TERKIKIK

225 16 1
                                    

SEPERTI BIASA AKU AKAN ULANG SATU PARAGRAF BIAR INGET YA GUYS (づ ̄ 3 ̄)づ

Mendengar pernyataan dari penjaga toilet, jantung Hengky berdegup tidak beraturan, aliran darahnya maknyesss merinding disko. Hengky terdiam, tanpa bertanya apapun, ia langsung pergi begitu saja. Hengky berjalan pelan meneggang kembali ketempat makan. Di pertengahan jalannya, ia berpapasan dengan Winata dan melewatinya begitu saja. Winata menengok ke arahnya dan menatapnya sebentar, lalu ia melanjutkan langkahnya.

 Sampai ditempat makan, Hengky duduk mengambil segelas air secara asal dan langsung meneguknya sampai habis. Minuman itu milik Yayan. Yayan terhenti saat hendak ingin melarangnya, sebab wajah Hengky terlihat pucat dan menjadi tidak banyak tingkah.

Melihat gelagat Hengky yang aneh, Yayan menyenggol lengannya dan menanyakan kondisinya. Hengky hanya menggelengkan kepala dan mengakatakan Magh-nya kambuh akibat telat makan. Kuncoro yang mendengar, langsung menawarkan obat Magh yang telah disiapkan untuk berjaga-jaga.

"Jun, obat-obatan yang gue simpen di daypack lo, pindahin ke slingbag biar gampang kalo butuh" kata Kuncoro pada Arjuna

Mmmm. Respon Arjuna singkat

"Terus?" Kuncoro greget "Terus apa?" Arjuna bingung, "Ya obatnya, lah" jelas Kuncoro

"Tasnya kan di bus" jawab Arjuna. Kuncoro menatapnya, Arjuna langsung berdiri dari tempat duduknya. Yayan yang di depan Arjuna mengayunkan tangannya turun naik memintanya untuk duduk kembali "Gue aja, gue sekalian mau ngambil earpods" kata Yayan. Arjuna melempar senyum dan langsung ngambil tangan Yayan dan menciumnya disetiap sisi berkali-kali "Weh, bau ayam rames tangan gue nanti" Yayan menarik tangannya.

"Kemana lo?" tanya Winata kepada Yayan yang baru kembali dari toilet

"Ngambil obat buat si Hengky" 

"Hoo..." jawab Winata yang sedikit tertawa

"Wah, Hengky lagi sakit Winata malah ketawa" panas Tirta

 "Hahhahaaaa!" Winata kembali tertawa teringat dengan ekspresi Hengky saat mereka berpapasan tadi, "Tadi, gue kan papasan sama Hengky, mukanya caur banget kaya orang abis ketauan nipu"

"Kenapa lo, Heng?" tanya Tirta "kesambet?" lanjut Tirta  sambil tertawa.

Hengky tidak menggubris perkataan Winata dan Tirta, ia lebih penasaran dengan bagaimana situasi toilet, "Toilet masih rame?" Hengky penasaran

"Rame lah. Toilet cuma satu yang bisa, gimana nggak rame anteriannya" Jelas Winata

Hengky menelan ludahnya, tertegun. Benaknya berkata, "Wah, gue di kerjain"

"Satu?" Arjuna mengulang pernyataan Winata

"Lo kalo mau ke toilet mending sekarang aja. Tadi pas gue keluar udah agak sepian" Saran Winata

Tak lama. Yayan kembali membawa daypack milik Arjuna, lalu memberikanya. 

Arjuna membuka saku tas, mengabil obat Magh dan langsung memberikannya pada Hengky. Dengan cepat Hengky menerimanya. Tanpa air, ia langsung mengunyahnya. 

Seketika yang lain seru memperhatikan Hengky yang tidak banyak bicara, membuat mereka semakin ingin meledek karena bisa dikatakan ini kali pertama Hengky menjadi pendiam. Pernah dulu, ia mengalami kecelakaan samapai patah tulang, tapi, tubuhnya masih memiliki banyak kekuatan dan berisik.

Tiga puluh menit sebelum bus berjalan, Tirta mampir ke warung sekitar membeli kopi yang lupa ia bawa.

Setelah dua jam istirahat, bus kembali melanjutkan perjalanan. Para penumpang yang turun diminta bersiap dan segera memasuki bus. Di kursi rumah makan, mereka beranjak dari meja dan langsung menuju bus. Dari belakang, Winata memperhatikan Hengky yang terasa aneh, ia menyelaraskan langkahnya ke samping Hengky dan merangkulnya. Suhu tubuh Hengky sedikit dingin dan tidak biasanya ia tidak mengatakan apapun.

"Heng, lo beneran nggak apa-apa?" tanyanya agak khawatir. Hengky menggelengkan kepalanya pelan, pandangan matanya agak kosong dan gerak langkahnya melambat. 

Winata melepaskan rangkulannya dan berjalan di belakang Hengky. Sekali lagi ia memperhatikannya. Dalam benaknya, Winata langsung terbesit, "Apa ini anak lagi ngerjain gue, ya?" katanya pelan. Merasa tebakkannya benar, Winata mempercepat langkahnya mendahului Hengky dengan maksud mengerjainya balik.

