Suasana canggung seusai perdebatan sengit antara yedam dan mashiho masih terasa di antara tujuh orang yang ada disana.
Raut yang paling pendek masih menyiratkan kekesalan yang begitu kentara.
"Lo kenapa sih Mash? Nuduh Yedam segitunya" Asahi menjadi yang pertama bertanya.
"Coba lo pikir aja, mana ada kebetulan yang sebanyak itu? Kalo emang cuman kebetulan dia ada disana gue masih bisa terima. Tapi kebetulan yang lainnya? Terus kenapa juga dia gak langsung telpon polisi atau ambulans dan malah nelpon lo, Sa?"
"Ya kan dia panik bang. Mungkin kalo gue ada di posisinya bang Yedam juga gue bakal telpon kalian dulu" Haruto ikut serta meninpali.
"Ya gak kaget sih kalo itu lo, lo kan goblok. Tapi masalahnya ini Yedam. Bener kata Mashiho, gak logis aja di saat genting kayak gitu Yedam malah gak panggil polisi" Junkyu mulai terpengaruh akan ucapan Mashiho.
"Tapi kita juga gak bisa salahin bang Yedam gitu aja. Kalian liat sendiri gimana muka kagetnya dia kemaren kan? Kalo emang dia pelakunya juga kenapa dia gak langsung pergi ninggalin TKP?" Doyoung berusaha menyangkal opini sepihak dari temannya.
"Udah deh gue minta kalian buat sparing futsal itu biar kita bisa akur lagi. Bukannya malah lanjut berantem kaya gini" Jihoon yang merasa jengah lantaran idenya harus berantakan tak tahan lagi.
Niat hati ingin mencairkan suasana, justru yang terjadi adu mulut diantara teman-temannya kian memanas. Mereka kini bahkan terbagi menjadi dua kubu.
"Emang kenapa lo yakin banget kalo ini pembunuhan? Kan bisa aja emang ada kesalahan dari pihak toko donatnya" Yoshi menimbrung setelah hanya diam mendengarkan.
"Tapi terbukti dari investigasi polisi kalo ini emang pembunuhan"
"Tapi bahkan sebelum polisi dateng pun lo udah nuduh Yedam sebagai pembunuhnya"
Mashiho diam tak menanggapi.
"Mungkin gak sih kalo ini itu jebakan dari pelaku aslinya? Dia pergi sebelum bang Yedam dateng dan bikin seolah dia pelakunya?"
Mashiho terdiam menyadari tatapan intimidasi dari teman-temannya setelah pernyataan Doyoung barusan.
"Kalian nuduh gue?"
Haruto berdehem, menepuk bahu Mashiho. "Makanya bang, mending diem kalo gak mau ikutan di tuduh"
Hening cukup lama, semuanya tampak serius memikirkan berbagai banyak opini yang terbesit di otak sebelum Asahi kembali angkat suara.
"Tapi kalo emang ini pembunuhan, apa motif pelakunya?"
"Mungkin musuh bapaknya? Biasanya kan pengusaha banyak musuhnya. Nah santetnya nyasar ke Junghwan"
Jihoon mendengus, menatap pada Haruto yang juga menatapnya.
"Lo masih percaya sama santet?"
Haruto hanya mengedikkan bahunya sebagai jawaban.
"Udah jangan seenaknya nyimpulin sendiri. Kita tunggu kabar selanjutnya dari polisi aja"
Semua menyetujui ucapan Jihoon. Karena memang benar jika menunggu hasil terbaru dari pihak kepolisian adalah keputusan paling tepat yang bisa dan hanya bisa mereka lakukan.
Mashiho menjadi yang pertama undur diri, di susul dengan Haruto yang katanya ada janji, juga Asahi yang hendak menyusul Yedam.
"Ah gini nih enaknya ngebar"
Junkyu mendelik tak suka pada Doyoung yang justru menyunggingkan senyum.
"Di saat kayak gini lo masih kepikiran buat ngebar? Tapi gas lah"
KAMU SEDANG MEMBACA
UZAI ; TREASURE
Fanfic⚠️ DISCLAIMER ⚠️ Cerita ini fiksi murni dari imajinasi penulis. Tanpa ada niat buruk atau berkaitan dengan hal apapun di dunia nyata. Mengandung konten sensitif dan tidak untuk ditiru. Bijaklah dalam memilah bacaan. * * * "Ah anjing pada mati semua...