"Cha pelan-pelan!" Pinta Zea karena Icha, temannya itu menarik lengannya terburu-buru. Icha membawa Zea menuju lapangan basket indoor, di mana kelas XII IPA 1 tengah memakai lapangan untuk jam olahraga.
"Astaga Icha!" Zea menggelengkan menatap kelakuan temannya itu, bahkan bukan hanya sekali gadis itu menabrak orang di depannya. "Ih Zea ayo mumpung kelas kita free," ucap Icha dengan langkah tergesa.
Brakk.
Icha membuka pintu dengan keras. Suara dentuman pintu pada tembok begitu menggema mengisi keheningan, menandakan ruangan yang kosong. "Loh.. kok sepi?" Tanya Icha sendu sekaligus heran, dia yakin kalau beberapa saat yang lalu, Icha melihat postingan salah satu siswi IPA 1 dan latarnya adalah lapangan basket ini. Siswi itu memposting foto Jean dan beberapa teman yang lain tengah bermain basket.
"Lo nyari siapa sih?" Tanya Zea heran. "Tadi Sasha anak IPA 1 mosting foto kak Jean sama temen-temenya lagi basket di sini," ucap Icha.
"Salah liat kali, udah beberapa hari yang lalu," ucap Zea.
"Gak! Gue yakin 100%, beberapa menit yang lalu!" Kekeh Icha.
"Ya terus kalo emang beneran, ngapain Lo ngajak gue ke sini? Kalo ketawan terus keintrogasi sama guru gimana?" Zea berkacak pinggang, tak habis pikir dengan temannya itu. "Ya karena gue tau Sasha gak bakal mosting kalo ada gurunya!"
Iya juga ya...
"Udah ah ayo pergi!" Zea berbalik, menarik tangan Icha hendak membawa gadis itu pergi, namun pergerakannya terhenti ketika melihat sosok yang dia kenali tengah berada di ambang pintu masuk.
Aksa.. apa yang laki-laki itu lakukan di sini?
Icha memalingkan wajahnya, takut menatap Aksa. Dia sama terkejutnya seperti Zea, namun dia tak seberani Zea meski hanya menatap. "Ngapain lo di sini?" Tanya Aksa dingin. "Hah? A-Bukan urusan lo!" ucap Zea menajamkan tatapannya, dia teringat kejadian kemarin saat ibunya marah karena kedekatan keduanya. Aksa melangkah maju berhenti tepat di depan Zea. "Ngapain si lo?" Tanya Zea kesal jantungnya sudah berdisko di dalam.
"Kenapa?" Aksa mengangkat tangannya menyingkirkan poni yang menghalangi kening Zea. "Apa sih lo?" Zea mendengus kesal. "Dr Lo kenapa kok gue baru liat?" Icha baru membuka suaranya ketika matanya menangkap lebam di kening bagian kanan Zea. Terlihat jelas dari warna merah keabuan itu menandakan kening Zea terbentur lumayan keras. Tapi kenapa Icha baru menyadarinya? Kenapa harus Aksa dulu yang sadar? Mengapa bukan dia? Teman macam apa sih dia?
"Apa sih orang gue ga kenapa-napa!" Zea berusaha menutup keningnya kembali dengan poninya.
"Ngapain kalian di sini?" Suara berat itu mengalun dari arah belakang Zea dan Icha. Sukses membuat Icha menghentikan perkataannya. Keduanya reflek menoleh.
"Kak Jean?" Mata Zea membelalak, begitupun Icha, gadis itu menggenggam jari milik Zea cepat. Mata Zea beralih menatap gadis di samping Jean. Apa yang mereka lakukan?
"Kalian ngapain di sini?" Jean mengulangi pertanyaannya.
"Gue nyariin Lo, Icha nemenin gue," jawab Zea cepat. Dia bisa melihat tatapan tidak suka yang berasal dari gadis di sebelah Jean.
"Ada apa?" Jean menaikkan satu alisnya.
"Emang gue gak boleh nyariin lo?" Tanya Zea seraya berjalan mendekati Jean. Dia ingin membuat gadis itu bertambah kesal. Awas saja!
"Itu siapa?" Zea menatap gadis itu intens.
Bagaimana dia tidak kesal? Jean datang dengan gadis itu BERDUA! Apalagi kondisi Jean yang tengah memakai baju basket dengan keringatnya yang menguasai tubuhnya. Dan gadis itu? Pakaian ketat dengan rok yang begitu pendek ditambah kancing paling atas gadis itu terbuka. Apa yang telah mereka lakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Zeaksa
Teen Fiction-Kita lihat siapa yang bakal kalah- Zea -Lo pikir ini pertarungan? Kenapa harus ada yang kalah?- Aksa -Lo sendiri yang mulai, Sa!-Zea -Artinya.. gue yang harus nyelesaiin?- Aksa ⏳⏳⏳ "Lo kenapa si, Sa. Bisa sebenci ini sama gue?" -Zea "Mungkin kalo L...