Part 18: Amarah

472 52 0
                                    

Bruumm!

Neve memelankan laju motor, dari depan saja sudah terlihat sangat berantakan. Kaca bening yang seharusnya kokoh berdiri, kini hanya tinggal serpihannya. Vas yang seharusnya berisikan bunga yang cantik, kini pecah tak beraturan.

Klining!

Baru satu langkah memasuki ruangan, Neve berhenti untuk menghela nafasnya, sembari matanya melihat dari ujung kiri ke arah ujung kanan. Melihat pemandangan toko bunga ibunya yang hancur, membuat dadanya sesak.

Tangan kanannya terangkat untuk memegang dadanya, ia juga mendongak mencegah air matanya turun. Kemudian ia mengerjap berusaha terlihat baik baik saja saat bertemu dengan ibunya nanti.

"Neve~" saat mata Bu Sarah menangkap bayangan Neve, dirinya dengan lemas memaksa menyebut nama anaknya

Neve segera mencari keberadaan ibunya, walau ia harus menggigit bibir bawahnya agar tangisnya tertahan.

"Ibu~"

Bruuk!

Neve menghampiri Bu Sarah, ikut duduk bersimpuh memeluk ibunya dari samping. Tadinya dirinya pikir akan kuat, karena ia harus menenangkan ibunya, tetapi hatinya mencelos ketika tubuh yang direngkuhnya sangat lemas, tidak memiliki tenaga bahkan untuk sekedar membalas pelukannya.

Penampilan ibunya pun jauh dari kata rapi dan bersih. Mengapa harus ibunya? Neve terpaksa harus melihat ibunya seperti ini lagi, sama seperti dulu, ketika ibunya bercerai dengan ayahnya. Neve merasakan hal yang sama lagi.

"I-ibu diapain sama orang itu? Mana yang sakit bu?" tangisan perlahan keluar dari mulut Neve, ia kalah. Ia tidak bisa terlihat baik baik saja.

"Bilang sama Neve. selain hancurin toko, dia ngapain aja bu?" Neve tangkup ke-dua pipi ibunya, bibirnya semakin bergetar kala melihat wajah ibunya yang ternyata jika dilihat dari dekat semakin berantakan

Bu Sarah diam, ia sudah lelah karena menangis. Hanya tangan kirinya saja yang bergerak memegangi lengan kanannya. Mengusap pelan lengan kanannya itu.

Mata Neve langsung menangkap pergerakan yang dilakukan ibunya, ia segera memperhatikan lengan kanan ibunya yang ternyata pada area itu terdapat lebam yang cukup besar.

Dengan perlahan Neve usap area lebam itu dengan penuh kasih sayang. Tangisannya semakin menjadi, amarahnya yang sedari tadi ia tahan kini terlepas begitu saja.

Neve kembali memeluk Bu Sarah, menenangkan ibunya beberapa saat. Lalu kepalanya menunduk ketika ibunya sudah tenang. Sedikit lega karena Bu Sarah tertidur.

Neve bangun, menggendong Bu Sarah ke kamar. Kemudian ia keluar. Tangannya merogoh saku jasnya, jemarinya berselancar pada ponsel, mencari nama Tian disana.

"Kirim lokasi orang yang udah hancurin toko bunga ibu gue, sekarang!"

Hanya itu, lalu telpon ditutup dan kakinya melangkah keluar menaiki motor yang ter-parkir dengan sembarang diluar.

















___________________________________________



















Tian berhasil menemukan lokasi terkini Pak Bagas, orang yang selama beberapa hari ini menguntit Neve.

Kini kendali mobil yang membawa Riko, Vanya, Tian dan Tamara itu dikemudikan oleh Tamara. Sebentar lagi mereka akan sampai pada tujuan mereka, yaitu toko bunga Bu Sarah.

Mereka ber-empat sama sekali tidak tenang, Riko dan Vanya yang baru merasakan situasi genting seperti sekarang ini hanya bisa diam duduk dibelakang, tidak ingin membuat suasananya semakin rumit.

𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Money Slave (Season 1) GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang