Seperti biasa, pagi ini Javas kembali menyambut harinya dengan raut wajah yang kusut. Lagipula tidak ada yang spesial juga di setiap harinya.
Sesampainya di kelas, ia justru merasa bingung dengan banyaknya orang yang berkumpul di tempat duduknya.
Ada gerangan apakah ini? Jelas hal itu sungguh menganggu ketenangan nya.
Menyela setiap orang yang menutupi jalannya, ia tidak peduli dengan cibiran-cibiran yang terlempar pada dirinya.
Sesampainya ia di tempat duduknya, dirinya semakin bingung dengan sosok gadis yang kini duduk di samping tempat duduknya. Padahal kemarin-kemarin ia duduk sendirian, namun mengapa kini justru ada seseorang di sampingnya?
Ah, mengganggu ketenangan nya saja.
Memilih untuk duduk tanpa menghiraukan keberadaan gadis tersebut. Dirinya mengira-ngira saja, mungkin gadis itu adalah murid baru. Terlihat dari seragam yang gadis tersebut gunakan berbeda dengan nya. Entah dari sekolah mana ia berada, Javas tidak peduli akan hal tersebut.
Melirik sekitarnya yang kini masih dipenuhi siswi-siswi, dirinya merasa kesal akan hal tersebut.
Menatap sinis kearah mereka, dirinya kemudian berkata, "udah sana, lo pada pergi. Ngapain masih disini? Gak ada kerjaan lo pada selain berisik?"
Mereka yang awalnya berdesakan untuk melihat murid baru itupun mulai membubarkan diri dan menyibukkan diri dengan aktivitas nya masing-masing.
Tentu saja mereka tidak terima dengan apa yang diucapkan Javas. Lagipula siapa dia, menyebalkan sekali bagi mereka.
Merasa situasi sudah kembali seperti semula, Javas mulai merebahkan kepalanya pada tumpukan kedua tangannya. Matanya begitu sulit untuk terbuka, oleh sebabnya ia butuh menutup mata walau sejenak.
Meski demikian, dirinya merasa tidak bebas dikarenakan sosok disampingnya. Ah sudahlah, lagipula siapa sosok gadis itu, dirinya pun tidak ingin tau dan tidak ingin peduli dengan sosok gadis tersebut.
Sedang gadis disampingnya kini hanya menatap bingung, mengapa teman sebangkunya ini terlihat begitu tidak suka dengan kehadiran nya? Apakah ia telah mengganggu ketenangan teman sebangku nya ini? Atau, harus kah ia meminta untuk pindah tempat duduk saja? Namun dengan siapa? Bangku kosong saja hanya ada pada tempat yang kini ia duduki.
Ingin rasanya ia bertanya, namun dirinya terlalu takut untuk sekedar mengeluarkan sepatah kata. Ia takut, jika dirinya justru mengganggu ketenangan sosok disamping nya yang kini tengah tertidur pulas.
Ditengah dirinya yang kini terdiam menatap lelaki yang berada disampingnya, tiba-tiba saja ada yang menghampiri dirinya.
"Eh eh, ada cecan nih.. bagi no hp lah yuk" ujarnya diiringi dengan tawa. Terlihat sekali bahwa sosok ini tengah menggoda nya.
Gadis tersebut tentu saja hanya diam. Bukannya tidak mau menjawab, ia terlalu bingung untuk menghadapi suasana semacam ini.
"Kok diem aja sih? Gak mau bagi nomer hp nya sama cogan kaya gua nih?" Ujar sosok itu kembali, masih dengan kekehan nya.
Jikapun ditanya siapa sosok tersebut, maka tidak lain dan tidak bukan ialah Revan. Entahlah, dirinya begitu gemar mencari mangsa, terlebih jika orang tersebut adalah murid baru.
Aruna masih terdiam, dirinya tidak berani untuk membalas. Dan anehnya, tidak ada satu orang pun yang mau membantu dirinya.
Ah, mungkin hal semacam ini sudah biasa ya? Oleh sebabnya tidak ada yang membantu dirinya.
Tuhan, bisakah situasi semacam ini cepat berlalu? Dirinya benar-benar tidak suka dengan situasi semacam ini.
"Ngapain sih lo, ganggu ketenangan gua banget. Gak usah ganggu dia bego! Kayak ga ada kerjaan banget dah lo," sahut Javas yang benar-benar terganggu dengan suara-suara sialan dari bibir Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vincere tecendo
FanfictionHidup di zaman sekarang bukan lagi tentang bagaimana bisa berjuang, namun bagaimana cara untuk bisa bertahan. Bertahan dari macam nya alur yang sulit ditebak, bahkan dari alur hidup yang tidak kita inginkan. "gini banget jadi nasib dijadiin pelaku"...