22. Pengunduran Diri

496 59 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Bisa dibilang ini adalah radiv yang paling berbeda dari sebelumnya. Setelah kejadian kericuhan di lapangan sepak bola malam tadi, keesokan harinya Divisi Logstran memutuskan untuk radiv dadakan dan disinilah Gyani sekarang, di Taman Fakultas Perikanan yang sudah sepi.

Alasan Marvin memilih tempat ini karena ia baru saja bertemu dengan Wita. Perempuan itu tidak sendirian, tapi dia bertemu Marvin bersama dua perempuan lainnya yang diketahui adalah sahabat sejurusan Wita. Di pertemuan itu, Wita memutuskan untuk istirahat dari kepanitiaan entah berapa lama dan Marvin mengizinkannya. Wita juga tidak membahas tentang pertengkaran Brian dan Rian secara langsung karena gadis itu sudah mengatakannya melalui saluran telepon pada malam hari. Tiga jam setelah kericuhan berakhir.

Well, Marvin sekarang sudah tahu semuanya.

Duduk melingkar di bawah pepohonan yang mengitari taman membuat panitia merasakan kesejukan. Capek, bingung, marah dan bosan, sudah pasti menggerogoti mereka saat ini. Terlebih dengan jumlah yang tidak lengkap, rasanya benar berbeda. Suasana ini mirip ketika Wita dan Jawad tidak menghadiri rapat sebelumnya.

"Gue dapet surat pagi ini," Marvin memutar-mutar amplop berwarna putih dengan ekspresi datar, "dari Rian."

Mendengar nama tersebut, seluruh atensi pun berhasil Marvin dapatkan. Gyani yakin sebagian besar dari mereka semua tidak tahu alasan Rian tidak hadir hari ini. Iya, ini menjadi salah satu keanehan juga sebab Rian tidak pernah absen di radiv apapun. Bahkan jika harus meninggalkan kelas pun dia akan lakukan. Tapi hari ini, semuanya tidak sama lagi.

Gyani yang duduk di sebelah Marvin seolah tahu beban berat yang ada di pundak laki-laki itu. Berkali-kali ia mendengar dengkusan kuat yang keluar dari mulut ketua divisinya tersebut.

"Rian mengundurkan diri dari kepanitiaan NFD—"

Kaget bukan main!

"Lho, kok gitu? Kenapa, Kak?" seru Hisyam. "Trus yang tanggung jawab di PDD siapa? Cuma Rian sama Cici yang paling tau Divisi PDD."

Cakra menggeleng kencang. "Wah! kita masih ada closingan lho, Kak. Jangan lupain itu!"

"Lo nggak mau ngomong dulu sama Rian, Kak? Siapa tau dia berubah pikiran," acap Kirana.

Tanpa mendengar masukan dari beberapa panitia, tatapan Marvin langsung bergerak menuju Cici yang berada tepat di depannya. "Gimana, Ci?"

Perempuan yang ditanya itu hanya terpaku selama beberapa detik. Semua orang juga tahu bahwa ini pertama kalinya Cici terlihat kebingungan dan seolah berkata apa-yang-terjadi-sekarang?

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa Rian menjadi tulang punggung Logstran untuk PDD. Dia tahu semua lokasi alat bahan terbaik dan termurah, kemampuannya bernegosiasi harga nggak usah diragukan, hingga eksekusi konsep aneh PDD pun bisa terlaksana.

DIVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang