EPISODE 4 - HALLOWEEN (PART 2)

742 62 6
                                    



Kakiku melangkah menuju tempat yang saat ini mendominasi terangnya malam di event Halloween yang berlangsung di daerah Pantai Indah Kapuk. Lampu sorot berwarna merah, kuning, biru, dan putih bergantian mengarah ke seluruh penjuru area panggung yang telah didesain sebaik mungkin untuk menyesuaikan tema yang ada. Patung-patung seperti kelelawar, labu berwajah menyeramkan, dan beberapa permen terpajang menghiasi indahnya malam saat ini. Ada pula satu patung mumi besar yang tidak sengaja kujumpai dan hampir membuat seluruh bulu kudukku berdiri saking terkejutnya.
Aku berjalan beriringan bersama Gab dan Ovy untuk meninggalkan lapangan parkiran dan masuk lebih dalam lagi menuju panggung. Sebagai pengunjung dengan tiket VIP yang sudah melingkari pergelangan tangan kami bertiga, kami pun diarahkan menggunakan akses cepat untuk menuju dekat panggung.

"Makan dulu, nggak?" tanya Gab saat aku dan Ovy sudah bersiap mengikuti arahan tersebut.
Saking antusiasnya, aku sampai melupakan getaran lapar di perut yang sudah meronta-ronta minta diisi. Aku pun menyutujui saran dari Gab untuk berputar balik mengarah ke pusat makanan yang tersedia di acara. Posisinya lumayan jauh dari tempat sebelumnya kami berdiri yang membuat kami harus berjalan lebih lama untuk sampai tujuan. Tidak apa, setidaknya waktu yang habis untuk berjalan itu kugunakan untuk memuji kostum yang orang-orang kenakan. Ada yang berperan sebagai Voldemort dalam film Harry Potter sampai menambal bagian hidungnya dengan riasan agar terlihat sama, ada pula yang berperan sebagai Valak di film The Nun yang terlihat begitu menyeramkan, dan ide kreatif lainnya yang mereka salurkan sebagai bentuk effort untuk memeriahkan acara.
Namun, di antara banyaknya kostum yang menarik perhatian, gaun koboi perempuan berwarna merah dengan topi dan riasan seperti cakaran itu memenangkan fokusku. Di antara ratusan manusia yang berada di dalam acara, entah mengapa dia tampak begitu bersinar dan membuat sangat mudah untuk ditemukan? Mungkin memang benar jika kinerja seluruh sarafku kini hanya berpusat pada cewek itu saja. Seperti saat ini misalnya, senyum di wajahku melebar bersamaan dengan langkah kakiku yang terus berjalan menghampirinya.

"Cath! Udah lama?" sapaku sembari duduk di sampingnya. Beruntung kursi yang disediakan adalah sebuah kursi kayu panjang yang memudahkanku untuk mendekatkan diri ke arahnya.
Catherine tersenyum menyambut kehadiranku. Matanya mengarah pula ke dua manusia yang dengan tidak tahu dirinya kutinggal begitu saja di belakang.
"Gue sama Gab di meja sebelah, ya, Ger."
Kalimat dari Ovy membuatku semakin mengembangkan senyuman. Dua temanku sepertinya paham situasi karena memberikan ruang untukku dan Catherine waktu berdua.

"Anyway, udah lama?" tanyaku setelah meja itu hanya berisi aku dan Catherine saja. Pertanyaan itu hanya sebuah umpan basa-basi meski aku tahu bahwa cewek itu sudah menghabiskan waktu cukup lama di sini. Terlihat dari dua gelas yang isinya sudah tandas serta sepiring spageti yang tersisa sedikit berada di atas meja.

"Lumayan, sih, udah beberapa lagu juga. Cuma karena nggak ada teman, gue ke sini deh," jelasnya, memutar garpu untuk melilit sisa spageti yang ada untuk dihabiskan seluruhnya ke dalam mulut cewek itu.

"Udah mau pulang berarti?"
Catherine tampak menaikkan kedua bahunya. "Lihat situasi aja, sih. Kenapa?"
"Kalau masih ada waktu, temenin gue sampai Weird Genius tampil, boleh? Soalnya tujuan gue datang ke sini buat nonton mereka aja, sih." Dan ketemu lo, lanjutku dalam hati.
Karena tidak keberatan dengan permintaanku, cewek itu pun mengangguk setuju.
Wajahnya yang tenang dan masih terlihat cantik meski ada riasan berupa goresan cakar di hadapan gue ini memacu kembali detak jantung yang tidak biasa. Ritmenya begitu cepat sampai rasanya ingin pecah saking tergila-gilanya. "Cath, kostum lo."
Kalimatku yang terdengar menggantung itu membuat Catherine langsung meraih cermin di tasnya dan melihat ke seluruh tubuhnya. "Kenapa? Jelek, ya?" katanya, terlihat gelisah.
Aku menggeleng cepat. Buru-buru meluruskan kalimat yang sebenarnya ingin kusampaikan. "No. Justru you look so gorgeous. Whatever clothes you wear, it looks beautiful to me."

GAVRIELL "Tell the old you, I'm back"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang