4. Berkah / kutukan ?

457 48 0
                                    

Tahun-tahun berlalu. Surai merah Yoriichi telah memutih begitu pula dengan tubuhnya yang tak lagi bugar. Ia sudah jarang menampakkan dirinya untuk berburu iblis seperti dulu walau batinnya masih berharap agar ia bisa bertemu kakaknya yang telah berubah menjadi iblis.

Yoriichi memang menua tapi tidak dengan putri semata wayangnya, Ichiita. Bahkan orang-orang sering mengira bila Ichiita masih remaja. Untuk menghindari gosip yang tidak-tidak, terpaksa ia dan putrinya hidup berpindah-pindah setiap 10 tahun sekali.

Ichiita bahkan belum menikah meski banyak yang melamarnya. Itu karena ia takut, takut bila apa yang dipikirkannya adalah kenyataan bahwa Ichiita mungkin terjebak dalam usia remajanya.

Yoriichi sempat membawa putri semata wayangnya ini ke Tamayo, sekedar memastikan bila tidak ada sesuatu yang salah pada putrinya. Ia sempat berpikiran negatif bila putrinya itu berubah menjadi iblis tapi melihat Ichiita baik-baik saja di bawah sinar matahari membuatnya lega.

Tapi bagaimana jika putrinya adalah iblis yang bisa menaklukkan matahari ?

Untung saja dia bisa tenang dan menepiskan pemikiran itu setelah mendapat konfirmasi dari Tamayo bila putrinya masih manusia normal. Hanya saja sel-sel yang ada dalam darah Ichiita seolah membeku dan mungkin itulah yang menjadikan putrinya terlihat seperti remaja meski usianya sudah kepala empat.

Tamayo juga menyebutkan bahwa komposisi darah Ichiita unik juga bau yang menggoda melebihi bau darah seorang marechi. Hal inilah yang membuat Yoriichi khawatir kala melepaskan putrinya untuk memburu iblis setiap malam.

Ngomong-ngomong soal pemburu iblis, Ichiita hanya menjadi pemburu bayangan. Katanya sih malas kalau harus bergabung menjadi kisatsutai resmi.

Apalagi mendapat misi yang telah ditentukan dan selalu diawasi dengan gagak kasugai yang terkenal pintar dan menyebalkan.

Yoriichi hanya memakluminya dan tidak pernah menuntut karena dia tahu putrinya adalah jiwa yang bebas dan tidak ingin terikat apalagi mengurusi hal-hal yang merepotkan.

Ichiita POV

Aku masih ingat dengan jelas saat ayah memberitahuku tentang korps kisatsutai yang bertugas memburu iblis yang meresahkan bagi masyarakat. Kuakui tujuan mereka mulia.

Namun, alasan korps ini dibentuk juga karena Muzan yang masih anggota keluarga dari Ubuyashiki malah menjadi iblis dan memaki-maki dewa atas kesehatannya yang buruk.

Pada akhirnya seluruh keturunan Ubuyashiki terutama laki-laki dalam keluarga itu dikutuk hanya karena perbuatan Muzan.

Ayah sempat bertanya apa aku berminat untuk menjadi kisatsutai resmi di bawah naungan korps.

Bukan tanpa alasan, dia bilang karena aku punya potensi. Aku juga tahu kalau setiap kali berburu pasti ada satu atau dua ekor gagak kasugai yang mengawasi.

Awalnya kubiarkan. Toh, gagak itu tak tahu siapa identitasku bahkan wajahku saja tidak karena aku selalu memakai topeng rubah. Di kalangan pemburu iblis aku hanya dikenal sebagai kitsune. Julukan klise karena topeng fullface yang kupakai.

Lama-lama aku jadi kesal sendiri dengan gagak yang mengawasiku jadi setiap membunuh iblis, gagak kasugai itu juga kubunuh.

Aku cukup lega karena setelahnya tak diawasi oleh gagak lagi sekitar sebulan, mungkin takut bila populasi gagak kasugai agak terancam olehku.

Selesai dengan gagak, sepertinya bos yang mereka panggil Oyakata-sama itu akhirnya mengirim hashira untuk menangkapku.

Wah, rasanya seperti menjadi seorang buronan yang kabur karena tak mau diadili. Padahal aku hanya malas dan tak mau terikat di bawah naungan apapun.

Tsugikuni Daughter ( Kimetsu No Yaiba x OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang