Hiks hiks hiks
"Nalaa takut hiks hiks" terdengar tangis dari balik bilik kamar.
Seorang anak berusia 5 tahun itu pun menangis dalam ketakutan yang luar biasa, tidak semestinya seusianya mendengarkan hal seperti ini, anak di usia Nala pada umumnya akan menikmati masa bermain bebas tapi tidak dengan Nala yang tidak pernah keluar selain hanya untuk sekolah.
"KANALA CHARLIANA MACHELLA"
"Kamu tinggal sama kaka Nala ,mama sama papa pisah,maaf sayang maaf kalo ini bikin Nala trauma nak" ucap sang ibu .
"Mama.. Aku boleh peluk mama dulu ga buat terakhir kalinya?" Ucap Mora dengan lirih.
"Boleh sayang kenapa engga, Nala sama abang dulu ya sayang" ucap sang ibu lalu mereka berpelukan untuk terakhir kalinya
Hiks hiks hiks
"Abang" ucap gadis kecil dengan terisak.
"ASTAGA NALA KAMU KENAPA SENDIRI? KAMU GAPAPA KAN NALA? " ucap sang abang khawatir.
Nala menceritakan semua yang terjadi di rumahnya tadi. Dengan segala bentakan yang ia dengar selama adegan di rumahnya tadi ia menjadi trauma dengan suara besar dan bising.
"Kamu udah makan Nala? Ayo makan" sang abang berbicara sambil mengusap air mata gadis kecil itu. Nala menggelengkan kepalanya, terlihat jelas bahwa gadis malang itu sedang menerka kejadian yang baru saja ia alami.
Pukul 21.00.....
"Nala,ayo tidur besok kita ke makam kakek sama nenek mau ga? Lama kan udah ga kesana? " tanya sang Abang
"Nala mau" jawabnya..
Pukul 00.00....
Hiks hiks hiks
"Nala kenapa malam malam nangis? "
"Nala hiks takut hiks abang.. " sang kaka sangat terpukul melihat adik perempuan nya seperti ini, sang kaka pun memeluk sang adik guna menenangkannya.
Pukul 06.00..
"Nala ayo bangun , kita ke makam kakek kan" ucap kakak.
"Nala udah siap kak"
"Lucunyaaa , adek siapa sih? adeknya Belva ya ga? "Kata sang kaka sambil mencubit gemas pipi sang adik.
Dann...
"WILIAM ABELVAN MARCELLO"
Seorang remaja pria dengan umur 17 tahun ini tinggal di sebuah appart karena ia benci dengan kedua orang tuanya yang selalu bertengkar, Belva harus berjualan roti setiap paginya disekolahnya agar dapat membiayai kehidupannya beruntung ia pernah diajari membuat kue oleh sang nenek.
"Nala ayo cepet"
"Nala sudah lama engga naik motor sama kaka, ayo kak" ucap Nala sembari mengingat kapan terakhir kali ia di bonceng oleh sang kaka.
Mereka memakan waktu sekitar 15 menit dari appart Belva.
Mereka sampai di tempat dimana 4 tahun lalu tangisan dimana mana bahkan tangisan itu masih terngiang di kepala Belva setiap ia memasuki pemakaman kakek dan neneknya.
Mereka mencari dimana makam kakek dan neneknya."Sini Nala ini makam kakek" kata Belva menuntun Nala untuk mendekati makam sang kakek.
"Papa sama mama emang jahat dari dulu kek, mereka ga puas jahatain aku sampe Nala juga di jahatin mereka bukan orang tua kek, Belva gatau harus gimana sama mama sama papa , Nala di asingkan sama mama ke appart aku kek..." Belva... Memang lah seorang pria namun ia juga tak sanggup jika harus menampung semua pahitnya dunia sendirian.
"Sini Nala ke tempat nenek"
"Belva datang nek.., Belva sama Nala sekarang Nala udah di rusak mentalnya sama mama papa nek, papa mama jahat mereka ga pantas di sebut orang tua, Nala sekarang tinggal sama aku karna di usir mama, mama jahat, jahat! " ucap Belva lalu ia memandang wajah adiknya.
"Nala, kamu jadi alasan abang buat bertahan hidup sekarang, gada siapa siapa sekarang hanya kita berdua" ucap Belva lalu memeluk adiknya.
Kedua saudara itupun berpelukan di tengah makam kakek dan neneknya.
"Ayo kita pulang Nala, kita makan dulu mau ga?"
"Mau bang, Nala lapar"
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut Dengarkan Aku Bercerita
Teen Fictionseorang gadis cantik dengan cobaan hidup yang berat tanpa didampingi oleh kedua orang tuanya dan selalu kehilangan orang ia sayangi, entah apa yang dipikirkan seorang gadis itu hingga masih bertahan hidup sampai saat ini, hingga bertemu lah gadis it...