Bagian 23

5 2 0
                                    

Sedari 1 jam berlalu, Arina lebih banyak menundukkan kepalanya sedikit sembari memainkan jari tangan di pangkuannya. Kali ini ekspresi wajahnya sedikit cemberut memperlihatkan kekesalan melihat interaksi 2 orang di depannya yang tampak sedang seru dengan sesekali bercanda.

"Sebenernya, mau baikan sama aku atau mau deketin pacar sabahatnya sih". Lirih Arina nyaris tidak terdengar, terlebih suara musik yang berputar.

Sedangkan Naura yang menyadari kediaman Arina tersenyum simpul dan memberikan kode kepada Delano dengan kedua bola matanya.

Delano yang mengerti kode mata dari Naura terkekeh. Melihat ekspresi cemberut yang Arina tunjukkan. Mungkin ia kesal karena sedari tadi tidak diajak berbicara. Menurut Delano, Arina tidak berubah tetap menjadi Arina sahabatnya. Hanya saja Arina kini sedikit menjaga jarak terhadapnya.

"Na, ngapain cemberut gitu?". Tanya Delano pura-pura tidak menyadari kesalahannya.

Arina mendongak saat suara itu terdengar. "Nggak papa, siapa yang cemberut". Elak Arina sembari tersenyum canggung.

"Lan, Rin. Aku ke toilet dulu ya". Pinta Naura sembari berdiri dan mulai berjalan meninggalkan meja tempatnya duduk tanpa menunggu balasan dari keduanya.

Seketika suasana menjadi lebih canggung dan hening. Arina melihat sekeliling berusaha menghindari kontak mata dengan Delano yang sedari tadi menatapnya.

"Ternyata kamu nggak berubah ternyata, Na". Celetuk Delano tanpa sadar.

Mendengar itu, membuat Arina menatap Delano yang kini menatapnya dengan senyum manisnya. "Berubah gimana?". Tanya Arina.

"Selalu ngelak kalo lagi deg-degan". Jawab Delano terkekeh.

"Nggak ada yang deg-degan yaa". Ujar Arina sedikit meninggikan suaranya tanpa sadar. Setelahnya ia sadar dan menutup mulutnya setelah meninggikan suaranya.

"Makin gemes deh kalo galak. Bikin aku pengen cepet halalin terus aku karungin biar nggak ada yang liat kalo ada bidadari cantik dan gemesin kayak kamu". Goda Delano sedikit memajukan tubuhnya ke arah Arina.

Merasakan pergerakan dari Delano yang kian mendekat membuat Arina sedikit memundurkan tubuhnya menjauh sembari mengerjapkan matanya cepat. Jangan lupakan pipinya yang bertambah memerah mendengar ucapan Delano. Bagaimanapun Delano adalah sosok laki-laki yang pernah singgah dihatinya dalam waktu yang lama. Sosok laki-laki yang masih memiliki tempat tersendiri sebagai pria setelah ayahnya. Bahkan hingga saat ini, Arina belum menemukan pengganti yang bisa menyingkirkan nama Delano dalam pikiran dan hatinya. Nama itu seolah memang dikhususkan tertanam dalam dirinya.

Sebuah notifikasi membuat Arina menolehkan kepalanya sembari membuka lookscreen ponselnya.

Delano tetap menatap Arina yang melihat layar ponselnya. Tetapi kini tatapannya sedikit terlihat santai tidak seintens sebelumnya.

Hingga Arina menunjukkan ekspresi sedikit terkejutnya.

"Kenapa?". Tanya Delano saat melihat sedikit keterkejutan dari Arina.

Arina menghela nafas dan melihat Delano. Ia bimbang untuk menyampaikan pesannya. "Naura ngabarin aku, dia udah pulang. Ibunya bilang ada yang penting". Jawab Arina lugas mengalihkan pandangan dari Delano.

Delano tersenyum simpul menatap ponselnya yang menunjukkan sebuah pesan masuk. Akhirnya ia tau itu hanya sebagian rencana kecil dari Naura. Naura juga sempat berbicara jika akan sedikit membantu Delano untuk dekat kembali dengan Arina.

Kini terlihat Arina menghela nafas untuk kedua kalinya. "Duh aku pulang gimana, Papa sama Mama udah pulang lagi". Lirih Arina memperhatikan layar pesannya.

Look at Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang