Capítulo 5: cerita masing masing

29 7 2
                                    

Sebuah Bangunan yang cukup ramai diisi oleh orang yang sedang mencari makanan cepat saji.
Tempat dimana Candrakirana mencari uang untuk ia bertahan hidup.

Tinggal tanpa uluran tangan seorang tulang punggung menjadikannya perempuan mandiri di usia muda.

" Laporan keuangan bulan ini bagus."

Perempuan itu membalik balikan halaman dan memperhatikannya dengan teliti.

" Makasih mbak ."
Ucap karyawan yang bernama sari itu sopan.

" Saya yang harusnya berterima kasih. Udah mau kerja sama saya."
Kiran tersenyum ramah kepada sari. Sikap kiran berbanding terbalik saat berada disekolah dan di lestorannya.
Jika di sekolah ia akan bersikap dingin tapi berbeda ditempat ini.

" Saya kagum sama mbak. Di usia mudah udah bisa sukses ."
Puji sari.

" Saya cuma penerus."
Kiran tersenyum simpul

Tokk !!
tokk !!
tokk!!

Kirana mengalihkan pandangannya. Terlihat seorang lelaki yang cukup tinggi membuka pintu

" Emm .. maaf itu didepan ada yang mau ketemu."

" Siapa ?"

" Mas chakra."

Kiran tidak langsung menjawab, ia terlihat tengah berfikir sejenak. Dan pada akhirnya ia mengangguk kemudian beranjak dari duduknya.

....


" Kara menurut lo gue harus beli yang mana ? "

Enzi memandang benda yang ada didepannya tanpa berkedip.

" Gue gak tau spesies macam nih."
Ucap kara menggaruk kepalanya yang tak gatal.

" Kasih saran kek."

Enzi menegakan tubuhnya dengan tangan yang dilipat didepan.

" Kalo lo tanya soal skincare gue bisa banget bantu. Ini gue disuruh milih merpati. Mana gue minat dodol. Yang pasti yah merpati harus punya sayap, mata nya normal gak rabun. "

" Lagian lo buat apaan beli yang ginian ? Gak becus ngurus , 2 hari mati ni burung."
Kara melanjutkan perkataannya .

" Gua juga gak tau,kenapa gue tertarik liatin nih burung."

" Jadi mau beli yang mana mas?"
Tanya penjual itu.

Enzi terlihat tengah berfikir. Ia mengelus dagunya dengan kepala yang sedikit mangut mangut.

" Saya liat tadi merpatinya kena stroke. Jadi saya gak jadi beli ."
Ucap Enzi enteng

Malu sudah kara dengan tingkah konyol Enzi. Ia tersenyum kikuk dan memandang Enzi tajam.

" Lah saya kira mas nya mau beli. Bilang aja mas gak punya duit."
Ledek penjual itu.

" Enak aja mas nya bilang gitu. Kalo saya gak punya duit gak akan mau saya ajak jalan pacar saya "

Ucapan Enzi mendapat pelototan maut dari perempuan disampingnya. Kara mencubit pinggang Enzi kuat. Teriakan tak kalah kuat dengan toa masjid mengundang tatapan heran orang orang yang berlalu lalang.

" Maaf mas , temen saya lupa minum obat. Permisi."

Kara menarik kerah kemeja Enzi kuat. Hingga lelaki itu terbatuk batuk.

" Buset karaaaaa!!!!!
aing lain embeeee... Enak aja maen narik." Pekik Enzi terbatuk batuk

" Lo bikin gua malu, ayo pulang!!"

NIRANNENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang