Mungkin hari ini aku gagal mendekatinya, mungkin entah besok atau lusa, lihat saja
_S_
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
HAPPY READING
.
.
.
.
.
.***
"Ck,gagal lagi gue deketin Tian. Gue bakal lakuin apapun itu demi gue dapetin lo Tian, liat aja."***
Kini Alin dan kedua temannya berada di parkiran sekolah, mereka menunggu Maya yang belum datang.Tuk tuk tuk
Kaca mobil di ketuk dari luar itu Alin yang masih duduk di motor nya, Kaca di buka oleh Elana.
"Kenapa?"
"Maya kok tumben ya belum sampai, padahal udah jam setengah tujuh juga." Tanya Alin sembari melihat ke arah arloji yang melingkar di tangan kanan, Mereka berdua mengangkat bahunya, Tian juga belum datang dari tadi.
" Halo guys, ada yang kangen gue gak?." Suara cempreng itu milik Serena yang baru saja datang. Mereka semua memutarkan mata lelah.
"Gak tuh, orang kemarin ketemu, narsis banget sih lo." Mulut pedas dari Elena membuat Serena diam tak berkutik membuat Elnara dan juga Alin menahan ketawa.
"Makanya Ren, jadi orang jangan terlalu centil kan gitu jadinya." Kata Alin, sedangkan Serena yang di maki langsung pergi meninggalkan mereka bertiga. Ia terlalu malu sekaligus kesal dengan mereka.
***
"Itu yang berkerumun itu kenapa ya?" Tunjuk Elana banyak siswa-siswi yang mendekat ke arah yang Elena tunjuk sembari melihat siswa yang berkerumun.
"Eh tunggu, itu kenapa ya?" Tanya Maya yang sengaja menanyakan itu kepada adek kelas.
"Itu kak, tadi ada yang bunuh diri deket aula." Jawab nya langsung pergi meninggalkan mereka berempat.
"Woy, kita belum bilang makasih, lo udah langsung nyelonong pergi aja." Teriak Alin sembari berjalan ia juga sama penasarannya dengan yang lain.
"Lin, tungguin kita dong, kok malah di tinggalin sih?" Gerutu Elena sembari jalan bersama yang lainnya. Disaat mereka dekat dengan Alin, Alin malah diam menatap ke arah korban. Matanya berkaca-kaca,menahan tangis.
"Ternyata mimpi itu beneran jadi nyata" gumam Alin dalam hati. Syok melihat mayat dengan darah yang berceceran di sekitar kepalanya. Menutup mulutnya tidak percaya.
"Kamu kenapa nangis, Lin?" Maya bertanya. Melihat Alin yang meluncurkan air matanya.
Alin sadar dan langsung menghapus air matanya. "Gue gapapa, May." Jawabnya menghindar tatapan Maya. Maya tahu jika Alin sedang berbohong.
"Gue kira lo baik, ternyata sebaliknya." pikir Alin yang masih memandang ke arah Mayat yang masih tergeletak, disana sudah ada beberapa guru dan juga dari pihak kepolisian.
***
"Gue bener gak habis fikri kenapa siswi yang tadi malah bunuh diri, dia itu kan cantik, dan yang gue tau dia itu pinter juga.bahkan di semester kemarin dia dapet juara umum yang ketiga, setelah lo, May!" Elena mengeluarkan sebuah opini, sedangkan Alin yang biasanya bersemangat untuk kali ini dia hanya diam membisu. Otaknya masih berputar kejadian yang tadi, bahkan sebelum sepupunya itu bunuh diri. Dia sempat di beri sebuah gelang yang berwarna merah ditambah pita dan gambar hati berwarna merah muda dan juga hijau.
Gelangnya masih melingkar manis di tangan Alin, namun yang memberi gelang tersebut sudah tenang di alam sana. Ia berusaha untuk menerima semuanya, bahkan keluarga dari sepupunya itu pun sudah merelakannya. Maya yang melihat perubahan raut wajah Alin hanya bisa menenangkan gadis tersebut. Ia tahu sedekat apa Alin dan korban tersebut.
