Siapa yang kalah?

56 19 4
                                        


"Lo beneran nantangin gue?" Merasa tertantang Demian dengan cepat menggores lengan kanan Zea kasar. Namun kepergian Aksa dan teman-temannya membuat emosinya semakin naik.

Zea menatap nanar kepergian Aksa hingga kedua matanya membulat melihat langkah Aksa yang berhenti kemudian berbalik. Apa Aksa berubah pikiran dan akan menyelamatkannya?

"Lo mau bunuh dia? Gue kasih saran perkosa dulu biar lo dapet enaknya juga," ucapan Aksa itu sukses meloloskan air mata Zea. Bukan karena perih di lengannya, namun mengapa kalimat kasar itu harus keluar dari mulut Aksa sebelum lelaki itu kembali membalikkan badannya. Aksa.... Lelaki itu!

"Sa lo gila?" Tanya Raja tak menyangka. "Lo bakal tau bentar lagi," ucap Aksa seraya menatap lurus ke depan.

"Ini semua gara-gara lo!" Ucap Zea dingin. "Dasar lo bitch! Rencana gue gagal!" Demian melayangkan pisau ke arah pipi Zea.

"Lo terlalu ngeremehin gue!" Zea menangkap pisau di tangan Demian dengan tangan kirinya, menggenggamnya erat, membiarkan cairan berwarna merah itu menetes.

Melihat keterkejutan Demian, gadis itu menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan diri. Dengan sigap Zea memelintir tangan Demian kemudian menendang selangkangan Demian. "Demian goblok!"

"Good girl," ucap Aksa lirih, senyum lelaki itu terbit kala mendengar suara pekikan Demian.

"Aksa!"

Greb.

Tubuh Aksa membeku, udara malam kali ini terasa menyesakan baginya. Bahkan suara sorakan yang berasal dari teman-temannya tak lagi dia hiraukan. "Aksa..." Lirih gadis itu lagi, mengeratkan dekapan di tubuh. "Lo ngapain?" Tanya Aksa seraya menunduk menatap tangan mungil yang melingkar di tubuh. "Biarin gini Sa, gue kangen sama lo."

"Ze awas!" Suara teriakan Raja reflek membuat Aksa mendongak, seolah mengerti sinyal bahaya. Lelaki menoleh lalu dengan sigap menarik Zea ke dalam pelukannya. Jangan salahkan Zea jika setelah ini gadis itu terbawa suasana. Bukan Zea kalau tidak bawa perasaan. Gadis itu membuka matanya yang sempat tertutup. Yang pertama dia lihat adalah wajah Aksa dengan mata tertutup menahan rasa sakit akibat balok kayu yang menghantam kepalanya.

Siapa lagi jika bukan ulah Demian? Raja dan teman-teman yang lain merasa tak terima hingga mereka maju melawan Demian dan teman-temannya. Dan terjadilah keributan.

Zea benar-benar tidak peduli dengan suara ramai itu, gadis itu enggan melepaskan pelukannya. Entah pikiran itu muncul darimana, gadis berambut panjang itu sudah memiringkan kepalanya kemudian mengecup singkat bibir Aksa.

⏳⏳⏳

Pukul 6 pagi.

Suara detak jam mengisi keheningan ruangan bernuansa hitam, sinar matahari yang mulai menampakkan dirinya, masuk malu-malu melalui cela tirai yang terpasang di dalam kamar. Bersama burung-burung yang mulai berkicau, gadis berbulu mata lentik itu mulai membuka matanya. Hal pertama yang dia rasa adalah bau maskulin yang menyeruak di indra penciumannya. Ini kamar Aksa.

Zea tersenyum. ""Lo gak bakal berhasil, Sa," ucap Zea penuh kemenangan menatap tangan kirinya yang sudah berbalut perban.

Ceklek.

Senyum Zea merekah menyambut kedatangan Aksa. "Morning Aksa!" Teriak Zea kala Aksa memasuki kamarnya. "Lo kalah, Sa!"

"Pergi lo!" Ucap Aksa dengan nada datar. "Pergi? Gak! Gue lagi istirahat." Zea menarik selimutnya hingga menutupi dadanya.

ZeaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang