Part 5 Pertemuan di Parkiran

1 1 0
                                    

Setelah bergelud dengan codingan dan penjelasan dosen yang bak masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri akhirnya Alphard menjejakkan kakinya menuju parkiran kampus, langkahnya mantap dan penuh keyakinan. Bersama temannya, Nino, mereka berjalan menuju motor masing-masing yang terparkir di sudut parkiran. Sinar matahari senja menyinari langit, menciptakan warna jingga yang indah di sekeliling mereka.

Sementara itu banyak adik tingkat mereka yang sedang menjalankan tugas meminta tanda tangan dan melobi para kating agar diberikan tanda tangan.

“Alphard! Hari ini lo gak jualan risol?” Alphard memandang ke arah teman sekelasnya tersebut dengan tatapan tajam. Bisa-bisanya temannya itu masih bertanya hal yang serupa setelah dirinya kemarin memelintir kepala pria tersebut. Tampaknya apa yang telah ia lakukan kemarin tetap saja tidak memberikan efek jera kepada Nino.

Nino hanya memberikan senyuman jenakanya kepada Alphard setelah berhasil membuat pria itu kesal dan berakhir mendapatkan tatapan mengerikan tersebut dari seorang Alphard. Sebut saja dia terlalu berani menantang maut.

“Patah dulu leher lo baru kayaknya lo diam.” Ya anak Danus identik dengan risol sehingga selalu saja ia menjadi sasaran bullyan teman-temannya.

“Waduh takut gue. Gak ada niatan jualan risol nih? Mumpung lagi rame keknya laris manis.” Deru napas Alphard semakin terdengar dan kali ini Nino mungkin tidak akan berakhir dengan selamat. Sudah berapa kali dia mengingatkan pria tersebut akan tetapi ia hanya dianggap candaan.
Alphard sudah bersiap untuk mengeluarkan tinjunya akan tetapi kembali ia simpan kepalan tangan tersebut ketika beberapa dari adik tingkat mereka datang menghampiri untuk meminta tanda tangan.

“Bang boleh kenalan?” tanya salah satu dari mereka yang mencoba untuk sesopan mungkin.

Nino yang berada di samping mereka pun menganggukkan kepalanya karena tidak mungkin dia menolak adik tingkatnya dan menyusahkan para maba tersebut. Salah satu dari mereka tampak sangat familiar di mata Alphard. Akan tetapi dia tidak ikut berkenalan dan meminta tanda tangan dan hanya menunggu teman-temannya.

“Woy Olivia, lo udah sama mereka?” tanya Vira teman sekelompoknya. Tak lama Alan dan Anggara pun datang dan turut untuk meminta tanda tangan dengan Alphard dan Nino.

“Lo udah sama Abang itu?” Pertanyaan yang sama saja diajukan oleh Vira. Akan tetapi Olivia tetap menjawabnya sambil menatap ke arah Alphard.

“Sudah.” Akan tetapi mata Olivia seolah-olah tak bisa digerakkan dari wajah pria itu yang sedang melemparkan senyum ke arah dirinya tersebut.
Ada apa dengannya? Kenapa perasaan aneh ini muncul lagi?

“Oh. Gue belum.”

“Yaudah minta sana.” Olivia pun akhirnya bisa mengalihkan pandangannya walaupun jantungnya berdetak sangat kencang kala melakukan hal tersebut. Ia memutuskan untuk pergi dari sini karena hawanya yang menurutnya sangat tidak nyaman dan bisa saja membuatnya bisa gila jika berlama-lama di sini.

“Olivia.” Sayang sekali, akan tetapi apa yang ia rencanakan memang tidak semulus itu dan dirinya harus rela menahan perasaan yang penuh ketakutan ketika namanya dipanggil.

“Ya Bang?”

“Gimana udah dapat banyak?”

Olivia menatap ke arah buku tanda tangan tersebut seraya menggelengkan kepalanya.

“Belum banyak Bang.”

“Sama Bang Nino ini sudah?” tanya Alphard seraya menyipitkan matanya ke arah pria tersebut.

“Sudah Bang.”

“Noh sudah. Lo selalu aja souzzon sama gue.”

Alphard menarik napas panjang dan mencoba untuk tidak menghiraukan Nino.

“Coba minta tanda tangan abang itu, dia kepala dinas Advokasi.”

“Beneran Bang?” tanya Olivia dengan semangat seolah-olah telah menemukan berlian yang sangat berharga.

“Iya.”

“Oke makasih Bang!”

Olivia tersenyum dengan sangat sumringah dan perasaanya menjadi sangat senang. Dia sendiri pun tidak tahu dengan perasaannya. Akan tetapi bukan itu yang sekarang ia pikirkan, tapi bagaimana caranya ya untuk mendapatkan tanda tangan kepala dinas advokasi tersebut. Karena memang dia sangat membutuhkan tanda tangan dari inti.

Akan tetapi teriakan," JAMAL! JAMAL!!" dari kating yang memperingatkan jam malam harus membuatnya menutup keinginannya.

Alphard yang melihat hal tersebut hanya terkekeh.

_____

Olivia menatap wajahnya yang ada di dalam cermin. Ia menghela napas beberapa kali dan menundukkan kepalanya. Ia memang sangat insecuran akan tetapi ia berusaha untuk menyembunyikan perasaan tidak percaya dirinya tersebut.

Ada satu hal yang membuatnya paling tidak mengerti, yakni adalah kenapa setiap kali ia melihat kakak tingkatnya yang bernama Alphard dirinya selalu saja merasa salah paham dan ia tidak bisa menyembunyikan perasaan gugupnya. Di novel-novel yang seperti biasanya ia tulis itu adalah pertanda cinta akan tetapi ia tidak percaya ketika telah merasakannya sendiri. Olivia terus menolaknya karena ia tidak ingin berhubungan dengan cinta-cintaan. Dia adalah salah satu orang yang menghindari kisah percintaan dalam hidupnya.

“Gak, gak mungkin gue suka sama Bang Alphard, gila kali gue kalau misalnya suka sama Abang Alphard,” ucap Olivia seolah-olah tengah memberikan obat penenang kepada dirinya yang kali ini amat galau.

Ia berusaha untuk meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang normal. Akan tetapi Alphard adalah satu-satunya kakak tingkat yang selalu menyapa dirinya dikala ia tidak pernah diperlakukan seperti itu. Ia sangat ramah dan friendly.

Justru pemikiran Olivia tentang Alphard rupanya berbeda jauh saat pertama kali ia melihat pria itu. Ia pikir laki-laki tersebut sangat mengerikan ketika ia memberikan tatapan berbeda kepada dirinya dulu. Akan tetapi sekarang dia sangat ramah dan cukup baik hingga membuat Olivia memberikan sedikit perhatian kepada laki-laki itu.

Namun sama seperti hari pertama kali ia melihat mata laki-laki itu, ia masih merasakan hal yang sama bahwasanya seperti ada hal yang tengah disembunyikan oleh laki-laki itu. Mungkin orang lain tidak akan pernah menyadarinya akan tetapi dirinya yang sedikit sensitif bisa merasakannya.

“Apa yang harus gue lakuin? Gue sendiri gak mungkin membiarkan perasaan gugup kayak gini terus-terusan. Gak, gak mungkin gue suka sama bang Alphard.” Kali ini Olivia benar-benar sangat frustasi kepada dirinya sendiri dan bahkan sampai memukul-mukul kepalanya untuk menyadarkan pemikiran-pemikiran aneh yang timbul di kepalanya.

Olivia memandang wajahnya sekali lagi ke arah cermin akan tetapi wajahnya langsung berubah menjadi bad mood dan langsung pergi ke arah kasurnya dan menutup wajahnya menggunakan selimut. Ia benar-benar sangat galau saat ini akan tetapi itu hanya terjadi beberapa menit sebelum akhirnya handphonenya berbunyi notif yang sangat banyak.

Olivia mengambil ponselnya dan menatap dari grup kelompoknya yang mengajak untuk latihan. Olivia pun menghembuskan napas dengan sedikit kesal karena begitu banyak kegiatan. “Demi apapun gua baru aja sampai, masa iya latihan malam-malam kayak gini.”

Dirinya sedikit protes akan tetapi mau bagaimana lagi. Dalam satu minggu lagi puncak acara tersebut akan dilaksanakan dan kelompoknya belum menyiapkan apa-apa. Oleh karena itu mereka harus ekstra untuk melaksanakan latihan agar bisa menjadi kelompok terbaik.”

Ting
Ting
Ting
Ting

“IYA! IYA! INI GUE PERGI LATIHAN!!!!!!!”

________

TBC

Antara Kuliah dan KatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang