Bagian 13

6 2 0
                                    

Hari dimana olimpiade akan dilaksanakan sudah di depan mata. Tiga hari lagi, olimpiade digelar. Arina dan Raditya semakin disibukkan dengan beragam jam tambahan. Bahkan mereka sering meninggalkan beberapa jam pelajaran hanya untuk jam tambahan olimpiade. Seperti saat ini, tepat setelah istirahat kelas XI MIPA 3 sedang olahraga di Lapangan outdoor dekat taman sekolah. Arina dan Raditya ternyata jam tambahan bersama Bu Ulil -guru fisika kelas XII- disalah satu gazebo taman.

Sepuluh menit berlalu dan kini hanya terdapat Arina dan Raditya yang terlihat fokus menyelesaikan beberapa soal yang diberikan Bu Ulil kepada keduanya.

"Kasian Arina, pasti belum makan buat sarapan deh". Ucap Naura tiba-tiba. Pandangan matanya tidak lepas sedikitpun dari Arina yang terlihat meletakkan kepalanya di atas meja, mungkin kelelahan.

Celetukan Naura membuat Julian dan Delano mengalihkan pandangannya ke arah gazebo tempat Arina dan Raditya belajar.

"Pasti capek banget jadi mereka. Kurang istirahat banget. Gue yakin nih, mereka akhir-akhir ini tidurnya berkurang". Jelas Julian. "Apalagi mereka harus mempelajari semua materi sains di kelas dua belas juga dalam waktu dua minggu. Ngeriii". Lanjutnya. Memory Julian berputar ke masa lalunya yang juga pernah mengikuti olimpiade dan mengharuskan mempelajari semua materi di kelas jenjang selanjutnya.

"Arina tadi juga sempet mau tidur waktu gue bonceng berangkat sekolah. Makanya gue tadi hampir telat karena nggak berani ngebut". Ujar Delano. Sejujurnya ia ingin meminta kepada pihak sekolah untuk menggantikan Arina dengan siswa lainnya. Tapi ini adalah salah satu jalan untuk kesuksesannya kelak. "Gue ke Kantin dulu ya. Baru inget kalo tadi Arina cuman sarapan pake roti karena kesiangan bangun". Jelas Delano mulai berdiri dan melangkahkan kakinya menjauhi lapangan menuju kantin sekolah.

Delano akan membelikan makanan untuk Arina dan Raditya. Biarlah ia menurunkan egonya sedikit untuk patner Arina yang satu itu. Padahal sejujurnya Delano sangat malas untuk memberikan pengertian sedikit kepada Raditya.

Sesampainya di Kantin sekolah, Delano memesan 2 bungkus nasi goreng dan membelikan 2 air mineral serta sekotak susu strawberry kesukaan Arina. Setelah plastik 2 bungkus styrofoam nasi goreng di genggamannya. Delano mulai melangkahkan kakinya kembali kelapangan tetapi tujuannya saat ini adalah gazebo tempat Arina belajar.

Sementara di Gazebo aman, Arina mendongakkan kepalanya kembali dan memulai fokusnya pada beberapa nomor yang belum ia selesaikan dari 30 soal dari Bu Ulil.

"Capek banget, Rin?". Tanya Raditya sembari membolak-balikkan bukunya.

"Gue tadi malem cuman tidur tiga jam". Jawab Arina sekenanya.

"Oh! Kalo capek gimana kita istirahat aja dulu". Tawar Raditya melihat ke arah Arina.

"Nggak usah gue masih kuat kok". Jawab Arina. Ia kembali menorehkan pensil yang ia pegang di atas kertas buram perhitungannya.

"Hmm, Rin. Gue tanya soal yang ini dong. Gimana nyelesainnya? Gue cari dibuku nggak ada yang cocok rumus sama yang diminta soal". Tanya Raditya memberikan lembar soal kepada Arina.

Arina mulai membaca soal dan membuka buku yang ia yakini terdapat rumus yang benar untuk penyelesaiannya. "Nah, jadi gini. Dit". Ujar Arina dan mulai menjelaskan penyelesaian soal tersebut.

Bukannya fokus pada penjelasan Arina, Raditya malah fokus menatap wajah cantik Arina. Ia mulai menelisik setiap inchi wajah Arina dan berakhir di bibir Arina yang menjelaskan penyelesaian soal Raditya tadi. Tanpa sadar Raditya mulai menggigit bibir bawahnya dan terus melihat pada objek yang sama. Tidak sampai situ, Raditya juga sedikit menurunkan pandangannya menyusuri setiap inchi tubuh Arina.

Look at Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang