Takut, aku takut

6 1 0
                                    

13 tahun berlalu, sekarang aku menginjak usia 18 tahun dimana aku harus mulai berjuang sendiri untuk hidup ku.

Ini aku di umur ku sekarang, aku tumbuh dengan mandiri, aku harus kerja dan sekolah dalam posisi yang bersamaan dan kondisi kaka yang sakit dan harus bolak balik rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini aku di umur ku sekarang, aku tumbuh dengan mandiri, aku harus kerja dan sekolah dalam posisi yang bersamaan dan kondisi kaka yang sakit dan harus bolak balik rumah sakit.






Hujan malam hari di sertai dengan hembusan angin yang kencang dan dilengkapi dengan petir yang menggelegar.

Di caffe Dokiecaffe dimana tempat aku berkerja, banyak pelanggan berdatangan.

Aku yang trauma dengan suara keras dan kebisingan bergetar saat petir terus menyambar tidak ada yang bisa membantu ku sekarang.

"Nala, kita udah tutup pulang yuk kamu mau tante anterin sampe appart ga? hujan loh nanti kamu sakit Nala" ucap sang pemilik caffe as tante Diema.

Nala tidak menjawab, air matanya mengalir membasahi wajahnya membuat tante Diema merasa khawatir.

"Kamu kenapa Kanala?"

"S-saya takut petir tante" ucap Kanala dengan lirih.

"Nala... " ucap sang tante, lalu berjalan dan memeluk hangat gadis manis itu.

"Nala, anggap tante kaya mama kamu ya sayang, tante tau cerita kamu sayang anggap tante sebagai orang tua kamu ya" kata wanita itu dengan hangat.

"Makasih tante, aku bakal anggap tante kaya mama aku" balas Nala dengan merapatkan pelukannya pada wanita yang sedang di peluk nya.

"Tante antar pulang ya, kalo sendiri bahaya Kanala kamu punya trauma kan" ucap Daima.








"Makasih tante, kalo gaada tante mungkin aku udah kenapa napa di jalan" ucap Nala

"Kanala, dengarin satu kutipan yang tante kasih ya 'Hidup itu mengajarkan kita buat berusaha karena, usaha tidak akan menghasilkan hasil yang buruk, dan jika kamu mengakhiri dirimu bukan kah semua yang telah kamu perjuangkan sia sia saja' tante mau kamu cerita ke tante apapun masalah kamu tante akan dengarin oke? " ucap wanita itu.

"Iya,...tante" ucap Nala membuat wanita itu memeluk Nala.








"Abang.., aku pulang"

"Iyaaa, sini abang udah masak"

Di tengah makan malam mereka tiba tiba..

"Maaf maaf maaf Nala, abang ga bisa jadi abang yang berguna harusnya abang yang cari nafkah buat kita, ga seharusnya kamu kaya gini Nala, maafin abang gabisa jadi contoh yang baik, kalo aja abang ga kebut kebutan dijalan waktu itu pasti abang bisa cari uang buat kita" kata yang keluar dari mulut Belva membuat Nala  tersenyum tipis.

"Apasih abang ngomong gitu, kita kan sodara kalo abang gabisa cari uang ya aku yang cari, abang mau bantu aku beresin appart sama masak aja aku udah berterimakasih banget, aku gatau hidup aku bakal gimana kalo gaada abang, abang janji ya sama Nala abang ga boleh tinggalin Nala sendirian" ucap Nala lalu mengacungkan jari kelingking nya.

"Janji,abang"
"Janjiii"

Entah terbuat dari apa hati kedua orang tua anak ini hingga dengan tega membiarkan mereka menghadapi kejamnya dunia tanpa di dampingi sosok orang tua.

Nala hanya memiliki Belva sebagai teman dalam kehidupannya, ia tak terbayang jika suatu saat nanti Belva pergi meninggalkan nya sendiri di dunia sebaliknya juga Belva yang sudah merasakan kehilangan sosok 2 pilar kehidupan nya yaitu kakek dan neneknya..

Mereka membersihkan tempat makan  Nala mencuci piring dan Belva menyapu. Mereka membersihkan diri mereka sebelum mereka terlelap dalam mimpi.

Laut Dengarkan Aku BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang