04 / Junhao - Belanja

613 37 0
                                    

Siang ini adalah jadwal untuk dua calon ayah berbelanja perlengkapan yang belum ada dirumah. Apa ya? Mungkin seperti barang-barang besar milik bayi mereka nanti.

"Stroller, bak mandi, kursi adek, jemuran baju, tempat bedak, apalagi ya ba?"

"Ngapain beli kursi adek? Lahir aja belum, yang."

"Ya biar ada semua."

"Besok-besok aja, kalau emang adek udah butuh. Baru beli. Rumah penuh nanti."

"Kan sekalian ba."

"Nggak ah, besok-besok aja."

"Adek mau kursi kan? Bubu beliin. Ini baba ngeyel banget, adek tuh pingin belinya sekarang baba." Ucap Hao sembari mengelus perutnya, mengajak bicara bayi yang tak terlihat itu.

"Tau darimana pingin sekarang."

"Barusan adek nendang, aku tanyain."

"Kamu ditendang, soalnya ngomong ngaco. Bukan setuju."

Hao sebal, sangat sebal. "Ish!"

Jun memang selalu menang dalam debat masalah rumah tangga, dia ahli dan masuk akal mengenai ini. Tapi untuk yang lain, Jun terlalu konyol.

Ibaratnya. Jun adalah rem untuk pegas Hao yang jor-joran saat berbelanja. Hao yang super antisipasi, harus beli ini itu. Sedangkan Jun dengan logikanya, jika tak butuh ya tak usah beli.

"Apa lagi, yang?"

"Nggak tau."

Wajah Hao masih terlipat. Dia masih sebal. Walaupun di tangannya sudah ada nota stroller, bak mandi, keranjang, jemuran baju, dan printilan kecil-kecilnya.

"Masih ngambek? Dek, bubu kamu ngambek. Gimana ini? Masa adek lahir udah langsung duduk di kursi. Kan gak mungkin."

"Terserah lah."

"Yaudah, beli keranjang kasur adek."

"Katanya tidur kasur bareng kita aja."

"Nggak deh. Beli aja, gantinya kursi. Kasur lebih masuk akal soalnya buat dibeli."

"Idih! Okey, ayo beli!"

Kehamilan Minghao sudah masuk awal bulan ke delapan. Memang nanti anak Seungkwan, Jeonghan, dan dia hanya berjarak satu bulan saja. Yeay, satu letting bersama. Tiga krucil itu akan kumpul satu tim dan memporak-porandakan Seventeen.

Setelah berbelanja, mereka berniat makan siang. Karena sudah sangat telat jam untuk makan. Pakmil ini sudah mood-moodan karena lapar. Semua barang yang mereka beli akan dikirim oleh store langsung ke rumah mereka.

Sepiring tomyam dan tofu kuah sudah ada di meja. Hao yang sudah sangat lapar akhirnya makan tanpa berucap apa-apa. Suaminya yang melihat hanya tersenyum. Senang sekali melihat Minghao makan dengan lahap sambil mengelus perutnya yang sudah besar.

Anak mereka berkelamin laki-laki. Hao sudah menyiapkan nama. Dia juga sudah izin pada suaminya untuk memberikan nama anak pertama mereka. Jun hanya cukup memberi nama marga saja. Selebihnya Hao.

Selama hamil ini. Hao sama sekali tidak neko-neko. Dia tipikal pakmil yang bisa menjaga badannya dengan baik. Makan, olahraga, semua seimbang. Dia bahkan rutin mengajak Jun untuk pregnant yoga. Membantu dia merilekskan tubuhnya setelah membawa anak mereka kemana saja.

Selama 8 bulan ke belakang ini. Member seperti dia, Jeonghan, dan Seungkwan hanya datang ke agensi semampunya saja. Tidak ada jadwal khusus. Kalau kuat ya silahkan datang. Karena agensi juga sudah diwanti-wanti oleh Cheol, leader mereka. Member yang hamil tidak boleh terlalu lelah. Harus selalu istirahat dengan cukup. Jika tak mumpuni, lebih baik tak usah kerja. Dia berkata seperti itu, ya karena suami cantiknya juga berada di masa hamil sekarang.

Sepulang dari makan. Mereka melihat paket sudah datang. Acara selanjutnya sudah pasti unboxing. Box-box itu sudah saatnya dibuka dan segera ditata di tempat yang seharusnya. Jika bisa melihat, ada pria dengan perut besarnya sedang menghentakkan kaki saking tak sabar membuka belanjaan mereka.

"Yang, bisa gak usah lompat-lompat gitu gak? Kebiasaan banget. Aku parno."

"Iya iyaaa." Hao langsung uduk rapi di samping kardus kardus besar itu.

Kasur adek ditaruh sedemikian rupa samping kasur mereka. Jadi nanti posisi tidur mereka, adik di keranjang kasur, lalu Hao tengah, dan Jun sampingnya. Adil kan? Jun tidak akan ada alasan untuk tidak bisa memeluk Hao saat tidur nanti.

Semua barang kini sudah keluar dari box. Stroller bahkan sudah berdiri di samping meja makan. Ah, lucunya. Tidak sabar akan ada manusia kecil yang duduk disana dan minta untuk di dorong sembari jalan-jalan pagi.

"Emm, baba. Beli mobil-mobilan adek yok!"

"Yanggggg." Apa lagi ini?

Seventeen Married LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang