09

448 46 4
                                    

Malam itu sangat sepi, sekitar pukul 23.45 malam. Semua orang kelihatannya sudah tidur, buktinya semua pintu dan jendela terkunci rapat. Sunyi tanpa suara, begitupun malam, tak ada angin, ataupun suara apapun kecuali suara gemercik hujan dan  orang - orang suruhan Axell yang tengah berpatroli di tengah derasnya hujan.

Hujan diluar sana semakin deras. Petir beberapa kali menyambar, membuat langit terlihat terang selama beberapa detik. Zoya tidak dapat duduk diam. Perasaan cemasnya terasa semakin besar, dan ia tidak berhenti mondar-mandir di depan perapian.

"Kau kenapa?" Tanya Eric yang menatapnya tenang.

"KENAPA??" Perempuan itu balik bertanya dengan nada kesal.

"Bisa - bisanya kau sesantai ini, jika Axell tau kau disini. Bukan hanya kau yang akan dia bunuh, akupun pasti dihabisinya!" Zoya menggigit jari telunjuknya sendiri sambil terus mondar - mandir.

Eric bangkit kemudian menghampiri perempuan yang sedang dilanda perasaan gelisah dan ketakutan itu.

"Kalau begitu, biar aku pergi!"

"Kemana?"

"Menemui bajingan itu."

"Hah..gila! Kau menyerahkan diri?"

Eric terkekeh, "aku tidak bisa terus bersembunyi, dia menyekap anak buahku. Aku tidak bisa tinggal diam" Ucap pria itu.

"Tt-tapi.. Bagaimana kalau,"

" Kalau apa? Kau takut sesuatu yang buruk terjadi padaku?" Eric semakin mendekatkan tubuhnya ke hadapan perempuan itu.

"Kau mengkhawatirkanku?"

"Tidak!" Jawab Zoya susah payah meneguk salivanya. Ia gugup karena wajah pria itu kini tepat dihadapannya.

"Jangan - jangan, kau masih mencintaiku?" Senyum smrik pria itu membuat pipi Zoya merona.

Bugg..

"Argghh.." Eric mengelus perutnya yang baru saja kena tinju kecil dari cinta pertamanya itu.

Tok...tok...tok...

"Pemeriksaan!" Seru seseorang diluar sana

"Gawat!" Zoya terpekik ketakutan.

"Tenang saja, aku akan mengikuti mereka tanpa perlawanan."

"Jangan, Axell akan menyiksaku habis - habisan kalau tau aku menyembunyikanmu disini!"

"Kalau sampai dia berani menyentuhmu, aku akan membunuhnya!" Ucapan Eric tak main - main.

"Pikirkan dirimu dulu, kau saja kini bersembunyi darinya. Malah sok - sok an mau membunuhnya!"

"Sialan,benar juga" Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Tokk...tok...tok...

Suara ketukan itu makin lama makin keras, dan mulai berubah menjadi gedoran tak beraturan.

Ceklek,

Zoya membuka pintu.

"Kenapa lama sekali?" Ucap si pria berbadan besar.

"Aku sedang di kamar mandi tadi," Zoya berusaha menyembunyikan rasa gugup dan ketakutannya.

"Apa kau melihat ada orang asing sekitar rumahmu?"

"Tidak"

"Boleh kuperiksa rumahmu?"

"Kalau aku menolak, memangnya kau akan pergi begitu saja?"

Stockholm Syndrome || Taehyung × Rose || Mature 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang