula, gue gak suka sama bocah berandalan itu."

"What the hell, hati-hati kemakan omongan sendiri." Ucap Giselle.

Lia menggelengkan kepalanya, ia tak ingin berkomentar lebih biarkan Karina merasakan sendiri.

"Sayang bangett, padahal Winter tuh baik loh, Rin." Minju sedikit memajukan bibirnya.

Karin melirik kecil, "yaudah, lo aja sana pacaran sama Winter."

"Dih, gue udah punya, ya."

•••

"Siapa ya, yang bilang gak bakal pacaran sama temen-temennya pacar gue, mana ekspresinya kek mau muntah?" Sindir Ryujin ketika melihat Winter mendudukkan bokongnya dibangku nya.

Kazuha serta Ningning tertawa ngakak, sedangkan Yujin hanya tersenyum mengejek.

Winter merotasikan matanya, "khilap gue,"

"Oooh khilaf, kok sampe cium pipi yaa?" Tanya Ningning seraya tersenyum miring.

"Mana diliatin murid-murid lagi," Timpal Kazuha.

"Lagian ya, Ryu, yang bilang gitu mah si Yujin." Ucap Winter, Ryujin mengedikkan bahunya.

"Oalahh, pantesan Karina kesini gak marahin kita, ternyata nyamperin pacarnya." Ucap Yujin, mereka semua terkekeh karna berhasil meledek Winter.

"Diem deh kalian," Winter merotasikan matanya, lagi.

Ryujin tertawa, terdengar menyebalkan ditelinga Winter. sungguh. "Jangan lupa pajak jadiannya."

"Minta Yujin."

"Heh! Apa-apaan, kok jadi gue?!"

.

.

.

tbc...

Enemy LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang