•
Three Days Before DivorceBegin!
•
Menunggu. Sara menatap cemas pintu rumahnya. Berharap sosok Alka akan segera muncul.
Tangannya memegang amplop besar berwarna coklat, berisi sesuatu yang akan dia berikan untuk Alka. Sebuah kabar yang bisa dikatakan sangat buruk.
Sara terus menanti, mengabaikan dapurnya yang masih berantakan, atau bagaimana keadaan tubuhnya sendiri. Dia hanya ingin bertemu Alka dan berbagi keluh-kesah. Jika Alka mendengarnya, dia akan sedikit lebih lega kemungkinan besar. Suaminya adalah tempat bersandar paling nyaman milik Sara.
Tangannya terus bergerak, tidak nyaman. Keadaan Sara tidak bisa dikatakan baik-baik saja sekarang. Dia sangat berantakan, dengan wajah lelah dan juga kantung mata. Sara merasa hidupnya sudah hancur berantakan. Hanya Alka tumpuannya sekarang.
Menggosokkan kedua telapak tangan, Sara merasa tubuhnya sedikit menggigil. Matanya melirik sekilas pada pintu yang perlahan terbuka. Senyuman merekah, Sara berdiri cepat saat mendapati Alka telah datang.
"Al!" Berlari cepat, memeluk tubuh suaminya dengan erat. Kertas yang sempat dibawanya tadi telah terjatuh. "Aku merindukanmu," bisiknya. Alka pergi bekerja keluar kota untuk seminggu ini, membuat Sara merasa kesepian di rumah.
Sara melepaskan pelukan mereka, masih dengan wajah manisnya. "Aku tidak masak. Aku sama sekali tidak bisa berpikir jernih karena hari ini kau akan pulang. Jadi, bagaimana kalau kita makan di luar? Aku akan bersiap, tunggu sebentar saja, okay?" Sara terlalu antusias sekarang. Dia melupakan semua kecemasannya dengan cepat. Sara benar, semua rasa lelahnya bisa hilang hanya dengan keberadaan Alka.
"Sara."
"Sebentar, Al. Aku akan bersiap dulu, okay?" ucapnya, berniat untuk berlari ke kamar agar Alka tidak bosan menunggu.
"Sara, tunggu." Alka menahan lengan Sara, mendesah pelan.
Sara menoleh cepat, mengerjapkan mata bulatnya dua kali. Menatap Alka yang kini menunduk cukup dalam. Menunggu kalimat yang akan keluar dari bibir tipis suaminya itu. "Ada apa?" tanyanya, tidak terlalu sabar.
Alka melepaskan lengan Sara, menatap setelah mendesah dengan suara yang cukup berat. "Ayo bercerai."
Sara tersentak, mengambil dua langkah ke belakang. "A-apa?"
"Ayo bercerai," ulang Alka. Tidak ada keraguan di sana. "Aku tidak bisa mempertahankan hubungan kita lagi. Cepat atau lambat, aku membutuhkan keturunan. Jadi, ayo kita bercerai!"
"Al ...," lirih Sara. "Kau pasti kelelahan. Bagaimana kalau istirahat sebentar? Aku akan menyiapkan air hangat untukmu mandi." Sara tergagap, menjilat cepat bibir bawahnya. "Maaf karena membuat rumah berantakan. Aku hanya tidak bisa berpikir jernih hari ini. Aku ... aku ...." Sara terduduk, kakinya terlalu lemas dan dia tidak menemukan kata yang tepat untuk melanjutkan kalimatnya.
Sara tahu, cepat atau lambat hubungan mereka memang akan berakhir seperti ini. Tidak akan ada akhir yang menyenangkan untuk mereka. Entah itu karena bosan, atau masalah keturunan. Mereka akan mengakhiri pernikahan tersebut.
Tapi, Sara tidak pernah siap untuk berpisah. Dia tidak pernah menyiapkan hatinya untuk akhir menyakitkan seperti ini.
"Mari bercerai, Sara!" Sara mendongak, matanya telah basah oleh air mata. Meski terlihat buram, dia bahkan bisa menggambarkan bagaimana tegasnya rahang yang Alka miliki. Mereka duduk berhadapan sekarang.
"Apa aku melakukan kesalahan? Apa kau tidak mencintaiku lagi?"
"Aku ingin bercerai denganmu, karena sampai kapan pun, kau tidak akan pernah bisa memberikan keturunan."
Jahat. Kalimat Alka jelas menusuk hati Sara. Sara sesenggukan, bukan salahnya jika dia tidak bisa mengandung. Bukankah Alka sudah tahu dari awal pernikahan mereka? Terlalu menyakitkan. Tapi, betapa bodohnya Sara karena berpikir itu adalah kesalahannya.
Mengumpulkan semua sisa hatinya, Sara berucap dengan terbata. "Ti-ga hari."
"Apa?"
"Beri aku tiga hari. Hanya tiga hari. Berikan semua waktumu untukku," ulang Sara, memperjelas keinginannya.
"Baiklah. Hanya tiga hari."
Sara menahan dirinya sekuat tenaga agar tidak kembali menangis. Melirik amplop coklat yang berada di bawah meja, tergeletak begitu saja.
Tiga hari. Sara hanya membutuhkan tiga hari untuk menikmati waktunya bersama Alka. Dia tidak akan meminta lebih.
•
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Days Before Divorce •√
FanfictionSaat pernikahannya berada di ujung tanduk, Sara tidak meminta banyak hal pada Alka, suaminya. Dia hanya meminta tiga hari milik sang suami untuk mengingat kembali setiap momen manis kehidupan rumah tangga mereka selama ini.