outro

750 44 4
                                    

Tidak ada banyak hal yang bisa Sara lakukan. Dia serupa tawanan yang terkunci dalam gelimang harta sekarang. Sara menatap sisi kanan dan kiri kamar dengan jenuh, seperti burung dalam sangkar.

"Sialan kau Alka!" mengumpat tanpa memikirkan rasa cintanya selama ini. Lagi pula, siapa yang mau peduli? Sara hanya ingin mengeluarkan semua kekesalannya sekarang. Dia bukan pencuri yang akan membahayakan pemilik rumah, jadi kurang tepat rasanya jika Alka mengunci Sara di dalam kamar. Kamar yang sudah dipenuhi banyak makanan.

"Dia pikir aku babi apa?" dengkusnya, menampilkan wajah menyeramkan seperti psikopat mendapat mangsa. Sara marah dengan Alka dan perlakuan gilanya, bahkan tidak ada ponsel yang bisa Sara gunakan untuk menghubungi dunia luar. Malang sekali nasibnya sekarang.

Seperti guling menggelinding, Sara bergerak abstrak, membiarkan tubuhnya mendapatkan relaksasi otot dengan cara paling tidak elegan. "Ya Tuhan! Aku nyaris jatuh," keluhnya saat berada tepat di ujung ranjang. Sara mengalami sedikit kegilaan karena rasa kesepian yang mendadak hadir di relung hati.

"Melankolis," gumamnya, mengatakan apa yang tengah terjadi. Sara tertawa sendiri, memikirkan apa yang tengah Alka siapkan untuk hari terakhir mereka bersama. Alka menguncinya di kamar dan berjanji akan membukakan setelah semua siap. Sara sendiri tidak merasa harus melakukan persiapan berarti, karena dirinya bukanlah seorang gadis yang akan mendapat lamaran paling indah di dunia ini. Tidak, jika dulu mungkin bisa diumpamakan seperti itu. Gaya norak yang Alka suguhkan masih melekat di kepala dengan apik, tapi sekarang keadannya sudah berubah. Sara bukan lagi tokoh utama dalam kisah cinta yang menyenangkan. Dia hanyalah seonggok daging yang akan melakukan perjalanan jauh setelah berstatus sebagai janda.

"Janda," kekehnya. Apa hatinya sekarang mulai membeku? Tapi, sebuah kemustahilan merubah hati manusia hanya dalam waktu tiga hari. Sara hanya mencoba menutupi semua luka dengan berperan sebagai manusia batu. Keras, tak terkendali.

Jika Alka bisa membuangnya, maka Sara bisa menjadi debu yang terbang sesuka hati. Lagi pula, siapa Alka hingga berani membuat Sara mengalami semua mimpi paling buruk? Sara beranjak dari ranjang, selayaknya menapak awan, langkahnya menjadi begitu ringan.

Sara menatap amplop coklat di dalam laci, menariknya keluar tanpa perasaan bimbang yang menggerogoti hati sejak berminggu-minggu yang lalu. Laporan investigasi pelaku pemerkosaan dirinya sebelas tahun yang lalu. Waktu bahkan berlalu dengan sangat cepat, seperti kilat yang melesat tanpa mempertimbangkan keadaan orang-orang sekitar. Tetap melaju dengan tenang, walau di sekitar ada suara berisik menyesakkan. Sara terduduk, membuka dan membacanya sekali lagi. Dia bukan orang bodoh, bahkan jika dirinya merasakan segala kasih sayang Alka selama ini, dia tahu bahwa sang suamilah pelaku utama yang selama ini keluarganya cari. Tepat berada di depan mata, menyilaukan, hingga orang-orang terlena dan lupa.

"Aku tidak bisa membencimu setelah semua ini. Mari kita lupakan saja, Alka. Kita berpisah atas keinginanmu," gumamnya, memasukkan lagi kertas tadi ke tempat semula.

Sara hanya ingin Alka tahu, masa lalu buruk mereka tidak akan menjadi penghalang untuk merasakan kebahagiaan di hari yang akan datang. Sekeras apa pun menolak, kenyataannya, Alka 'lah orang yang menarik Sara dari kegelapan. Untuk satu alasan, Sara mungkin merasa kecewa. Tapi, dia ingat. Alka dalam keadaan mabuk hari itu. Orang yang melakukan tindakan bejat padanya bahkan tidak menyadari apa yang ia lakukan, tapi sekeras mungkin berusaha memperbaiki kesalahan dan menjadikan Sara manusia paling berharga di hatinya.

Mendengar semua permintaan maaf Alka terkadang membuat Sara merasa mual, dia bahkan ingin sekali saja menampar pipi tirus dengan parutan sempurnanya. Tapi, Sara tidak bisa. Sebagai gantinya, hanya ada ciuman dan ciuman. Meyakinkan dirinya sendiri, semua akan baik-baik saja, dan Sara hanya akan merasakan semua kasih sayang Alka, melupakan masa lalu mereka yang sangat buruk itu.

Three Days Before Divorce •√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang