EPISODE 4 - HALLOWEEN

1.2K 104 12
                                    

Yang ini pakai hati, nggak?"
Pertanyaan dari Alma yang saat ini sedang berperan ganda sebagai seorang editor yang tengah mengedit naskah, sekaligus menjadi telinga untuk mendengarkan cerita penuh semangatku itu membuatku mencebikkan bibir. Padahal, kali ini aku benar-benar menunjukkan kesungguhan dalam menceritakan Catherine yang berhasil mencuri perhatianku semalaman.
Setelah bertemu dengan cewek itu beberapa hari yang lalu, entah mengapa aku sering kali melakukan tindakan-tindakan di luar kendali otak. Seperti contohnya semalam, aku sama sekali tidak dapat tidur dan berjam-jam hanya melihat profil Instagram milik Catherine, mempertimbangkan apakah aku harus mengikuti akun itu terlebih dahulu, atau membiarkan hari kemarin berlalu begitu saja tanpa adanya lagi tegur sapa. Namun, hatiku menolak untuk itu. Dia menggerakkan diriku untuk menepis ego dan mulai menekan tombol mengikuti di laman profilnya, memulai percakapan dengan basa-basi meminta penerimaan pertemanan untuk kami saling mengikuti.
"Yang ini beneran pakai, kok," kataku sungguh-sungguh.
"Beberapa cewek sebelumnya pun lo bilang hal yang sama, Kak." Cewek berhijab itu terlihat menghentikan gerakan tangannya yang sedari tadi mengetik di papan ketik laptopnya lalu mengalihkan pandangannya ke arahku. "Make sure lo nggak main-main mulu sama perasaan orang."
Sepertinya, Alma sudah masuk ke dalam jajaran orang-orang yang lelah menjadi saksi gagalnya hubungan asmaraku. Pertanyaan menggunakan hati untuk cewek yang sedang kudekati memang sering kali cewek itu lontarkan. Itu adalah permintaanku kepadanya untuk menyadarkanku agar tidak melewati batas. Seandainya memang setelah pertanyaan itu terlontar dan aku berpikir berulang kali untuk menjawabnya dengan tidak, Alma tidak ragu untuk memberikan pukulan keras ke punggungku, memberikan teguran untukku agar berhati-hati terhadap karma. Dia selalu memosisikan diri menjadi cewek di ceritaku dan memberi tahu kondisi mereka dari sudut pandang cewek. Maklum, dia adalah korban patah hati dari cintanya yang dua tahun terjalin terpaksa kandas karena tidak dihargai. Maka dari itu, dia memperjuangkan perasaan cewek lain selayaknya berada di medan perang. Si perasa itu selalu membantu cowok-cowok yang penuh logika untuk melihat situasi dalam dua sudut pandang.
Namun, sumpah demi apa pun, aku sama sekali tidak berniat untuk mempermainkan ataupun menyakiti hati cewek mana pun. Jika saja memang cewek yang kutemui dapat mengisi kekosongan satu sama lain, hubungan itu akan kuyakini dapat bertahan lama.
Kuhirup napas panjang lalu menghelanya kemudian, melepas pulpen dan kertas serta beberapa kerjaan yang berserakan di atas meja itu lalu berpikir secara matang. Apakah Catherine adalah cewek yang hadir di hatiku dengan perasaan sesaat, atau... ada sesuatu yang berbeda dan memiliki potensi untuk membuatku jatuh cinta secara benar. Bayangan senyuman manisnya, lalu suaranya yang terdengar seperti anak kecil, dan binar mata yang terlihat semangat itu menyalurkan energi positif di dalam hatiku. Kemudian, aku mengangguk mantap untuk membalas praduga dari Alma. "Iya, gue nggak akan main-main sama dia."
"So, catch her. Sampai gue dengar lo nyakitin dia, awas aja!"
Aku tidak pernah ragu untuk kagum dengan Alma atas women support women yang dirinya salurkan. Tenang, Ma, gue bakal buktiin kalau gue benar-benar tulus dan fokus cuma satu cewek, yaitu ke Catherine. Cukup ke dia.
***
Catherine berhasil merebut fokusku. Hadirnya benar-benar mendominasi seluruh pikiranku. Mau sesibuk apa pun pekerjaan yang sedang kulakukan, mau selama apa pun live streaming yang kusiarkan untuk berbicara kepada para penggemar yang sedang menonton, hariku selalu berakhir memikirkan cewek itu. Padahal, cewek itu terlihat open mengenai diriku. Akan tetapi, aku merasa jika untuk mendapatkannya saja seakan menyalakan tombol tantangan di dalam sebuah permainan.
"Belum ada seminggu, tapi gue udah kangen banget sama dia! Gila, efek itu cewek nggak main-main di hidup gue," kataku sembari menatap ponsel yang kini layarnya tengah memperlihatkan fotoku bersama Catherine di Sushi Tei kemarin. Tanganku mengelus pelan di bagian Catherine, berharap jika hadirnya benar-benar nyata dan ada di sini, saat ini.
Tapi setelahnya, aku mengacak-acak rambut frustrasi. Aku masih saja bertindak aneh semenjak perpisahan terakhir dengan cewek itu. Beruntung, saat ini para bos besar di kantor sedang pergi ke luar untuk bertemu dengan pihak percetakan dan aku telah menyelesaikan pembuatan script untuk diunggah di media sosial Penerbit Sepakat. Jika saja mereka masih berada di sini dan melihatku seperti mayat hidup yang tampak ogah-ogahan menjalani hari, dapat kupastikan jika mereka akan memarahiku habis-habisan.

Bekerja di industri penerbitan memang terlihat santai dan menyenangkan. Beberapa pengikutku di media sosial pun berkata jika mereka sangat iri dan menginginkan pekerjaan yang saat ini kutekuni. Tidak sepenuhnya salah memang, tetapi untukku yang sama sekali tidak memiliki basic di bidang ini, aku benar-benar perlu belajar lebih dari siapa pun. Aku perlu belajar untuk fokus dalam membaca cerita, aku perlu belajar untuk menulis rangkaian script konten yang tepat dan baik, dan masih banyak lagi hal-hal baru yang masih terasa asing di sini. Beruntungnya aku memiliki teman-teman yang membantu dan saling support di sini, yang membuatku terdorong untuk belajar dan mengevaluasi diri dari kesalahan.
Sebelum aku merekam video promosi untuk salah satu novel yang telah kutulis skenarionya, aku sengaja membuka aplikasi Instagram terlebih dahulu. Tidak tahu mengapa, seperti ada dorongan saja memang. Pada awalnya pun, tidak ada sesuatu yang menarik perhatian. Namun, ketika aku me-refresh kembali beranda dan menemukan bahwa akun milik Catherine baru saja mengunggah sebuah snapgram, tanpa pikir panjang aku pun membuka stories miliknya.
(Banner pamflet Halloween, tulisannya can't wait for tonight!)
Saat itu pula, tubuhku langsung menyalurkan segala energi baik dan membuat punggungku tegak sempurna. Bagaimana bisa Catherine juga akan hadir di acara itu? Seolah takdir memang mengabulkan permintaanku untuk kembali bertemu dengannya. Melihat itu, aku langsung menghubungi Ovy dan Gab untuk menemaniku mencari setelah terbaik yang akan kukenakan di acara Halloween tersebut.

Me
Oi
Gue jadi ikut ke acaranya
Tiket keep buat gue satu, ya!
GILA
Gue nggak sabar buat hari ini

Ovy
?
Lo nggak sesemangat ini kemarin
Kenapa tiba-tiba?

Me
Baru ada moodnya
Intinya gitu
Kostum John Snow yang kemarin udah fiting bawa ye
Gue bakal pakai itu
Bye!

Rasa malas dan juga segala energi negatifku pun mendadak hilang dan kini berganti menjadi kebahagiaan. Mengunjungi acara tersebut bukan lagi hanya untuk mengisi energiku dengan menonton Weird Genius. Ada seseorang yang lebih berharga untuk kutemui dibandingkan grup musik EDM tersebut.
"Apa gue balas aja, ya, story-nya?" kataku yang masih menatap unggahan terbaru dari akun milik Catherine dalam waktu yang cukup lama. Namun, aku langsung menepis perasaan ragu di dalam diriku. Lagi pula, apa yang lo harapkan dari pertemuan singkat kemarin, Ger? Ayo, bersikap biasa dan coba chat dia sebagai seorang teman aja! Gimana lo bisa dapatin hatinya kalau buat jadi teman aja lo susah buat memulai?

Me
Replied the stories
Lo dateng juga ke acara ini?

Tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan jawaban dari cewek itu. Terima kasih kepada lingkaran hijau yang menandakan bahwa cewek itu masih online. Jika saja aku menerima balasan pesan dari Catherine cukup lama, sepertinya aku sudah segera menghapusnya.

Catherine Zoya
IYA!

Me
Wow, kebetulan banget
See u di venue, yaa

Catherine Zoya
Okeee, gue seneng banget ada temen nantinya
Soalnya Caily nggak bisa datang huhu

Me
Ohiya kah?
Ya udah, nanti bareng gue aja
Boleh minta WA lo? Takutnya di sana susah sinyal kalau harus buka IG

Catherine Zoya
Ofc! Ini, ya: 0819-xxx-xxx
Nanti gue kabarin kalau gue udah sampai
See yaa!

Pesan yang berakhir itu kubiarkan dalam mode telah dibaca karena aku dengan cepat menyalin nomor yang dikirimkan oleh Catherine dan segera menyimpannya. Kemudian, dengan energi yang masih maksimal, aku pun menyegerakan untuk menuntaskan pekerjaan yang tersisa lalu bersiap diri bertemu dengan the girl who can stole my attention, Catherine Zoya.

GAVRIELL "Tell the old you, I'm back"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang