02 / Verkwan - USG

912 50 0
                                    

"Beb, kamu liat tas aku nggak sih." Kwan yang masih pagi sudah tidak mood itu kini berjalan dengan kaki yang dia hentakkan. Mencari Bonon yang sedari tadi dia ajak bicara tapi tidak ada jawaban.

"Bonon! Kamu dimana sih!"

"Apaaaa." Bonon keluar dari kamar mandi dan mendekati suaminya yang sudah makin bulat saja sekarang.

"Kamu mindah tas aku ya? Jangan jail deh."

"Nggak, boo."

"Halah! Mana tas aku!"

"Cari dulu." Vernon dengan langkah gontai kini ikut menyusuri setiap ruangan. Membantu pakmil itu yang terus mencari tas favoritnya dengan wajah tertekuk.

Hari ini adalah jadwal check up bertemu dengan adik. Ya, anak mereka akan lahir sekitar dua minggu lagi. Jadi kali ini menjadi kali terakhir mereka USG. Sedangkan barang yang dicari saat ini, adalah tas favorit Seungkwan dengan isian yang sudah lengkap. Buku check up pun ada disana.

Vernon kini berjalan ke depan. Mengecek kali saja ada di mobil. Karena sebelum masuk kamar mandi tadi, dia sempat melihat suaminya itu kedepan.

"Beb! Ini tas udah di mobil."

"HA?" Seungkwan kini berjalan cepat ke depan. Melihat tasnya sudah diangkat dengan wajah datar Vernon disana.

"Kamu lupa udah naruh tas di mobil?" Tanya Vernon masih dengan wajah tanpa ekspresinya. Bagaimana tidak, hanya karena barang ini dia sudah kena marah pagi-pagi.

Seungkwan meraih tasnya dan duduk di kursi depan. "Ayok berangkat."

"Hmm." Vernon masuk mengambil barangnya dan duduk di kursi pengemudi. Seungkwan yang sedari tadi diam, tiba-tiba mencium kilat pipi suaminya. Lalu kembali menunduk.

Vernon tersenyum ringan. Menyalakan mesin mobil. "Kenapa tiba-tiba cium?"

"Maaf ya. Tadi marahin kamu. Padahal aku yang lupa sendiri naruh tas."

"Iyaa." Merekapun berangkat menuju rumah sakit. Menunggu antrian pada kursi kosong disana.

Lumayan lama mereka menunggu. Seungkwan bolak-balik ke kamar mandi karena sudah mulai gampang sekali buang air kecil. Vernon dari tadi hanya membantu suaminya itu untuk berjalan agar tidak terlalu lelah. "Kwannie laper?"

"Emm? Nggak."

"Kalo laper, aku beliin. Aku mau beli kopi sekalian. Kamu duduk sini aja."

"Aku mau kopi."

Vernon menggeleng. "Gak boleh, beb."

"Kamu gak hargain aku apa. Aku gak boleh minum kopi, tapi kamu minum di depan aku."

"Iya deh, gak jadi beli."

"Tapi aku tetep pengen minum." Seungkwan mengeluarkan wajah memelasnya. Sudah dua minggu dia tidak meminum americano kesukaannya. Mana tahan dia, jika melihat Vernon yang terus-terusan minum di depannya.

Vernon tetap menggeleng. Seungkwan boleh minum kopi. Tapi tidak untuk waktu yang sering. "Nggak, boo."

"Chwe Seungkwan." Perawat disana memanggil nama Seungkwan. Tanda sudah saatnya giliran mereka masuk dan melihat si bayi.

Dokter yang melihat dua pasangan itu masuk dengan raut wajah sebal. Jadi bertanya-tanya. Ada apa dengan pasangan muda ini. Bukankah mereka harusnya senang, karena akan melihat anak mereka sebentar lagi.

"Ini kenapa kok dingin banget ya suasananya." Ucap dokter sambil menyiapkan sarung tangannya.

Seungkwan tersenyum simpul. Vernon yang sudah selesai membantu suaminya berbaring di ranjang itu, kini duduk di depan meja dokter. "Gak papa, dok. Haha." Tawa sarkas Vernon.

"Ayo diliat dulu si adik. Besok mau lahiran normal ya Kwan?"

"Iya, dok. Semoga aja bisa normal."

"Pasti bisa. Pak Vernon, suaminya jangan lupa diingetin minum susu ya. Udah deket tanggal. Tenaganya harus kuat kalau mau lahiran normal. Soalnya adik lumayan gembul."

Vernon mengangguk mengerti. "Iya, dok."

"Ini adiknya kenapa ya?" Dokter memiringkan wajahnya, melihat lebih lekat gambar hitam putih di monitor itu.

"Si adik lagi nutup telinga nih! Orang tuanya habis ngapain emang?" Tanya Dokter sambil menatap sepasang calon ayah itu.

Vernon membuka mulutnya. "Aaa. Dengerin kita ribut tadi kali, beb."

"Ya kamu sih! Ngomongin kopi!" Seungkwan melirik suaminya dengan sebal.

"Oalah, habis ribut ternyata. Ini adik sampe tutup telinga. Rame banget pasti ya dik."


(foto adik yang belum lahir tapi udah gak kuat denger orang tuanya debat)

(foto adik yang belum lahir tapi udah gak kuat denger orang tuanya debat)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seventeen Married LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang