Katanya, kehilangan itu menyakitkan. Namun bagi seorang Javas, kehilangan adalah sebuah hal wajar. Lagipula, hal itu termasuk hukum alam. Yang datang, pasti akan pergi. Entah dengan cara baik ataupun sebaliknya.
Dan juga, kehilangan tidak selamanya memiliki arti sebuah hal buruk. Karena jika diteliti, terkadang kehilangan adalah sebuah hal yang justru bermakna baik. Jika tidak percaya, cobalah untuk menemukan makna dibalik kehilangan tersebut.
Jika kita kehilangan sosok yang baik, maka itu artinya akan ada sosok yang lebih baik untuk menggantikan posisi tersebut. Entah kapan akan terjadi, namun sudah pasti. Cobalah ambil dan pikirkan sisi-sisi positif. Jangan terlalu memikirkan hal buruk.
Meski rasanya hal buruk lebih mudah untuk dipikirkan, namun berusahalah untuk mengganti pikiran-pikiran buruk menjadi hal-hal baik yang baik untuk diri sendiri.
Sekalipun Javas memiliki Gavriel sebagai teman nya, tetap saja dirinya perlu membisu jika sudah berada di kelasnya. Dibalik menjadi bisu, dirinya juga mendapat sisi baik dalam dirinya. Diantaranya seperti tidak memiliki pikiran-pikiran berat seperti hari-hari sebelumnya.
Ya.. setidaknya ia cukup berhasil dalam mengendalikan diri dan isi pikiran nya. Meski tidak dari seluruhnya, setidaknya beberapa diantara nya.
Jika dilihat-lihat, dirinya terlalu dikucilkan di kelas yang ia tempati. Bahkan rasanya tidak ada yang peduli? Ah, entahlah.. dirinya tidak ingin terlalu banyak pikiran.
Sekalipun ada, mungkin hanya sekedar bertanya.
"Kenapa diluar?"
"Kenapa sering ke kelas atas?"
"Gak di dalam aja?"
"Ngapain di luar?"
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu, sudah tidak lagi asing dalam pendengaran nya. Bahkan jika dipikir, mengapa pertanyaan nya seperti template saja? Tidak adakah pertanyaan lain yang lebih baik dibanding pertanyaan-pertanyaan diatas? Lagipula Javas rasa, tanpa mereka bertanya, mereka sudah tau pasti apa jawabannya.
Meski demikian, dirinya tetap menjawab pertanyaan itu dengan senyuman. Sekalipun itu adalah sebuah kebohongan, namun dirinya tetap perlu menjawab sedemikian rupa.
Jika dirinya ditanya, "kenapa diluar?"
Maka ia akan menjawab,
"Panas di dalam, mending diluar nyari angin"
Padahal pada sisi lain dari dirinya menjawab, "aku hanya ingin ketenangan, di dalam terlalu berisik untuk ku"
Jika ditanya, "kenapa sering di kelas atas?"
Maka ia akan menjawab,
"Mau main ke temen,"
Sisi lainnya kembali menjawab, "sekalipun tidak banyak yang ku kenal disana, aku justru lebih merasakan kekeluargaan di dalam nya,"
Disela dirinya yang kini tengah menatap kosong kearah jalan di hadapannya, hujan mulai menari-nari di atap-atap kota. Ah, dirinya tidak sadar ternyata sedari tadi awan sudah berwarna gelap. Bahkan dirinya tidak sadar dengan berisiknya gemuruh petir yang terus terdengar di berbagai tempat.
"Pantesan hujan, ternyata semesta sudah mewakilkan apa yang sedang dirasa," batin nya yang kini memilih untuk meminggirkan diri agar tidak terkena hujan.
Bercerita kepada Gavriel mungkin menjadikan dirinya sedikit tenang, namun kini.. pikiran itu kembali lagi menemani setiap detiknya.
Dirinya jadi teringat, ternyata Gavriel bisa kesal juga ketika mendengar ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vincere tecendo
FanfictionHidup di zaman sekarang bukan lagi tentang bagaimana bisa berjuang, namun bagaimana cara untuk bisa bertahan. Bertahan dari macam nya alur yang sulit ditebak, bahkan dari alur hidup yang tidak kita inginkan. "gini banget jadi nasib dijadiin pelaku"...