Jim menjentikkan jarinya yang tebal-tebal, deretan gigi putihnya bersinar dibantu cahaya mentari dari jendela di belakangnya. "Nicole Cantik, ada beberapa tawaran sensasional buat kamu! Dijamin kamu suka, deh!" Ia bergerak santai ke laci mejanya dan menarik beberapa kertas berwarna, yang tampak seperti proposal. Ia memilah-milah sebentar, sebelum menarik salah satunya ke tumpukan atas.
Nicole melangkah panjang ke meja sang bos, dan mengintip tumpukan menarik itu. Namun bosnya itu secepat kilat sudah memasukkan lagi sisa tumpukan ke dalam lacinya, Nicole hanya bisa mencebik.
"Nih, Om pilihin yang paling dekat waktu syutingnya!" Jim menunjuk proposal di meja. Satu untuk audisi film horror-action yang rencana tayang tahun depan. Satu lagi, Nicole tidak yakin apa maksudnya, karena istilah yang digunakan, kurang familier untuknya.
"Nggak ada lagi, Om?" pancing Nicole sambil tersenyum manis. "Uh, Om tahu kaan aku tuh nggak tertarik lagi main action! Udah sering encok, Om! Mendingan yang ini kasih ke si bocil aja sihhh," ia meletakkan lagi proposal berwarna hitam metalik ke meja bosnya. Mengangkat-angkat alisnya, demi meyakinkan si atasan.
"Ini bukan cuma action, Nic! Ini horror-action! Kamu tahu sendiri loh, minat penonton warga Konoha ini tinggi banget sama setan-setanan!"
"Aduh, Om, aku teh lampu digelapin aja langsung overthinking, ya lagi main jadi apa ... nih? Aku jadi yang dikejar setannya kan??" Nicole bergidik.
"Bukan, kamu yang jadi setannya, ini!"
"Eleuh-eleuh!( Aduh-aduh!)" Nicole menepuk jidatnya. "Setan mana cantik paripurna begini, Om Jim?? Capek-capek skincare-an malah jadi setan, yang bener ajaaa!" balas Nicole nyinyir.
"Eh, jangan salah kamu! Setan banyak yang cantik, jaman Om muda dulu ada Si Manis Jembatan Pasar Baru! Belum lagi ada film Dendam Susanti! Semuanya semok semlohay, nggak ada yang burik!"
"Teuing, Om. Duka, lah eta teh pelem naon! (Entahlah Om. Nggak tahu film apa itu!)" gerutu Nicole, yang justru memakai proposal satunya untuk kipas-kipas wajahnya yang memerah.
Jim menggeleng-geleng. Ia sudah menduga, Nicole, si artis andalan yang sudah lama di bawah naungannya ini, akan datang masanya jadi sulit diatur. Memang sudah semakin sedikit yang menawari Nicole pekerjaan, tapi Nicole tidak membuat segalanya lebih mudah, karena semakin hari pun dia semakin pemilih. Padahal, di era industri hiburan yang bergerak dinamis, perputaran terjadi sangat cepat. Apabila tidak giat mempertahankan momentum, orang akan semakin cepat lupa. Namun di sini mereka bahkan berdebat kusir untuk sesuatu yang seharusnya bisa diputuskan dalam waktu singkat.
"Yaudah kalo gitu, ini Om simpan dulu deh, siapa tahu kamu berubah pikiran nanti." Jim memasukkan lagi proposal film "Cinta terlarang si Pembasmi Hantu" ke laci mejanya. "Terus, gimana yang ada di tanganmu itu, lanjut nih?"
Nicole pun menyadari proposal berwarna putih yang sedang dipegangnya, ujungnya agak bengkok sedikit, karena terlalu lama dicengkeram olehnya. Ia membaca lagi sampulnya, lalu dia memutuskan untuk duduk di kursi seberang meja. "Om, ya kali aku teh suruh ngelawak?" tanya Nicole dengan wajah memelas. Karena proposal itu berisi penjelasan soal Stand Up Comedy.
"Nah, nah ... kambuh lagi suka negative thinking! Siapa sih yang nyuruh kamu ngelawak? Stand Up Comedian itu namanya Komika, beda lagi loh sama pelawak yang entertainer!"
"Iyaa maaf, ya tapi Komika-Komika itu kan harus lucu juga, Om! Masa iya mau ngegaring??"
"Betul, cuma di sini pihak production house tuh bukan minta kamu jadi Komika, mereka juga tahu lah kamu siapa! Mereka justru minta kamu jadi juri tamu, mereka mau bikin roadshow lagi tahun ini, keliling kampus! Lumayan kan, kamu bisa jalan-jalan gratis selama beberapa bulan ke depan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Expired
ChickLitMencari sesuap nasi itu susah, tapi jadi sensasi lebih susah! Kalau lima tahun lalu namamu di atas langit, hari ini bisa saja di gorong-gorong. Kalau pekerjaanmu public figure, setiap saat putar otak demi postingan yang menghasilkan engagement tingg...