-Aku suka hujan, karena hujan adalah simbol harapan-
Apakah jika kita sering tertawa tanda hidup ini baik-baik saja? Apakah jika setiap malam selalu menangis, kita adalah orang yang lemah? Berkeluh kesah di media sosial itu perkara yang lebay? Nyata...
"Jika ketenangan hanya aku dapatkan dalam mimpi, maka aku rela untuk tidur selamanya."
~~~
Raina membuka perlahan pintu rumah agar tak menimbulkan suara berisik.
Selalu sepi, mungkin yang lain sudah tidur. Ia pergi ke kamarnya. Tak mau berlama-lama Raina memutuskan untuk mandi, setelah selesai ia keluar dari kamar mandi. Raina membuka lilitan handuk di kepalanya, membiarkan rambut indahnya menjuntai ke bawah. Ia mengambil hair drayer di dalam laci dan mulai mengeringkan rambutnya.
Raina memperhatikan robekan kecil di samping bibirnya akibat tamparan sang ibu, sesekali meringis karna rasanya masih sedikit perih dan sakit.
"Alkana, kenapa gue tiba-tiba kepikiran sama cowok itu sih." Tiba-tiba pikirannya kembali teringan kepada sosok laki-laki yang tadi kenalan dengan dirinya.
"Gue kaya pernah liat mata coklat itu, tapi dimana ya?" tanya Raina pada dirinya sendiri.
Tak mau memikirkan hal yang tidak penting, Raina meletakkan kembali hair drayer itu kedalam laci. Gadis itu melangkah ke arah kasur dan merebahkan dirinya. Badan Raina terasa sangat pegal sekali, resto tempatnya bekerja hari sangat ramai pengunjung jadi dia harus extra bekerja.
Raina mengambil bingkai foto di atas meja samping kasur, ia menatap foto itu dalam. Kenangan di dalam foto itu tidak akan pernah terulang kembali karna semuanya sudah berubah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ta, bahkan gue masih simpen foto ini, lo bilang kita harus seperti ini terus sampai dewasa, tapi kenapa kenyataannya malah terbalik? Ta, gue minta maaf." Raina memeluk erat foto itu, ia memejamkan matanya. Perlahan tapi pasti kini gadis itu sudah terlelap tidur dengan posisi terlentang.
~~~
Seperti biasa, masker duckbill selalu terpasang di wajah Raina di lengkapi dengan kacamata minus milik gadis itu. Raina berjalan sendirian di koridor sekolah.
Tak seperti biasa, hari ini Raina berangkat lebih awal dari biasanya. Bahkan ia tidak sarapan pagi ini, jadi Raina tidak pergi ke kelas melainkan kantin untuk mengisi perutnya yang kosong.
Masih pagi tapi kantin sudah ramai, ternyata banyak sekali murid-murid yang tidak sarapan di rumah mereka. Raina memutuskan untuk memesan batagor untuk sarapannya. Gadis itu duduk di bangku pojok kantin, banyak dari siswa-siswi SMA KUTAI yang memperhatikan dirinya. Mereka berpikir jika Raina terlalu introvert dan terlalu tertutup. Tapi Raina tidak peduli dengan semua itu.
"Pesanannya neng, seperti biasa tidak pakai saos untuk neng Raina," ucap mang tukang batagor itu membuat Raina tersenyum.
"Makasih mang," balas Raina.
Raina menurunkan masker yang digunakan dan mulai memakan pesanannya. Saat ia tengah melahap makanannya dengan enak, tiba-tiba datang gadis dengan ciri khas rambut yang selalu di cepol itu membuat Raina terkejut.