"Lin, tadi ada yang nyimpen ini di laci meja gue, disitu ada tulisan nama lo.tadinya gue mau ngasih ke lo nya besok, gue kira lo engga sekolah sekarang." Kata teman sekelas Alin sengaja menghampiri nya. Alin yang tersentak mendengar perkataan teman kelas nya itu hanya tersenyum. Lalu mengucapkan 'terimakasih'.
"Wah, dapet apa tuh Lin?." Tanya Elana, ia melihat kotak tidak terlalu besar berwarna merah jambu. Alin menggelengkan kepalanya.
"Engga tau gue, ini dari siapa ya? Apa gue buka?" Tanyanya sembari menatap ke arah teman-temannya, mereka yang di tatap hanya menganggukkan kepalanya saja. Alin menganggukkan kepalanya, ia akan membukakan kotak tersebut.
"HALO GUYS, GUE DATANG, HALO TIAN." kali ini yang teriak bukan Serena melainkan teman baru Serena yang sama-sama terobsesi dengan Tian. Alin yang akan membuka kotak tersebut memejamkan mata nya, terasa perih tangannya terjepit oleh kotak tersebut yang di tekan oleh teman baru nya Serena.
"Woy lah, lo kalau mau dateng ya dateng aja jangan sambil neken juga. Kasian tangan Alin." Kata Elena yang melihat lengan Alin yang berdarah. Dia malah tersenyum sinis.
"Gue gapapa kok Na"
"Kamu mau ngapain sih Ser? Pagi-pagi udah deketin Tian aja." Maya heran sebegitu terobsesi kah Serena kepada Tian? Hingga terus menempel pada Tian.
"Jangan deketin aku, ngerti 'kan?" Ujar Tian dingin langsung pergi dari hadapan Serena. Begitu juga dengan yang lainnya meninggalkan Serena sendiri di kantin.
***
"Guys, kayaknya penyelidikan ini jangan di terusin lagi deh." Kata Alin dengan tiba-tiba. Maya yang sedang mengobati Alin langsung menghentikan kegiatannya. Tumben?, Itu yang ada di benak Maya.
"Kok, gitu sih Lin? Kita udah jalan sejauh ini lho. Kok lo enak banget bilang jangan di terusin?" Emosi Elena mendengar keputusan Alin.
"Kenapa sih Lin? Coba cerita ke kita kenapa?" Maya sangat penasaran kenapa temannya ini tiba-tiba bicara seperti itu.
"G-gue engga mau ada korban lagi May. Udah cukup sepupu gue yang jadi korban 'dia' gue gak mau kalian kenapa-napa. Ya walau gue juga masih penasaran siapa yang bunuh si peringkat pertama itu." Jelas Alin, mereka hanya diam mendengar penjelasan Alin. Sesekali Elnara mengusap pundak Alin.
"Tapi kamu masih mau ketemu jodohnya Maya 'kan?" Terdengar cukup mengesalkan di telinga Maya. Justru itu yang membuat Alin bersemangat dan menganggukkan kepalanya.
"Lihat saja tanggal mainnya manis, kita akan bertemu. Pisau ku tak sabar ingin menyentuk bagian-bagian tubuh kalian."
****
Haloooo, maaf ya jarang update, lagi sibuk-sibuknya siapin pagelaran (ujian praktek).
TBC 🦎🦎
See you next part
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AMBITIOUS
HorrorSemua berawal ketika seorang gadis SMA melakukan hal nekat yang melibatkan korban jiwa teman seangkatannya. Ambisinya yang ingin menjadi juara kelas, pemenang olimpiade, dan menjadi kebanggaan sekolah mengakibatkan sebuah tragedi yang mengerikan dan...