Bukankah rasa sakit lebih baik dihabiskan sekarang dibanding menunggu nanti di masa yang akan mendatang.
-
"Tuhan, jika rasa sakit ini akan terbayar oleh kebahagiaan di masa mendatang. Maka aku rela mendapat rasa sakit itu di masa ini. Setidaknya, hanya kebahagiaan yang akan ku dapat di masa mendatang."
Kalimat yang baru saja terucap oleh salah seorang pria yang mulai menitikkan air matanya, membuat rasa sesak di dadanya semakin terasa. Sakit rasanya jika terus menerus mendapat luka tanpa ada rasa bahagia yang benar-benar murni dari dirinya.
Ia bahkan tidak tahu, apa makna bahagia yang sesungguhnya.
Berbagai cara sudah ia lakukan untuk membuat orang-orang merasa bahagia.
Namun sayangnya, ia justru melupakan dirinya seorang yang hanya terbalut luka.
Rasanya cukup jarang ia membuat dirinya bahagia.
Karena yang ada hanya ia yang terlalu mementingkan orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri.
Entah sengaja atau tidaknya, semesta seolah mempermainkan dirinya.Kisahnya seperti Pluto yang tidak lagi dianggap sebagai planet.
Mengorbit pada matahari, memiliki bentuk bulat karena gravitasi sendiri, membersihkan orbitnya dari benda lain.
Namun sayangnya, Pluto tidak memenuhi kriteria ketiga.
Orbit Pluto memiliki banyak benda lain di sekitarnya.
Dan ini bukan tentang kehilangan, Melainkan tentang seseorang yang tidak bisa memenuhi kriteria orang lain.
. . . .┈─ note : cerita ini aku buat sesuai dengan apa yang aku alami. meski terdapat fiksi di dalam nya, namun 80% pada apa yang terjadi oleh tokoh utama, benar-benar terjadi di kehidupan nyata. dan cerita ini tidak lain dan tidak bukan, aku tulis untuk melampiaskan segala hal yang pernah aku alami akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vincere tecendo
FanfictionHidup di zaman sekarang bukan lagi tentang bagaimana bisa berjuang, namun bagaimana cara untuk bisa bertahan. Bertahan dari macam nya alur yang sulit ditebak, bahkan dari alur hidup yang tidak kita inginkan. "gini banget jadi nasib dijadiin pelaku"...