Seokmin baru datang setelah lelah rekaman untuk sebuah ost drama. Jisoo yang di apartement sejak tadi. Kini menyambut suaminya dengan pelukan hangat.
"Aku bau. Jangan peluk."
"Gak papa. Aku juga bau."
Mereka tertawa kecil bersama. Melanjutkan pelukan hangat di balik pintu itu. Begini ya rasanya menikah, pulang sudah ada yang menyambut. Rasanya lelah langsung hilang semua. Beban dipundak jadi lebih ringan.
"Kamu udah makan?"
"Udah, tapi jajan aja. Kamu belum?"
"Belum, aku nunggu kamu pulang."
"Yaudah, aku yang masak. Aku mandi dulu tapi." Seokmin segera beranjak ke kamar mandi.
Jisoo menyiapkan bahan-bahan yang ada di kulkas. "Yang, kamu mau masak apa." Teriak Jisoo dari dapur.
"Apa ya. Nasi goreng?"
"Okey, aku siapin bumbunya."
"Siap, terimakasih sayangg." Teriak Seokmin dari kamar mandi. Dia sibuk kembali dengan suara showernya.
Sudah 5 tahun pernikahan mereka. Semuanya terasa sangat seru dijalani berdua. Kenapa ya? Jisoo merasa, dengan Seokmin semua jadi lebih mudah dan berbeda.
Dari cara menyelesaikan sebuah masalah. Seokmin lebih santai, jadi lebih cepat selesai karena tidak dengan emosi. Sedangkan Jisoo kadang harus stress dulu, walaupun dengan cara diam. Namun kepalanya benar-benar ribut. Sehingga tak selesai-selesai.
Jika ditanya, apa masalah terbesar yang mereka hadapi? Sampai sekarang pasti tentang memiliki anak. Jisoo belum siap, dia merasa belum mampu mengurus anak untuk seumur hidup. Memikirkan betapa repotnya tiap malam terbangun untuk memberi susu, mengganti popok, apalah itu.
Sudah pasti Seokmin membantu, tapi tetap saja Jisoo akan lebih lelah. Mengurus rumah saja tak ada hentinya. Apalagi jika ditambah satu manusia kecil yang tidak bisa apa-apa.
Tapi di samping semua itu. Jisoo tau. Benar-benar tau. Seokmin juga ingin memiliki anak. Mereka mencoba sudah banyak kali. Tapi tak pernah jadi dan Jisoo bersyukur. Kenapa ya? Kenapa Jisoo merasa senang karena dia tak hamil-hamil.
"Udah mandinya?"
"Iya. Mana, aku yang masak. Si gemes duduk aja liatin aku masak."
"Hehe, oke. Maaf ya, harusnya udah disiapin makannya. Kamu capek, malah aku suruh masak."
"Emang kamu nyuruh? Kan aku yang nawarin."
"Iya sih, tapi-"
"Udah. Nanti bayarnya pakai kisspay ya pak Jisoo."
"Eh? Siap, mau berapa kiss pak Seokmin?"
"Emm, satu butir nasi satu kiss."
"Bibirku bengkak lah nanti. Ih!" Jisoo memukul dada suaminya itu sebal.
"Hahaha canda."
Dua orang itu kini sedang makan malam bersama. Dengan khusyuk tanpa berbicara sedikitpun. Ini adalah aturan Jisoo untuk diam saat makan. Jadi seramai apapun mulut suaminya itu, pasti dia diam.
Setelah beberes dan merapikan seluruhnya. Mereka masuk ke kamar untuk tidur. Tau tidak pillow talk? Deep talk? Mereka wajib melakukan itu sebelum tidur. Setidaknya menceritakan ada apa hari ini.
"Gimana tadi kerjanya?"
"Ya gitu. Gimana lagi. Kamu di rumah ngapain aja? Sibuk kah?"
"Emm, aku nerusin craft. Yang DIY kursi itu lho, yang. Sama jam dinding. Terus cermin kecil deket kamar mandi. Sama figura ruang tengah. Kamu udah liat semua kan?"
"Udahh. Akhirnya selesai juga ya."
"Iya. Seneng banget udah selesai liatnya. Bagus gak?" Jisoo menatap mata suaminya lekat.
Seokmin berlagak berpikir. "Kayaknya aku gak ada pilihan selain bilang bagus deh."
"Oh gitu."
Suami gemasnya itu kini berbalik badan. Membelakangi Seokmin yang sudah tersenyum sangking gemasnya dengan pria yang padahal lebih tua dua tahun darinya."Soo, boleh sekarang nggak?"
"Emm?" Jisoo kembali berbalik.
"Kita-"
"Kamu gak capek habis kerja dari pagi?"
"Nggak. Capeknya hilang pas dipeluk kamu tadi." Seokmin memajukan badannya dan memeluk lagi pinggang sang suami.
"Pake kondom ya."
"Ngapain?"
"Ngg-nggak papa."
Seokmin menatap kembali mata Jisoo. Masih ada ketakutan disana. Sudah dibilang kan, Jisoo belum siap dengan apa yang bisa terjadi setelahnya. Selalu saja seperti ini. Sebenarnya mereka benar menikah atau tidak sih?
"Yang, kamu sayang aku nggak?"
"Sayang lah."
"Kamu gak percaya sama aku?"
"Percaya." Jisoo tau arah kemana pembicaraan ini. Dia mulai ragu menatap mata suaminya.
"Kita udah nunda lima tahun. Kalau kamu memang gak mau punya anak. Jujur aja. Aku nggak papa. Tapi jangan tarik ulur gini."
"Aku takut kamu kecewa."
"Soo... "
"Sebelum nikah, aku udah ada angan-angan sampai punya anak bareng kamu. Tapi entah kenapa habis nikah, aku takut."
"Takut kenapa?"
"Aku takut gak jadi orang tua yang baik. Aku takut gak bisa jaga bayinya. Aku takut aku stress di rumah denger suara bayi, harus kasih susu, mandiin dia, ganti popok, belum lagi nanti dia acak-acak rumah, terus di-"
Seokmin menarik Jisoo yang mulai menangis. Obrolan ini sudah sering terjadi dan jawabannya tetap sama. Jisoo masih saja takut. Dengan segalanya.
Itu juga jadi alasan, kenapa mereka tidak datang saat kemarin member ke rumah Seungkwan dan Vernon. Jisoo tidak bisa melihat Seokmin menimang bayi dan terlihat bahagia. Dia takut suaminya kecewa saat mengingat, menikah dengan Jisoo sepertinya tidak akan bisa mewujudkan keinginan Seokmin menjadi seorang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Married Life
FanfictionGimana jadinya kalau Seventeen sibuk dengan kehidupan pernikahan mereka disamping menjadi idol grup? Lanjutan dari Fake Sub In The Soop Couples Edition di instagram @eciaa.me 🖤 Happy reading