Delano memarkirkan mobil di halaman rumah Arina, ia mengernyit saat terdapat 2 mobil asing lain yang terparkir di sana. Perlahan ia melangkah dan mendapati Audi dan Argata bersama keempat temannya berbincang di ruang tamu.
"Eh, Lan gimana?". Tanya Gilang mewakili semua orang di sana.
"Ina udah pulang?". Tanya Delano ragu.
"Loh, kan dia sama kamu tadi". Jawab Naura, ia menatap Delano lekat.
Delano mendekat dan duduk di sebelah Julian. Ia menyandarkan punggungnya dan menghela nafas berat.
Naura menyadari ada yang tidak beres dengan temannya satu itu, ia meletakkan gelas minumnya dan menatap Delano. "Kamu kenapa?. Ada masalah?". Tanya Naura mencoba melembutkan suaranya. Di sini perannya diutamakan, seorang pendengar dan seorang dokter.
Delano menghela nafas berat, ia menegakkan tubuhnya. Kemudian, ia melihat sekeliling. Tatapannya terhenti saat metanya bertatapan langsung dengan tatapan tajam milik Argata.
"Maafin Elan, Mah Pah". Ucap Delano lirih.
"Kenapa?". Tanya Argata menatap tajam Delano.
Tanpa diminta Delano menitihkan air matanya, hal itu membuat Audi mengusap pundak suaminya untuk sedikit melunak. Bagaimanapun, Delano penuh dengan beban di pundaknya.
"Tadi, mama telefon dan bilang kalo Siska hamil. Dan diangkat sama Arina". Ucapnya lirih.
Semua orang terkejut mendengarkan itu, bahkan Gilang yang tidak mengenal Siska membulatkan matanya. Ia cukup tau nama yang sering Ginata ceritakan itu.
"Terus, Arina salah paham dan kamu belum jelasin apa-apa?". Tanya Naura tepat sasaran.
Delano mengangguk, air matanya kembali menetes."Kita tunggu dia sampai pulang, kamu jelasin baik-baik". Saran Audi yang diangguki semuanya.
Kali ini Argata akan menurunkan emosinya. Bagaimanapun, ini hanya kesalah pahaman yang dapat diselesaikan oleh Delano.
Semuanya terdiam dalam pikiran masing-masing.
-L.A.M-
Arina menginjakkan kaki di halaman rumahnya. Tubuhnya menegang kala melihat banyak mobil di halaman rumahnya. Namun 1 mobil yang ia hindari, yaitu mobil milik Delano yang beberapa jam lalu ia tumpangi. Langkahnya membawa untuk tetap mendekati rumahnya. Matanya bertatap langsung dengan kedua orang tuanya yang memang duduk menghadap pintu utama.
"Arina". Lirih Audi dan Argata bersamaan, bahkan Audi berdiri menegakkan tubuhnya.
Panggilan itu membuat semua orang menolehkan tubuhnya arah pintu dan terlihat Arina dengan penampilan yang cukup menghawatirkan.
Delano spontan berdiri dan menghampiri Arina. Air matanya kembali menetes melihat Arina yang berdiri di tengah pintu.
Arina melangkah cepat menghindari Delano. Namun langkahnya terhenti kala pergelangan tangannya ditahan oleh Delano. Arina enggan untuk menatap kedua mata yang kini meneteskan air matanya.
"Na, dengerin penjelasan aku dulu". Ujar Delano lirih, suaranya terdengar parau.
Ingin sekali Arina berbalik dan memeluk erat raga yang selama ini ia doakan. Namun hatinya telah hancur untuk kedua kalinya.
"Nggak ada yang pengen aku denger". Pungkas Arina menghempaskan tangannya yang digenggam Delano. Ia kembali melangkah kakinya.
"Kamu nggak mau kita deket kayak dulu lagi?". Tanya Delano kepada Arina yang di hadapannya.
"Ok, satu menit". Ujar Arina.
Semua pasang mata di ruang tamu tertuju kepada dua orang yang kini beradu argumen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me (END)
Teen FictionDelano memperhatikan rumah yang dulu sering ia kunjungi. Tidak banyak berubah. Sedangkan Arina bersiap untuk turun. "Temui orang tua ku dulu, Lan. Jelaskan semuanya sama mereka. Setelah itu kamu jelaskan padaku. Aku yakin mereka masih menunggu perta...