Henrik berlari ke ruangan Tarjei namun ibunya meminta nya menunggu bersama di luar ruangan, Henrik di telpon ibunya dan mengatakan kalau Tarjei tiba-tiba merintih kesakitan pada perutnya yang mana selimut nya menjadi merah karena pendarahan yang alami.
Dokter mengatakan kalau Tarjei ternyata sedang hamil hanya saja ia mengalami keguguran yang mana Henrik yakin itu anak dari ayah teman nya jujur saja Henrik lega bayi itu gugur, terdengar jahat namun ada alasan mengapa Henrik merasa lega. Alasan Henrik adalah apa yang akan di alami Tarjei ke depan nya jika bayi itu hidup dan lahir, Henrik dengar ayah dan ibu teman nya bercerai setelah ayahnya di seret ke penjara.
Keduanya sedang menunggu di dalam kamar menunggu ibu dan ayah Henrik menyelesaikan administrasi karena Tarjei akan pulang hari ini, ia setuju pulang ke rumah Henrik demi ibu Henrik yang memohon padanya.
Pintu terbuka dan tampak ayah dan ibu Henrik muncul dengan senyuman, mereka semua menuju parkiran mobil dan Tarjei hanya diam entah apa yang ia pikirkan karena ucapan mereka hanya di balas senyuman dan anggukan oleh Tarjei.
Tarjei merasa kagum melihat rumah Henrik dengan halaman yang luas hingga butuh waktu menuju ke rumah, rumah Henrik sangat besar dengan halaman yang redup dan indah.
Henrik membantu Tarjei memindahkan kan Tarjei ke kursi roda karena ia mengalami patah pada kakinya hingga ia butuhkan waktu dan terapi untuk kembali pulih, Tarjei merintih karena sakit pada pinggang dan kakinya hingga Henrik lebih berhati-hati.
Ada kamar yang sudah di persiapkan khusus untuk nya dan sementara Henrik akan menemani jika saat malam ia butuhkan bantuan entah apapun itu, Tarjei serasa bermimpi mempunyai kamar sendiri yang besar mengingat ia hanya memiliki kamar yang sempit dan berantakan.
Saat malam Tarjei merasakan apa itu makan malam keluarga yang tidak pernah ia rasakan, Tarjei hanya diam dan tersenyum mengangguk saat mereka mengajak nya bicara.
Pikiran Tarjei berkecamuk membuat nya tidak bisa tidur malam ini dan itu membuat Henrik menyentuh ujung hidung nya membuat nya terkejut, Henrik duduk di pinggiran tempat tidur dan memandang Tarjei.
"Apa yang kau pikirkan?"
"Banyak, kau mau yang mana?"
"Yang ada aku nya"
"Aku belum bisa membalas perasaan mu Henrik karena aku belum yakin dengan perasaan ku padamu, kau tidak masalah kan?"
"Tidak Tarjei, kan aku sudah mengatakan nya padamu"
"Apa yang keluarga besar katakan jika mereka tahu siapa aku dan apa yang terjadi padaku, aku tidak mau menjadi penyebab perpecahan keluarga, aku tahu seperti apa itu"
"Tarjei tenanglah"
"Tenang bagi mu tapi tidak bagiku, kalian terlalu baik untuk orang seperti aku yang...... "
Henrik mencium bibir Tarjei membuat Tarjei terdiam dengan mata terbelalak, Tarjei masih terpaku namun Henrik tersenyum puas berhasil membuat Tarjei terpaku.
"Bagus, sekarang tidurlah atau kau mau aku temani di tempat tidur"
"Eh iya eh tidak usah"
Henrik terkekeh melihat Tarjei menjadi gugup dan gelisah, Tarjei buru buru membelakangi untuk menyembunyikan wajah nya yang bersemu merah karena malu.
Saat tengah malam Henrik terbangun mendengar igauan dan tangis Tarjei hingga ia yang tidur di sofa bergegas menghampiri, setelah Tarjei tenang ia meminta Henrik tidur didekatnya.
"Nah pelan pelan Tarjei"
"Ini sakit dan repot, kaki ku terasa berat dan nyeri"
"Aku akan memberikan sesuatu padamu jika kau berjalan sekarang, pelan pelan saja Tarjei"
"A... Aku coba"
Ibu Henrik datang dengan nampan berisi minuman dan camilan untuk mereka berdua, ibu Henrik ikut bergabung akhirnya dengan mereka.
"Sayang ayo pelan pelan"
Tarjei melangkah pelan dengan menahan sakit karena tongkat tidak membantu sama sekali, saat sampai ia hampir jatuh namun Henrik menangkap tubuh nya dan membantu nya duduk.
"Penyangga ini membuat kaki terasa berat"
Ibunya dan Henrik hanya tersenyum lalu ibu Henrik menyodorkan minuman dingin pada Tarjei dan segera Tarjei mengambil nya lalu menenggak nya hingga setengah hanya melangkah beberapa kali saka membuat nya lelah.
"Latihan nya besok lagi, mama masuk dulu"
Ibu Henrik mengusap rambut Tarjei dan beranjak pergi ke dalam rumah.
"Katamu kau punya sesuatu untuk ku"
"Nanti, jangan sekarang"
"Hmmm baiklah"
Tarjei benar-benar penasaran dan sesaat ia pikir ia hanya sedang dipermainkan oleh Henrik agar ia mau berjalan ke arah Henrik, Henrik hanya tersenyum misterius melihat lirikan Tarjei.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Victim (End)
Randomgimana rasanya jadinya korban pelecehan dan bagaimana sikap orang orang sekitar nya