11

12 5 0
                                    

Selamat membaca okeyy!
*
*
*
*
*
"Ternyata Gadis yang selalu terlihat bahagia itu menyimpan Banyak sekali luka di dalam hatinya. Maka oleh karena itu izinkan aku untuk membahagiakannya Tuhan, Ku mohon..."

_Marsha Argatha_

10. Sheilana

*****

"Makasih ya wehh udah nganterin" Ucap Sheila pada temannya.

Rika pun tersenyum biasa. "Sama-sama, kapan-kapan kita main bareng lagi ya Shei...Main sama Lo itu Vibes nya kayak lebih seru gitu" Jawabnya dengan senang.

"Iya benar juga tuh" Kata Vani yang kebetulan juga ikut mengantar Sheila pulang ke rumahnya.

Kedua teman Sheila itu pun pergi meninggalkannya di depan rumahnya. Tanpa mereka sadari wajah Sheila langsung berubah, Raut wajahnya kini merasa takut setiap dia masuk ke dalam rumahnya.

Entahlah, Semenjak hari dimana Saudari kembarnya meninggal hidupnya menjadi berubah 360°. Namun dia harus tetap bertahan di dunia yang kejam ini.

"Lo kuat Shei...Ayok, Lo pasti bisa" Ucap nya memberikan semangat pada dirinya sendiri. Sheila pun mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

Tidak lupa Saat hendak masuk ke dalam rumahnya Sheila memasang dulu Masker, Karena dia sudah tau jika kedua orang tuanya sangat tidak menyukai wajahnya ini.

Perasaannya mulai was-was, Dia tau apa yang akan terjadi padanya.

Plak!

Sebuah tamparan kasar telah mendarat di pipi seorang cewek yang baru saja menginjakkan kakinya ke rumah.

"KAMU DARI MANA AJA HAH?!JAM SEGINI BARU PULANG?!" Bentak seorang lelaki paruh baya itu.

Sheila dengan cepat menutup kedua matanya dan menutup kedua telinganya karena saking takutnya sampai badan nya gemetar.

Sialan, bukannya sambutan yang dia terima saat baru memasuki rumahnya, Malah sebuah tamparan dan ocehan yang kasar.

Dulunya dia mengira semakin dewasa akan semakin menyenangkan, namun apa Sekarang dia baru mengetahui bahwa ternyata dunia Dewasa semenyakitkan itu ya?.

Ketika semua orang menganggap bahwa keluarga adalah tempat ternyaman untuk pulang, tidak peduli dalam keadaan apapun itu. Tapi tidak dengan dirinya, Sheila selalu ingin pergi dari rumahnya itu, Hanya untuk sekedar menenangkan diri Walau hanya sesaat.

Karena menurutnya bahagia itu tidak perlu rumah berbentuk keluarga saja, Bahkan Teman pun bisa menjadi rumah ternyaman baginya untuk pulang.

Tentu saja Sheila mendengar semua bentakan itu, Dia saat ini sedang memegang pipinya yang merah dan terasa panas akibat dari tamparan yang di berikan oleh ayahnya tadi.

Tapi ia sangat menyadari bahwa ini semua adalah salahnya sendiri karena pulang terlambat dan sudah larut malam.

Sewaktu tadi siang saat istirahat di kantin Sheila dan kedua temannya berencana untuk pergi ke cafe. Ah, jika tahu akan seperti ini harusnya dia tidak usah pergi tadi.

MARSHA ARGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang