Esok harinya, mereka bangun pagi untuk bersiap berangkat ke sekolah. Setelah selesai bersiap mereka langsung menuju kesana.
Jarak antara panti dan sekolah tidak terlalu jauh, jadi bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Awalnya keadaan baik-baik saja, selama Halilintar dan Solar berjalan, mereka mengobrol, bercanda hingga sampai di depan gerbang sekolah.
Namun, keadaan berubah ketika keduanya mulai menginjak koridor kelas lain. Murid-murid yang berada di sekitarnya langsung menatap sinis bahkan membicarakan mereka. Tidak, lebih tepatnya hanya Solar.
Sama sekali tidak ada satupun pujian yang mereka lontarkan, semua pembicaraan hanya hinaan untuk Solar. Tentangnya kemarin menghajar Halilintar.
Solar tak kuat mendengarnya, telinganya berdenging kencang hingga membuat telinganya kesakitan. Solar langsung berlari meninggalkan mereka semua, sampai-sampai ia menabrak murid lain.
Ia berlari dan terus berlari, tanpa memperdulikan siapapun, termasuk Halilintar yang sedang mengejarnya.
Ia benar-benar tak tahan, kala anak-anak lain membicarakan hal buruk tentangnya, bahkan menghinanya dengan menyebut dirinya gila.
Ia memang benar melakukannya, tapi itu bukan atas dasar keinginannya. Tapi, ia juga tak bisa membela dirinya, karena ia memang salah. Sebab itu ia memilih untuk meninggalkan mereka.
Ia sudah sampai di tempat tujuannya, di lantai paling atas sekolah. Lalu terdengar langkah kaki cepat dibelakangnya, dan itu adalah Halilintar.
Tak mungkin ada murid lain di sini, karena sebenarnya tepat ini dilarang di masuki. Karena tak memiliki batas pelindung di pinggirnya.
Solar berjalan menepi, itu terlihat sangat seram dan menakutkan. Tangan yang tadinya menempel pada telinganya, mulai ia turunkan.
"Hei ... Apa yang akan kau lakukan? Aku di sini ... " Pikiran Halilintar mulai liar, pikiran-pikiran negatif mulai menjalar. Ia takut kalau imajinasinya menjadi kenyataan.
"Pergilah Halilintar. Mari akhiri khayalan bodoh ini."
"Apa maksudmu?!"
"Cukup ... ! Seharusnya aku lebih awal mengerti ... "
"Solar ... "
"Aku terlalu sial untuk beruntung memiliki saudara kembar sepertimu. Yang dikatakan orang ... Kalau aku gila ... Itu memang benar.
Selama ini aku sendiri, setelah ayah dan ibu pergi. Kemudian aku menciptakanmu ... Karakter khayalan ... Agar aku memiliki teman ... "
Solar diam sejenak, ia menatap pemandangan dari atas sini, dengan banyak air mata.
"Ayo akhiri semua ini, dan berhenti berharap kalau nasib sial ini akan berubah!"
Selamat tinggal, semesta yang indah. Terima kasih sudah menampungku, walaupun tidak ada yang mau menerimaku. Ayah dan ibu terima kasih, sudah melahirkan ku, meski pada akhirnya kalian meninggalkaku.
Maaf, aku tidak bisa menjalani semuanya sendiri.
Aku melompat dari gedung paling tinggi di atas sekolah, yang tingginya kira-kira dua puluh lima meter. Sekilas aku melihat murid-murid di bawah begitu aku teriak tadi, mereka panik saat tau kalau aku mau melompat.
Ternyata pemandangan sekitar begitu badanku jatuh terbalik masih tetap indah. Tenang saja, pemandangan ini tidak akan berubah hanya karena aku tidak ada.
Dunia juga pasti baik-baik saja tanpaku, aku tak memiliki siapapun, jadi takkan ada yang bersedih. Semuanya tidak akan berakhir jika aku tak mengakhirinya.
Aku Solar, kisahku sama seperti yang diceritakan sebelumnya. Hanya saja, aku tak memiliki saudara kembar. Halilintar hanya imajinasiku.
Aku mengidap gangguan narsistik dan ... Skizofrenia. Yaitu tak bisa membedakan khayalan dan kenyataan. Hal itu yang membuatku dijauhi, dicap sebagai orang gila. Yang suka berbicara, tertawa dan bersedih sendiri, karena menganggap Halilintar benar-benar ada.
Setiap aku ingin berteman, mereka langsung menghinaku dengan menyebutku orang gila. Bahkan, aku juga dibully oleh mereka.
Kini aku bisa bebas, walaupun dicap sebagai pengecut oleh semesta. Aku menderita dengan semua gangguan ini, aku tak punya tempat berpulang, dan bercerita ... Selain Halilintar ...
Aku memang pernah disapa dan diperlakukan seperti teman oleh beberapa murid, tapi tujuan mereka hanya untuk mempermalukanku. Sekaligus, Gempa, Taufan dan Blaze, hanya penasaran dengan Halilintar.
Kepalaku menghantam benda keras, hingga membuat tengkorak ku pecah. Aku mendengar beberapa teriakan histeris sebelum jantungku berhenti berdetak.
Akhirnya, aku takkan merasakan gangguan-gangguan sialan ini, aku takkan mendengar hinaan mereka, dan aku tidak akan dibully lagi oleh mereka.
Aku bebas!
Aku tidak menyesalinya, karena semua yang ada di dunia ini, Ephemeral, tidak kekal.
Aku lahir penuh kasih sayang, dan pulang dengan luka mendalam, karena kasih sayang mereka ... Tidak akan bertahan.
Tamat.
Berharap apa? Toh juga banyak yg sider
Bosen bahagiain MC, sudah saatnya menyiksa MC:v
KAMU SEDANG MEMBACA
S̶k̶i̶z̶o̶f̶r̶e̶n̶i̶a̶ ::: 𝙴𝚙𝚑𝚎𝚖𝚎𝚛𝚊𝚕 (Tamat)
FanfictionHayo, sider ... 🤨 BoBoiBoy fanfiction! Cerita pendek. ══════ •『 ♡ 』• ══════ "Kau akan membuat orang-orang datang kemari, nanti ..." "Peduli apa aku? Biarkan orang lain melihat selemah apa kau! Kau hanyalah pecundang bodoh yang ingin terlihat pinta...