Mereka telah kembali duduk di kursi bus. Kecuali Hengky, tingkahnya tidak bisa dimengerti. Ia berdiri didekat Tirta kemudian menarik tangannya seperti memitanya untuk pindah. Namun, Tirta tidak mengerti maksudnya. Wajah Tirta mengkerut, mulutnya terbuka sedikit membentuk O heran. Hengky melepaskan tangan Tirta dan langsung duduk di pangkuannya sambil bersikap agresif dan genit. Tirta kaget, sontak ia berdiri hingga Hengky terjungkal terhimpit di sela-sela tempat duduk. Pandangannya sinis dan tajam tidak suka menatap Tirta. Winata yang memperhatikannya, melirik Hengky dengan rasa geli.

"Awas...!" usir Tirta sambil membuang wajahnya ke samping. Hengky beranjak melaluinya begitu saja. Tirta kembali duduk, ujung bibirnya menyimpul lalu mengalihkan wajahnya menahan kesal. 

Di kursinya, Kuncoro yang ikut memperhatikan juga menegur Hengky memintanya untuk kembali ke tempat duduknya, "Heng..." katanya mengingatkan.

Lampu bus di matikan, bus melaju. Dengan kecepatan yang masih tidak kira-kira.

Pukul 2.30 Pagi suasana dalam bus sepi. Hampir semua penumpang tertidur. Kalaupun tidak, tidak ada yang mengelurakan suara sama sekali.

"Kopi..." lirih Hengky pelan. Arjuna, di sebelahnya dengan sayup-sayup mengatakan "Tirta, tanya Bang Tirta" katanya 

"Kopi..." ujar Hengky sekali lagi, Arjuna mengerang dan mengetuk kursi belakang Kuncoro, "Hengky minta kopi" katanya berbisik pelan di tengah malam. Kuncoro menengok dan melirik ke Tirta, "Tanya Tirta" ucapnya

"Kopi..."kata Hengky lebih pelan

"Ta, Ta!" Panggil Kuncoro. Tirta yang sedang enak tidur tidak mendengar sama sekali, "Ta! Ta!" Kuncoro diseberang Tirta menyenggol - nyenggol lututnya membangunkan. Dengan sayup-sayup Tirta menjawab "ppaaan" katanya tidak jelas, "kopi... Hengky minta kopi" Kuncoro menyampaikan kemudian melanjutkan tidurnya kembali.

Tirta membalik badannya menyerong dengan sedikit lemas, "Ada nih, tapi serbuk. Elo mau nyeduh pake apaan? Nggak ada air disini" katanya. Hengky hanya diam. Tirta yang menunggu jawaban darinya, akhirnya beralih lalu melanjutkan tidurnya kembali.

Di kursinya, Hengky grasak-grusuk banyak gerak. Arjuna yang di sebelahnya terbangung, "Jangan kebanyakan gerak, gue jadi nggak bisa tidur" Arjuna menahan kesal. Hengky tertawa berbisik dan menghentikan pergerakannya. "Kelakuan lo, Heng. Dini hari kaya gini masih bisa gangguin orang. Nggak ada capeknya" Setengah sadar Arjuna sambil memepetkan badannya ke Yayan. Hengky ikut memepetkan badannya ke Arjuna dan memeluk lengannya. 

Di pojok, Yayan mengerang kesakitan, tangannya mendorong kuat kepala Arjuna menjauh darinya. "Heh, sakit badan gue. Beraaat!" Yayan protes kemudian menyamankan kepalanya menyandar ke jendela.

Arjuna yang setengah pulas, berat menampung badan Hengky. Tak lama, bahu Arjuna terasa kaku, tangannya langsung mendorong badan Hengky yang masih bersandar di bahunya dan melepaskan tangan Hengky yang masih melingkar ditanganya "Be...raaat....!" Arjuna mengeluh.

Bus terus melaju. Pukul 04.40 Pagi, bus mereka sampai di depan basecamp Cemoro Sewu. Mereka turun. Udara dingin menusuk kulit. Tirta menarik kuat sweaternya memeluk dirinya sendiri.

Winata berjingkat-jingkat kecil menahan tubuhnya yang menggigil. "Arrrkkkkkkkk dinging!" katanya gemetar

Yayan berjalan mendekat ke arah Hengky merangkulnya. Rangkulan Yayan membuat Hengky merasa senang, hingga  menarik lengan Yayan mememeluknya dengan erat. Kemudian Hengky menatap Yayan dengan senyum sedikit tertawa. Tubuhnya mulai menyentuh badan Yayan lebih dekat. 

Hengky menjilat bibirnya yang pucat, kemudian memainkan rambutnya. Yayan meliriknya merinding, lalu melepas rangkulan itu dan mendorongnya menjauh.

"Elo dini hari begini waras dikit kek. Nggak ada abisnya gaya lo, bingung gue" Yayan menjauh

Hengky terkikik pelan sambil berjalan dipaling belakang.


2 DAYS | WAYV - HORORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang