7 Oktober

46 8 2
                                    

"Junkyu bangsat janjian jam empat udah jam lima gak keliatan batang idungnya" Jihoon yang terlampau geram menendang batu di hadapan. Membuat ia mengaduh kesakitan sembari merutuki kebodohannya sendiri.

"Wes di telpon sewidak jaran ra diangkat angkat" Jeongwoo tak kalah kesalnya bahkan hampir membanting ponsel di genggaman.

"Ngomong naon dih sia nying" Hyunsuk justru kesal pada Jeongwoo.

"Emang artinya apa bang?" Junghwan sambil mengemut permen milkita.

"Udah di telpon berkali-kali tapi gak di angkat, Wan" Yedam menjelaskan dengan hadiah anggukan kepala dari yang bertanya.

"Emang berapa kali?" Jaehyuk yang sibuk berkaca lewat spion motor orang ikut bertanya.

"Seribu kali!" Jeongwoo terlampau emosi.

"Wahh pulsanya bang Jawir banyak ya" pertanyaan polos Junghwan membuat emosi Jeongwoo kian menjadi.

"Pasti lo yang suka kirim pesan mama minta pulsa" terlebih dengan candaan Jihoon.

"Pantesan pulsanya bang Jawir banyak"

Tangan Jeongwoo telah terangkat di udara hendak menggeplak kepala si bontot sebelum si biang tolol datang dengan histeris.

"GAES SORRY GUE TELAT!!"

"LO DARIMANA AJA BANGSAT?!!"

"Anu, pdam rumah gue belom di bayar, jadi gak ada air"

"Gak mandi ya lo?" Jaehyuk menatap geli pada Junkyu yang terlihat tak terima.

"Mandi lah! Tadi numpang ke SPBU"

"Lo mandi bensin Jun?" semua orang terkejut akan pertanyaan yang tumben abnormal dari Mashiho.

"Tolong bang sirkel kita udah kekurangan orang waras, lo jangan ikut-ikutan" Yoshi yang sedari tadi hanya diam ikut bicara. Merasa miris akan kenyataan jika tak ada satupun orang waras dalam lingkup pertemanannya.

"Lo gak normal juga dong?" pertanyaan Asahi di angguki oleh yang lain.

"Sorry gue satu persen orang normal disini"

"Terus sisa sekian persennya siapa yang gak normal?" Doyoung bertanya, seolah tak tau.

"Lo" Yedam menjawab dengan ketus.

"Udah udah gacor mulu, keburu malem" Hyunsuk berbalik terlebih dulu, berjalan paling depan memasuki tempat tujuan.

Mereka berbaris dengan rapi, walau sedikit sulit di atur dan membuat Hyunsuk latihan vokal sore-sore begini. Mereka tetap patuh dan berbaris menunggu giliran mendapat tiket masuk.

Mereka menjajal tiap wahana yang ada, hingga mereka sampai pada satu wahana yang cukup untuk membuat bahkan seorang atlit judo menjerit seperti putri kecil ayah.

Rollercoaster.

"Bang Sahi mending jangan naik deh. Kan baru oprasi, bahaya kalo naik ntar rahimnya lompat-lompat" Yedam menepuk pundak Asahi.

"Emang Asahi punya rahim?" Hyunsuk nampak bingung walaupun ia sendiri cukup yakin jika itu hanya guyonan.

"Ada kemaren pas oprasi sekalian tanam rahim" Asahi menjawab asal.

"Anjir waria" Haruto terkejut sembari bertepuk tangan.

"Wah liat dong bang" Doyoung menatap dengan mata berbinar.

"Kalo mau liat yuk ke kamar mandi sekarang" Asahi mendelik kejut pada Yoshi.

"YUK"

"Wan, gak semuanya bisa di liat pake mata"

UZAI ; TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang