Bagian 36

8 2 0
                                    

Sinar matahari mulai memasuki sela kamar hotel yang masih tertutup tirai tipis. Membuat seorang wanita terbangun akibat sinar itu.

Perlahan Arina membuka matanya, pandangan pertama adalah wajah laki-laki yang sejak 1 hari lalu menjadi suaminya. Tangannya perlahan mengusap rahang tegas milik Delano.

Merasa tidurnya terusik, Delano mengeratkan pelukannya. Tangan kirinya yang digunakan sebagai bantalan Arina perlahan melingkari leher Arina membuat wajah Arina semakin dekat dengan wajahnya. Tangan kanannya semakin mengeratkan dipinggang Arina membuat tubuh keduanya menempel didalam selimut tebal. “Selamat pagi, istriku”. Ucap Delano serak setelah berhasil mencuri 1 kecupan dari Arina.

Arina tidaklah marah, ia justru tersenyum. “Selamat pagi”. Jawab Arina yang masih terus mengelus rahang tegas Delano.

Mereka diam beberapa saat, menikmati suasana pagi hari yang berbeda dari biasanya.

“Hari ini kita mau ngapain?”. Tanya Arina memastikan.

“Seharian ini kita ngulang kejadian tadi malam sampek besok pagi”. Jawab Delano melantur, bahkan ia tidak membuka kedua matanya.

Arina memuluk pelan bahu Delano. “Dasar”. Ucap Arina.

Delano tertawa dibuatnya, ia membuka mata dan menatap wajah Arina yang hanya berjarak 5 centimeter dengan wajahnya. “Hari ini, aku pengen tidur gini aja sampek besok pagi”. Jawab Delano ringan.

“Kamu nggak kekantor?”. Tanya Arina.

“Aku bosnya kalo kamu lupa, terserah aku mau kesana apa enggak”. Jawab Delano ringan. Ia tidak melepaskan pelukan.

Arina terkekeh mendengar jawaban Delano.
“Sebentar, jangan rubah posisi”. Ujar Delano. Setelahnya ia mengambil ponsel disebelah ranjang, Arina menurut. Terlihat Delano mengotak-atik ponsel itu telat diatas keduanya. Membuat Arina bisa melihat sedang apa laki-laki itu.

Tak lama, terdengar panggilan yang tersambung.

Arina dapat melihat siapa yang laki-laki itu telepon. Dan tertera nama Bagas, Asisten pribadi Delano saat ini.

Ada apa, Boss?”. Tanya Bagas dari seberang sana.

Handle perusahaan selama 1 minggu kedepan. Gua masih pengen liburan, Bang”. Jawab Delano.

Hal itu membuat Arina melotot. 1 minggu tidak bekerja?. Benar-benar Delano ini.

Terdengar kekehan dari Bagas. “Siap, Boss. Tenang. Nikmati aja dulu masa pengantin baru”. Jawab Bagas.

“Eem, sekalian deh. Abang tau hotel resepsi kemaren kan?”. Tanya Delano.

Tau. Kenapa?”. Tanya Bagas kembali.

“Segera tanam saham yang gede di hotel itu dan jangan lupa beli kamar yang gua tempati saat ini. Kalo nggak salah kamar 507, atau nggak tanya ke resepsionis kamar pengantin”. Pinta Delano. “Pastiin jangan sampai ada yang nempati kamar itu setelah gua”. Lanjut Delano tegas dan langsung mematikan panggilan itu.

Suara dentingan benda jatuh terdengar nyaring dan membuat Arina memejamkan mata. Ia tau apa yang terjatuh. Sebuah ponsel yang barusaja dilempar oleh pemiliknya.

“Kenapa dilempar sih?”. Tanya Arina.

“Besok kita beli ponsel baru dan harus sama”. Jawab Delano kembali memeluk Arina. Kali ini ia menenggelamkan kepalanya pada pundak polos Arina dan sesekali menyecupnya sesekali.

Arina mengusap belakang kepala Delano lembut. “Kenapa segala tanam perusahaan dan beli kamar ini?”. Tanya Arina sesekali meringis saat Delano menggingit pundaknya.

Look at Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang