🌸🌸🌸
"Jun, makan siang yuk, lo ngapain sih dari kemaren kayak sibuk banget?" ujar Gina sambil terheran mendapati Arjuna menjadi sosok yang tiba-tiba berbeda.
Efek ejekan Nadine di rooftop benar-benar memengaruhinya. Kekesalan Arjuna masih membuncah di hatinya. Langkahnya lebih mantap menuju kantor, dan dia memutuskan untuk membuktikan kemampuannya kepada Nadine dan semua orang di perusahaan.
Arjuna memulai hari dengan membaca ulang tugasnya. Laporan yang sebelumnya dikerjakan oleh Elang dan Gina. Meskipun sebenarnya dia tidak begitu tertarik dengan pekerjaan ini, namun kali ini Arjuna bertekad membuktikan bahwa dia bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa.
"Duluan aja kalian, gue masih ngerjain ini."
Tak hanya Gina yang heran, kepala Elang juga ikut melongok ke arah komputer Arjuna, "Presentasi nanti siang di handle Mas Dewa Jun, santai aja."
Tidak. Dia tetap tidak bisa bersantai meskipun Dewa yang mengambil alih. Dia yakin Nadine tak akan berhenti mencecarnya sebelum Arjuna menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Melihat Arjuna yang tak kunjung berdiri, Elang akhirnya menyeret Gina. "Ke kantin sama gue aja deh, kelaperan kita kalau nungguin dia."
Gina sebenarnya malas berdua bersama Elang, tapi menunggu Arjuna juga tampaknya tak memungkinkan.
"Dia kenapa tiba-tiba giat gitu sih? Apa karena teguran Bu Nadine kemarin?"
"Bisa jadi," sahut Elang.
Jam demi jam berlalu, kubikel Arjuna terlihat seperti lumbung ide yang penuh dengan catatan dan sketsa. Arjuna bekerja tanpa henti, mengatur konsep, dan merancang desain. Dia menyadari bahwa tugas ini bukan hanya tentang membuktikan kemampuannya, tapi juga menunjukkan bahwa dia bisa tampil lebih profesional daripada yang Nadine bayangkan.
Saat tim Package Design Spesialist memasuki ruang rapat, lagi-lagi Nadine Sasmitha sudah lebih dulu tiba. Dewa memberi salam sebelum membuka presentasi, tapi perkataannya terjeda kala Nadine mengangkat tangan.
"Bisa Arjuna saja yang menjelaskan? Karena tempo hari dia, akan lebih berkesinambungan jika dia yang presentasi juga kali ini."
Elang dan Gina kompak melotot, tapi Arjuna malah menyeringai senang. Dia sudah menduga hal ini dan mempersiapkan diri. Jadi presentasi yang meluncur dari bibirnya juga mengalir lancar.
"Bagaimana kita dapat memastikan bahwa desain ini akan tetap relevan dalam jangka waktu yang panjang?" tanya Nadine usai Arjuna mempresentasikan desain.
Jika Arjuna tak mempersiapkan diri sebelumnya, dia pasti akan gelagapan ditanyai demikian, tapi karena dia sudah belajar penuh bersama Dewa sebelumnya, Arjuna dengan mudah menjelaskan.
"Desain kemasan ini telah diintegrasikan dengan baik dalam strategi pemasaran. Keduanya saling melengkapi untuk membangun citra produk yang kuat. Kami telah mempertimbangkan elemen-elemen klasik yang bersifat timeless, serta fleksibilitas dalam penggunaan warna dan elemen desain untuk menyesuaikan dengan tren masa depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetheart's Sweets
ChickLitNadine tidak menyukai makanan manis, dia benci warna pink, dan berpacaran dengan pria lebih muda adalah mimpi buruk baginya. *** Kehadiran Arjuna yang penuh warna mengacak-acak hidup Nadine. Pria pecinta manis yang lebih muda tujuh tahun darinya itu...