Situasi yang terasa tidak masuk akal sebetulnya membuat Kuncoro enggan untuk berhenti, namun melihat kondisi kaki Winata yang semakin parah membuat Kuncoro memutuskan untuk istirahat sejenak. "Oke, kita istirahat dulu sekarang!" Ujar kuncoro pada semua.
Mereka kembali berhenti. Winata duduk di bebatuan menselonjorkan dan pelan-pelan memutar pergelangan kakinya merintih nyeri.
"Kaki lo aman, Nat?" Yayan di sebelahnya memperhatikan
"Berat banget, Yan" katanya hampir kehabisan tenaga
Sementara yang lain mengatur napasnya. Desir angin dan suara- suara serangga bersilih. Tirta tegang dan merinding, ia merasa dari setiap sudut banyak mata yang mengawasi. Suasana hening dan suara-suara pergerakan serangga di dedaunan menjadi latar suasana yang tidak menyenangkan sama sekali.
Deru napas masing-masing masih terdengar ngos-ngosan. Winata memukul-mukul betis kakinya sambil mengerang nyeri. "Jam... be-rrapa... Bang..." tanya Winata terengah-engah
"sembilan seperempat" Kun sambil menyalakan lampu pada jam digitalnya
"Kok lama banget, ya?" kata Winata dengan napas yang sudah stabil
"Bukan cuma gue aja yang ngerasa, bahkan Winata juga ngerasain" samber Tirta pelan dengan nada sinis
Kuncoro kembali memperhatikan peta dengan headlamp di kepalanya. "Harusnya bener, gue ngikutin peta kok..."
Winata berdiam, pikirannya mengarah pada yang tidak-tidak. Hampir dua jam lebih perjalanan menuju pos 5 belum juga sampai.
Lima belas menit berlalu, peristirahatan dengan sedikit obrolan membantu mereka menahan ego kekesalan masing-masing. Kini, mereka kembali meneruskan pendakiannya. Winata berpindah pada formasi di belakang Hengky. Langkahnya terasa sangat berat, nyeri di tumit kakinya semakin menjadi-jadi. Winata berjalan dengan menyeret kakinya tak tahan.
Yayan berjalan di belakang Tirta dengan tak bersemangat. Rasa lelah dan keanehan yang tidak berlogika membuatnya semakin malas berbicara. Tiba-tiba, dari samping semilir angin menyambar telinganya, suara sedu sedan yang agak terputus-putus terdengar terasa dekat sekali.
Uhh...(napas terputus) hiks...
hikss...hikss...hiks...
hikss..uhh...(napas terputus) hiks..."Eh?" Yayan terhenyak bergidik, "lo denger nggak, Jun? tanya Yayan bergetar, tanpa sadar tangannya sudah meramas lengan Arjuna sangat kuat. "Abaiin aja!" jawab Arjuna enteng seraya memupuk tangan Yayan. Hati Yayan bergetar ngeri, "Lo beneran dengerkan, Jun?" Yayan memastikan sekali lagi dengan perasaan gelisah. Hatinya semakin tak karuan, suara tangisan itu terdengar semakin dalam dan terisak. "Jangan peduliin sama sekali, Yan! dia cuma jahil!" Arjuna memberi tahu. "Udah, lo harus tenang. Gue ada di belakang lo, pokoknya aman!" Yayan menarik napas melepaskan cengkramannya lalu mengelola rasa cemas.
Mereka terus melanjutkan perjalanan dengan suasana yang semakin tidak nyaman. Winata, Hengky dan Yayan berdiam bingung. Perasaan-perasaan buruk terus menyelimuti mereka, perasaanya kian bercampur aduk. Kuncoro sebagai leader dalam perjalanan ini merasa bersalah, karena kejadian-kejadian tidak masuk akal teman-temannya harus merasakan kelelahan. Perjalanan yang terus berputar membuatnya putus asa. Kuncoro memperhatikan petanya sekali lagi dengan cermat.
Kuncoro lemas. Kakinya berkeluk tidak tahan. Jalur yang mereka lewati sejak tadi tidak tergambar di peta. Ternyata benar, selain firasat Tirta, perkataan Arjuna mengenai 'Hanya ingin membuat mereka lelah.' membuat Kuncoro menyadari, bahwa; entah makhluk ghaib ingin mengerjai mereka atau tidak suka, perjalanan yang terasa panjang ini seperti di permainkan. Perjalanan mereka tidak sesuai dengan yang peta arahkan. Saat dicermati kembali, menurut peta, jalan yang mereka lewati adalah jalan buntu. Pikir Kuncoro, melangkah kemana mereka sejauh ini. Kuncoro menahan dirinya ingin menangis, tidak mungkin jika ia mengatak ini kepada yang lain. Dengan penuh harap semoga tidak terjadi apapun dengan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 DAYS | WAYV - HOROR
HorrorBayangan prajurit memegang bambu runcing dan lenggok wanita menari dengan selendang diiringi lantunan bonang mengalun lembut. Bayangan-bayangan itu mengepung dan mengelilingi tenda dimalam yang mencekam.