Chapter 23

2.9K 261 26
                                    

.

Hari ini bisa terbilang hari kesenangan bagi Jaeyoon lebih kepada teruja tak sabar dari malam tadi saat diberitahu.

Ketika suami pulang dan menyampaikan bahwa baru saja bertelepon dengan Jinhoo yang berkata kalau bisa datang menjenguk bayi.

Sekaligus beritahu jika Nenek juga baru sampai di rumah Jinhoo tadi malam sekalian menginap untuk satu malam.

Saat dikasih tahu entah selebar apa senyum Jaeyoon, saking tidak sabar.

Ini bisa dibilang pertama kali melihat bayi baru lahir secara nyata, sebelum ini keluarga di pihak papa atau papi merangkap sepupu ada yang menikah dan sudah punya anak tapi itu cuma sebatas tahu bertemu juga susah karena berbeda tempat tinggal. Paling kalau bertemu dan kumpul ramai jika seperti ada acara besar, semisal pernikahan.

Karena itu Jaeyoon begitu bahagia dan senang bisa menjalani kehidupan di keluarga Sunghoon di rumah Nenek, soalnya pertama kali merasakan nuansa keluarga besar berkumpul kompak.

Tidak pernah terpikir Jaeyoon jika menikah dia akan terlibat dengan keluarga besar yang benar-benar dekat.

Karena di keluarga mereka berbeda, entah papa atau papi kalau sudah berkeluarga itu sudah hal masing-masing bertemu itu ada tapi cuma acara penting yang butuh kehadiran semua keluarga.

Kalau untuk sekadar bertemu untuk saling bertanya kabar atau luang waktu sangat susah, ditambah kesibukan masing-masing makin sulit terjadi.

Dan menikah dengan Sunghoon bawa Jaeyoon melalui pengalaman baru.

Semuanya tampak seru dan selalu buat Jaeyoon teruja. Soalnya kehidupan seperti ini tidak pernah terpikir olehnya.

Membesar di keluarga yang cuma ada papa dan papi sedangkan keluarga besar bahkan orang tua dari Haejun atau Leehun masing-masing punya kehidupan sendiri begitu juga dengan saudara dan sepupu Jaeyoon.

Jarang meluangkan waktu, pun begitu ada terasa dekat meski cuma sesekali bertemu tetap terjalin ikatan keluarga.

Tidak heran pagi-pagi lagi Jaeyoon sudah bersemangat menyiapkan diri bahkan bersenandung kecil mengalun sebuah lagu saking senangnya.

Sehabis sarapan lebih kurang jam delapan pagi mereka berdua memutuskan pergi dan membeli buah tangan dulu untuk dibawa sebagai hadiah.

Saat ini senyum Sunghoon terulas lebar melihat Jaeyoon keluar dari kamar setelah bersiap-siap. Terlihat gemas karena langkah kaki itu melompat-lompat kecil sambil berjalan.

Bahkan saat Sunghoon hulurkan tangan disambut baik Jaeyoon dengan lompatan terakhir berhenti di samping suami buat Sunghoon tak bisa untuk tidak mencubit geram pipi gembil itu.

"Gak sabar banget mau ketemu temannya."

Lantas menjeling mata Jaeyoon, senyumnya mati berganti mendelik. "Apaan?"

Masih sumringah Sunghoon membalas.  "Iya, kan kamu excited mau jumpa temannya, bayi ketemu bayi."

Makin menajam sorot mata Jaeyoon yang buat Sunghoon ketawa.

"Berapa kali sih dibilangin----"

"Iya, iya. Maaf." Disela cepat Sunghoon mengusap pundak itu, tak ingin merusak mood bahagia Jaeyoon. "Ayo, kita pergi." Lanjutnya.

Membawa tangan Jaeyoon dalam sebuah genggaman, mulai keluar dari rumah dan turun ke parkiran menggunakan lift.

Tak butuh waktu lama mereka telah tiba di basement berjalan ke arah mobil milik Sunghoon terparkir tak jauh.

"Silahkan tuan bayi----" ucap Sunghoon membuka pintu mobil namun delikan ancaman Jaeyoon buat dia cepat-cepat melanjut, terkekeh kecil. "Iya, iya. Gak kok. Silahkan tuan Park."

MARRIED || sungjake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang